Nama Tuan Kentang, belum begitu populer bagi wisatawan yang berkunjung ke kota Palembang. Tetapi kain Jumputan dan Blongsong hasil karya warga kelurahan Tuan Kentang, sudah terkenal. Lokasi yang berada di tengah perkampungan, dan dulu akses transportasi umum belum lancar menjadi alasan orang enggan berkunjung ke sini.
Kelurahan Tuan Kentang, sekitar 15 menit ke selatan dari Jembatan Ampera. Tepat di kiri jalan , sebelum melintasi Jembatan Kertapati. Nama resminya Jalan Aiptu A.Wahab  Kecamatan Seberang Ulu 1- Kota Palembang. Tuan Kentang, konon adalah saudagar Tionghoa yang dahulu punya bisnis besar di sepanjang  muara Sungai Ogan- Palembang.
Sungai Ogan berhulu di Bukit Barisan, mengalir  melintasi beberapa kabupaten sebelum bermuara ke  Sungai Musi. Aslinya, penduduk wilayah Tuan Kentang  ini adalah para penutur bahasa etnis Ogan. Bahasa Ogan dengan akhiran e, yang sebagian mirip e Malaysie sebagian mirip e Jakarte.Â
Berbeda, dengan  penduduk di sepanjang Sungai Musi yang berbicara dalam bahasa Palembang dengan o yang membulat. Tetapi pergaulan dan perkembangan kota, membuat bahasa dusun hanya digunakan orang-orang tua saja dan anak muda semua berbahasa Palembang.
Suasana yang bersih, terang dan teratur terlihat begitu memasuki gapura Tuan Kentang.Â
Rumah-rumah panggung yang berdiri di bibir sungaipun, terlihat bersih. Tak ada,sampah dan  plastik yang mengunung di bawah rumah. Akses jalan dari Gapura Tuan Kentang, sampai melewati kantor lurah 15 Ulu semua dicor dan dapat dilalui kendaraan roda empat.
Toko yang khusus menjual kain, pakaian dan aksesoris yang mengunakan pernak-pernik  tradisional Palembang.  Pembangunan ini dibiayai Bank Indonesia, yang merupakan bagian dari  program pembinaan Wira Usaha Bank Indonesia (WUBI) - Sumatra Selatan. Tak cuma bantuan gedung,alat dan bahan selama 2 tahun pengrajin kain tradisional,  juga mendapat bimbingan management usaha dari bisnis coach ternama di Indonesia.
*****
Wisata Sungai