Dalam hati saya bersyukur,Kang Maman  tidak mengikuti jejak  Dokter Posma yang  kuliah kedokteran kemudian  jadi dokter beneran. Bayangkan saja Kang  Maman  sudah bisa baca tulis sejak umur  belum genap 4 tahun kemudian mendapat banyak dana beasiswa karena kecerdasanya kalau sampai mengamalkan ilmu yang di dapatnya semasa kuliah dijurusan kriminologi wkkkkk rusak dunia persilatan.
Acara bincang literasi komunitas Sahabat Literasi jalanan (SLJ) Palembang Minggu sore 4 Maret 2018 bersama  Kang Maman  dalam kapasitasnya sebagai Duta literasi Kemendikbud.
Kang Maman mengawali cerita bagaimana dia  merintis karirnya sejak usia dini mengumpulkan uang dengan menjadi pembaca  berita bagi  komunitas  pedagang  pasar  besar dikit mulai kotak-katik angka menjadi peramal nomer jitu. Kemudian mengisi masa pubernya dengan produktif menulis puisi untuk pujaan hati yang tak sangup diraihnya.
Tak kalah dengan Luis Soriano yang keliling Columbia dengan keledai membawa buku ,sebagai duta literasi beliau sudah merambah seluruh penjuru tanah air untuk menularkan virus baca.
 Jangan mengartikan membaca dengan harus memegang print out buku. Zaman sekarang tentu saja lebih murah dan praktis membaca buku secara digital. Buku itu sumber pengetahuan sudah lama kita tahu tetapi dengan membaca kita bisa memberdayakan komunitas itu belum banyak yang mengamalkanya.
Terbukti di negara-negara yangt tingkat literasinya tinggi,rakyat jadi lebih bahagia dan hasil tangkap tangan korupsinya jauuuuuh dibawah Indonesia  dengan persentase literasi 0,01. salah satu penyebabnya dengan banyak membaca mereka menjadi kreatif,inovatif  tak perlu korupsi untuk kampanye Pilkada karena bisa bikin strategi kampanye yang tak bisa ditolak orang.
Mengapa  rakyat Indonesia kurang suka membaca?Pertanyaan ini sudah hilir mudik selama bertahun tahun,sudah banyak yang kasih pendapat dan teori.Sayapun punya pendapat juga soal kurangnya minat baca ini.
Pengaruh Musim.Tradisi membaca nampaknya dimulai sebagai kegiatan mengisi waktu dimusim dingin.Dinegara empat musim dimana ada musim dingin, dulu orang tak bisa melakukan apa-apa selain duduk di rumah.Â
Indonesia negara tropis dengan dua musim,dua musim yang mempunyai tradisi sibuknya masing-masing. Bertanam-memanen dan jeda diantaranya diisi dengan perawatan yang juga memakan banyak waktu juga tenaga.
Takut dicap pemalas . Membaca itu seperti menghindari pekerjaan. Sementara yang lain sibuk bekerja dan kamu duduk membaca maka kamu jadi anak yang disebut pemalas.Banyak sekali orang tua yang tak suka anaknya menghabiskan waktu dengan membaca lebih baik menyapu halaman,meyabit rumput atau menyikat bak mandi.
Anti sosial. Kutu buku biasanya digambarkan berkaca mata tebal dan kurang pergaulan.Ada benarnya karena kalau sudah asik dengan buku biasanya kita jarang bergaul.Hidup dikampung-kampung Indonesia yang penuh dengan budaya yang membuat kita lebih  banyak ngobrol dan ngumpul dari pada baca.Â