Â
Bulan Agustus, puncak musim kemarau di wilayah Sumatera Selatan.Sungai Musi yang surut, meninggalkan hamparan sampah di tepian. Dermaga 10 Ulu- Palembang, diantara kapal yang berlabuh kegiatan mandi,mencuci dan buang hajat berlangsung santai tapi pasti. Â
Kaum pingiran tak begitu peduli,  kalau adegan basah  mereka bisa dilihat penumpang  LRT yang berseliweran  di atasnya.Â
Tetamu agung mungkin komentar, aih 73 tahun merdeka ente masih nongkrong di pinggir kali aje bro.
Air yang tercemar, menyebabkan diare, muntaber dan gatal sudah bukan rahasia lagi.Tapi dampak air kotor dan sanitasi yang buruk, bisa bikin anak kerdil dan bodoh sudah pernah dengar belum ?
Saat ini stunting kalah populer, dengan penyakit campak atau rubella.Tetapi dalam jangka panjang stunting berakibat sangat luas dalam penilaian kualitas manusia suatu bangsa.
Apa sih stunting itu ?
Stunting, itu istilah medis untuk menyebut masalah kurang gizi kronis yang disebabkan kurang atau tergangunya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan ganguan pertumbuhan pada anak. Tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya ( sumber- depkes.go.id)
Gejala Stunting
1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Pertumbuhan tulang terlambat
Penyebab Stunting
1000 hari pertama kehidupan anak, menjadi bagian yang sangat penting dalam pencegahan stunting. Masalah kurang gizi yang menjadi penyebab anak terindikasi stunting, terjadi sejak masa pertumbuhan janin dalam kandungan.Â
Stunting yang  bermula di dalam kandungan,baru terlihat gejalanya ketika anak memasuki usia dua tahun.  Mengutip dari  laman Adoption Nutrition, stunting terjadi karena kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor berikut:
1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama
2. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah, tidak sesuai dengan tuanya kehamilan (Retardasi
  pertumbuhan intrauterine)
3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori
4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres
5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.
Hasil riset Kementerian Kesehatan (Kemkes), menunjukan
-  40 % kasus stunting  disebabkan gizi buruk  Â
-  60%  kasus stunting karena burukya kualitas air  dan sanitasi buruk Â
Lonjakan anak stunting di Sumatera Selatan
Warga kampung rawan ekonomi  daerah aliran sungai Musi, yang tidak memiliki akses air bersih tidak pula mempunyai wc dan kamar mandi, terpaksa mengunakan air sungai yang sudah tercemar limbah dan mengandung bakteri  escherichia coli (e coli), zat besi dan deterjen ( sumber- Badan Lingkungan hidup Sumsel 2017) . Bakteri e koli dapat  masuk ke dalam tubuh antaralain melalui
- Â Air yang terkontaminasi
Kebiasan BAB dan membuag diapers langsung ke sungai membuat air terkontaminasi bakteri e coli.Bakteri e coli, masuk saat air tercemar digunakan untuk mandi dan mencuci.
- Â Makanan yang terkontaminasi.
Kontaminasi terjadi karena  air untuk mencuci bahan makanan atau yang digunakan untuk memasak sudah tercemar bakteri e coli. Peralatan makan dan memasak yang dicuci dengan air juga tercemar.
Pencemaran air dan lingkungan di Sumatra Selatan, mulai terasa dampaknya.Ada benang merah antara menurunya kualitas air di sungai, buruknya sanitasi dan persentase anak-anak stunting di Sumatra Selatan.
Anak-anak, ibu hamil, rentan menderita penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri e coli.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Lesty Nuraini terjadi peningkatan balita stunting dari 19,2 % pada tahun 2016 menjadi 22,8 % di tahun 2017.Â
Secara nasional angka stunting di Sumatra Selatan lebih mengejutkan lagi (sumber-klikampera.com). Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) tercatat sebagai wilayah di Indonesia dengan angka stunting tertinggi.
Angka stunting kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) menurut Riskesdas mencapai 40,5% atau hampir setengah balita di OKI mengalami stunting. Angka ini bahkan melebihi angka stunting nasional 37% (sumber-KOMPAS.com)
Stunting di awal kehidupan akan berdampak buruk pada kesehatan, kognitif, dan fungsional ketika dewasa.Rendahnya daya tahan membuat anak stunting lebih mudah terserang penyakit.Â
Selain tergangunya pertumbuhan fisik, stunting mempengaruhi perkembangan otak.  Anak stunting cendrung kurang cakap  dan kemampuan belajar  rendah.  Segala kelemahan ini akan mempengaruhi kualitas hidup anak, keluarga dan akhirnya bangsa Indonesia.
Bagaimana mencegah stunting ?
Saya sudah memikirkan alternatif jawaban dari  A-B-C tapi tidak akan berhasi. Cuma buang waktu dan biaya, sementara daftar anak stunting semakin panjang.Tidak ada alternatif jawaban, karena cuma ada satu.Â
Siapkan instalasi air bersih dan sarana MCK itu saja.  Kebutuhan dasar manusia, yang  dianggap sepele dan kotor tetapi bisa menurunkan kualitas manusia Indonesia di masa depan .***donapalembang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H