Mohon tunggu...
H.D. Silalahi
H.D. Silalahi Mohon Tunggu... Insinyur - orang Tigarihit

Military Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Diego Armando Maradona, Bocah Ajaib Itu Telah Tiada

28 November 2020   12:47 Diperbarui: 28 November 2020   14:40 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diego Armando Maradona Franco (sumber: dw.com)

Setelah digempur habis-habisan selama pertandingan, pada menit ke-81, Maradona berlari kencang melewati 2 pemain untuk kemudian memberikan umpan akurat kepada Claudio Caniggia yang tidak terkawal karena bek lawan sudah terlanjur bergerak untuk mengerumuni Maradona. Dan sesudahnya, Caniggia dengan gampang menceploskan bola ke gawang Brazil. Gol indah sekaligus gol bersejarah. Gol yang mengantarkan Argentina ke babak perempat final Piala Dunia Tahun 1990.

Gol ini sangat berarti bagi Argentina. Selain mampu menyingkirkan Brazil yang menjadi  unggulan di turnamen ini, kemenangan ini sekaligus mengakhiri mimpi buruk Argentina, yang terseok-seok di babak penyisihan grup. Kemenangan melawan Brazil ini seperti memantik kepercayaan diri Argentina untuk bertarung di babak-babak selanjutnya. 

Argentina memang memulai turnamen dengan buruk. Kendatipun datang dengan status sebagai Juara Piala Dunia 1986, namun nasib sial sudah lebih awal menghampiri mereka . Pada pertandingan perdana Maradona dan kawan-kawan, harus rela dikalahkan tim semenjana, Kamerun. Tambahan pula, di pertandingan tersebut, Argentina juga harus kehilangan Nery Pumpido, kiper utama Argentina. Meskipun terseok-seok di awal turnamen, sekali lagi, Maradona mampu membuktikan kepiawaiannya dengan membawa Argentina sampai ke babak Final.

Kendatipun kalah melawan Jerman Barat di babak Final, Piala Dunia 1990 adalah ajang yang semakin menunjukkan bahwa Argentina sangat tergantung dengan Maradona. Sama dengan edisi Piala Dunia sebelumnya, ketika Maradona membawa Tim Tango menjuarai Piala Dunia 1986. Pada 2 edisi Piala Dunia ini, Argentina tanpa Maradona bukanlah siapa-siapa. Argentina adalah Maradona. Maradona adalah Argentina.

Tidaklah mengherankan, untuk mengenang jasanya pada Argentina, hari Rabu tanggal 25 November 2020, Presiden Argentina mengumumkan masa berkabung selama 3 hari untuk menghormati kematian "El Pelusa". Penghormatan yang jarang dijumpai untuk seorang pesepakbola. Penggemar Maradona di Argentina juga turut berkabung dengan turun ke jalan-jalan Buenos Aries dan Stadion Boca Junior hanya untuk menghormati dan meletakkan karangan bunga. 

Di Naples Italia, pemandangan yang sama juga bisa ditemukan. Warga Naples berkumpul di Stadion Sao Paolo, kandang Napoli untuk mengenang Si Bocah Ajaib ini. Disamping itu, Walikota Naples dan pemilik klub Napoli berencana menambahkan nama Maradona pada stadion kebanggaan Napoli, Sao Paolo.

Maradona memang bocah ajaib. Memulai karir profesionalnya di usia 15 tahun, usia yang tergolong sangat muda di sepakbola. Di  klub pertamanya, Argentinos Junior, kebolehan Maradona langsung menarik perhatian penggemar sepakbola dan para pencari bakat. Boca Juniors, salah satu klub terbesar di Argentina juga tidak mau ketinggalan, mereka turut dalam antrean klub yang meminati kepiawaian Maradona. Bak gayung bersambut, Boca Juniors kemudian menjadi pelabuhan Maradona berikutnya setelah meninggalkan klub pertamanya, Argentinos Juniors.

Tetapi Liga Argentina sepertinya tidak cukup besar untuk menampung bakat dan kehebatan Maradona. Maradona butuh tempat yang mampu menunjukkan bakatnya ke seluruh dunia. FC. Barcelona adalah klub yang kemudian mendapat keberuntungan setelah berhasil mendatangkannya ke Benua Eropa, pusat sepakbola dunia. Bagi Barcelona sendiri, tentu butuh perjuangan untuk mendapatkan tanda tangan Maradona .Ditengah banyaknyak klub yang mengincar anak ajaib ini, serta ditambah keberhasilan Maradona membawa Argentina menjuarai Piala Dunia U-20, membuat Barcelona harus menebus Maradona dengan harga mahal, bahkan memecahkan rekor transfer sepakbola termahal pada waktu itu.

Maradona dan Lothar Mathaus (sumber: DW.com)
Maradona dan Lothar Mathaus (sumber: DW.com)

Tetapi puncak prestasi pemain yang lekat dengan nomor punggung 1o ini adalah ketika memperkuat klub Napoli. Klub medioker di Liga Italia ini mampu dibawanya terbang ke langit dengan menjadi kampiun di Liga Italia.  Di kurun waktu ini juga, Maradona membawa Argentina menjuarai Piala Dunia 1986, Piala Dunia yang diwarnai oleh Gol Tangan Tuhan yang dibuat oleh Si Boncel ini. Tidaklah mengherankan, bagi penggemar Napoli, Maradona dianggap bak dewa yang sanggup mengangkat nama Napoli sebagai klub yang diperhitungkan di Italia dan benua Eropa. 

Juara Dunia 1986 (sumber : Dw.com)
Juara Dunia 1986 (sumber : Dw.com)

Ironisnya, di Napoli juga, Maradona mengalami titik balik dalam kehidupannya di luar sepakbola. Pergaulannya dengan keluarga Guillano, salah satu dari klan Camorra, Mafia di Naples mendekatkan dirinya dengan obat-obatan terlarang seperti kokain. Desas-desus yang beredar juga meyakini, motivasi Maradona menggunakan steroid adalah untuk menggempalkan badannya yang memang sering menjadi korban kebrutalan jegalan dan dorongan pemain lawan.

Kebiasaan buruk di Italia ini kemudian menghantui Maradona di seluruh sisa hidupnya. Kebiasaan pemain berjulukan yang juga dijuluki dengan Si Boncel dalam mengkonsumsi 0bat-obatan terlarang dan alkohol membuatnya harus mengisi usia pensiunnya dengan bolak-balik masuk rehabilitasi dan Rumah Sakit. Sebelum Maradona meninggal pada hari Rabu, dia sudah berkali-kali lolos dari maut akibat kebiasaan buruknya ini dan gaya hidup yang membuatnya kelebihan berat badan.

Maradona juga tidak bisa mengulangi kehebatannya sebagai pemain dalam karir kepelatihannya. Karir kepelatihannya terbilang biasa-biasa saja, kalau tidak mau dibilang buruk. Tim terbesar yang pernah dilatihnya hanya Tim Nasional Argentina yang hanya bertahan sampai babak perempat final Piala Dunia Tahun 2010.

Tetapi apapun itu, dengan segala kontroversinya, Maradona adalah bocah ajaib yang diturunkan oleh Tuhan di sepakbola.Dunia mengenalnya sebagai pemain terbaik abad ini dan hanya bisa disandingkan dengan Pele, anak ajaib juga, yang berasal dari Brazil. Sepakbola patut berterima kasih kepada Maradona, karena telah diberikan kesempatan untuk melihat keajaiban yang diciptakan si bocah ajaib ini.

Selamat Jalan Diego Armando Maradona Franco

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun