Abstrak
Situ Citayam, sebuah danau alami di Kota Depok yang menghadapi masalah serius terkait pencemaran air akibat aktivitas manusia dan industrialisasi. Pertumbuhan penduduk yang pesat telah menyebabkan adanya peningkatan limbah domestik dan industri yang dibuang ke perairan yang mengakibatkan penurunan kualitas air dengan kandungan polutan yang tinggi. Pada tahun 2019, parameter kualitas air seperti Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan coliform menunjukkan hasil yang melebihi baku mutu yang ditetapkan yang mengancam kelestarian ekosistem perairan dan kesehatan masyarakat.
Selain itu, pengelolaan Situ Citayam oleh Kelompok Kerja (Pokja) menghadapi berbagai kendala, termasuk konflik internal dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan daerah Situ. Solusi yang dapat diusulkan mencakup peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah, dan penegakan regulasi yang ketat untuk memastikan pengelolaan dan konservasi yang lebih efektif. Dengan adanya solusi ini diharapkan kualitas air dan keberlanjutan ekosistem di Situ Citayam dapat terjaga, serta mendukung kualitas hidup masyarakat sekitar.
Pendahuluan
Air adalah elemen yang diperlukan bagi manusia untuk bertahan hidup. Namun, saat ini hanya sedikit orang yang peduli untuk melestarikan atau menjaga kualitas air, sehingga masalah terkait sumber daya air pun muncul. Sekitar 1,2 miliar orang, atau sekitar 1/5 dari populasi dunia, tinggal di daerah yang kekurangan air, dan jumlah ini terus bertambah (Setianto, 2011). Di Indonesia, istilah "situ" dalam bahasa Sunda mengacu pada jenis perairan dengan karakteristik khusus. Situ dapat ditemukan di berbagai wilayah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Situ-situ ini juga menghadapi tantangan serupa dalam hal kualitas air dan kelestarian lingkungan.
Situ Citayam adalah danau yang terletak di Kota Depok yang menghadapi ancaman pencemaran serius akibat aktivitas masyarakat di sekitarnya. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan industrialisasi telah mengakibatkan peningkatan jumlah limbah domestik dan industri yang dibuang ke perairan. Akibatnya, kualitas air sungai dan danau di Depok semakin memburuk, ditandai dengan meningkatnya kandungan polutan organik dan anorganik. Kondisi ini tidak hanya mengancam kelestarian ekosistem perairan, tetapi juga berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat  (Dwiyana, 2022).
Identifikasi masalah situ
Permukiman padat penduduk di sekitar situ Citayam menjadi sumber utama pencemaran, baik dari limbah domestik seperti sampah rumah tangga dan air limbah, maupun limbah non-domestik yang berasal dari kegiatan pertanian dan peternakan. Pencemaran air ini, yang semakin parah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, berpotensi merusak  Akibatnya, kualitas air Situ Citayam terus menurun, mengancam ekosistem perairan dan kesehatan masyarakat. Kondisi ini juga berdampak pada keindahan lingkungan dan potensi wisata di sekitar Situ Citayam.
Pada tahun 2019, kualitas air Situ Citayam menunjukkan beberapa parameter yang signifikan. pH air berada pada angka 7,71, BOD sebesar 12,5 mg/L, COD sebesar 46,9 mg/L, DO sebesar 4,78 mg/L, fosfat sebesar 0,0088 mg/L, nitrat sebesar 0,80 mg/L, fecal coliform sebesar 160.000 Jml/100 ml, total coliform sebesar 170.000 Jml/100 ml, minyak lemak sebesar 500 g/liter, dan deterjen kurang dari 3,10 g/liter. Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 Kelas 2, beberapa parameter seperti BOD, COD, dan coliform melebihi baku mutu yang ditetapkan (Sakti, Hendrawan, Hadisoebroto, 2021). Berdasarkan parameter tersebut didapatkan bahwa status mutu Situ Citayam pada tahun 2019 merupakan tercemar sedang.
Kualitas Situ Citayam dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dibuktikan dengan adanya 290 keluarga yang menghuni kawasan permukiman di sekitar Situ Citayam dengan rata-rata anggota keluarga sebesar 4 orang (Ayu, 2022). Selain pertumbuhan penduduk juga didorong faktor kondisi lingkungan yang mempengaruhi masyarakat sekitar, seperti kondisi tempat tinggal, jalan, drainase, dan pengelolaan limbah serta sampah, dan ketersediaan air bersih di wilayah tersebut.
Faktor kondisi lingkungan dipengaruhi oleh infrastruktur yang disediakan pemerintah dan masyarakat sekitar, seperti drainase sekitar Situ Citayam sangat buruk akibat banyak sampah dan kurang cukup untuk menampung tinggi debit air hujan, serta tidak ada sarana dan prasarana untuk pengelolaan sampah dan limbah di sekitar wilayah tersebut sehingga masyarakat cenderung membuang sampah dan limbah ke Situ Citayam.
Air di Situ Citayam berwarna hijau keruh hal ini diduga disebabkan oleh dua rumah bersalin yang membuang limbah medis ke Situ, seperti bekas suntikan, kantung infus bekas, dan perban. Saat ini, baru sekitar 60% pinggiran Situ yang telah ditalud serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar Situ Citayam juga menjadi masalah. Banyak sampah yang dibiarkan begitu saja di pinggir jalan, menunjukkan bahwa masyarakat masih sering membuang sampah sembarangan.
Permasalahan di situ Citayam dalam pengelolaannya disebabkan karena berbagai faktor, yaitu kurangnya komitmen dari pemerintah daerah dalam membina kelompok kerja (pokja) pengelola situ menjadi masalah. Di wilayah Depok, kewenangan pengelolaan situ diberikan kepada pokja. Dalam daerah Situ Citayam, di mana pokja yang bertugas mengawasi dan mengelola situ sudah terbentuk, namun kontribusi nyata dari pokja tersebut belum terlihat. Pada awal pembentukannya, Pokja "Situ Citayam Bersih" berjalan dengan baik dan menjadi contoh bagi pokja lain di Kota Depok. Namun, seiring waktu, pokja ini menghadapi beberapa masalah. Salah satunya adalah konflik dengan para pemancing yang marah karena diminta membayar retribusi untuk memancing, sementara mereka tidak menemukan ikan di situ tersebut. Selain itu, Pokja Situ Citayam juga tidak mengambil tindakan tegas terhadap bangunan liar yang berdiri di sekitar wilayah situ tersebut (Setianto, 2011).
Situ Citayam berada di wilayah administratif Kota Depok dan dikelola langsung oleh masyarakat melalui pembentukan Pokja. Peran Pokja ini meliputi kerja bakti membersihkan Situ, mengatur keramba (dengan batas maksimal 5% dari luas perairan), dan mengelola rekreasi air seperti bebek air. Situ Citayam merupakan Situ Alami yang terletak tidak jauh dari Stasiun Citayam. Saat ini, baru sekitar 60% pinggiran Situ yang telah ditalud. Penting untuk menjaga kondisi ini agar kelestarian ekosistem alamiah perairan tetap terjaga. Meskipun telah dikelola oleh Pokja, Bpk. H. Marhasan mengakui bahwa untuk mencapai pengelolaan yang optimal, diperlukan kerjasama antara berbagai dinas, badan, dan lembaga terkait. Tidak bisa hanya satu instansi yang mengelola. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar Situ Citayam juga menjadi masalah. Banyak sampah yang dibiarkan begitu saja di pinggir jalan, menunjukkan bahwa masyarakat masih sering membuang sampah sembarangan.
Solusi
Untuk mengatasi permasalahan di Situ Citayam, diperlukan inisiatif kerjasama yang telah dirintis oleh beberapa pemerintah daerah yang berdekatan. Para aktor yang terlibat harus mengidentifikasi isu-isu strategis, memformulasi model kerjasama yang tepat, serta mematuhi prinsip-prinsip kerjasama untuk mencapai keberhasilan program. Selain itu, diperlukan format kelembagaan, keuangan, sistem pendukung, dan kerangka regulasi yang tepat.Â
Tak hanya kerjasama dalam membangun program kerja, dibutuhkan peran masyarakat, pengelola dan infrastruktur yang memadai untuk merealisasikan Situ Citayam yang lebih baik. Peran strategis pokja juga menjadi prasyarat penting untuk pelaksanaan kerjasama antar daerah di masa mendatang serta kualitas air yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat diperlukan untuk menjaga kebersihan Situ Citayam dan saling mencerdaskan antar warga, serta menjaga infrastruktur yang telah ada untuk mengelola kebersihan Situ. Dengan menambahkan infrastruktur, serta sarana dan prasarana ini, dapat dijadikan untuk membersihkan dan mengendalikan tingkat pencemaran Situ Citayam. Oleh karena itu, pengelolaan yang baik dan terencana menjadi kunci untuk mengurangi dampak pencemaran, menjaga kelestarian situ, dan mendukung kualitas hidup warga Depok.
Referensi
Dewi, A. K. (2022). Analisis tingkat kekumuhan Dan kualitas hidup masyarakat Di permukiman situ citayam. Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan, 11(2), 123.
Kompas Cyber Media. (2022, July 27). 6 Tempat Wisata Di Sekitar Citayam, ada Wisata air Dan Religi. KOMPAS.com. https://travel.kompas.com/read/2022/07/28/060800427/6-tempat-wisata-di-sekitar-citayam-ada-wisata-air-dan-religi
Kompasiana.com. (2022, December 29). Masalah Pencemaran air Di situ Citayam, Depok. KOMPASIANA. https://www.kompasiana.com/novadwiyana0090/63ad523f0788a3783224dbf2/masalah-pencemaran-air-di-situ-citayam-depok?page=2&page_images=1
Sakti, S. M., Hendrawan, D., & Hadisoebroto, R. (2021). Analisis Kualitas air situ Citayam Dan situ Pladen Di Kota Depok Menggunakan Indeks Pencemar. JURNAL BHUWANA, 15-28.Â
Setianto, S. (2011). TANTANGAN KELEMBAGAAN DALAM PENGELOLAAN SITU BERKELANJUTAN. Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, 3(3), 150-159.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H