Mohon tunggu...
H.D. Silalahi
H.D. Silalahi Mohon Tunggu... Insinyur - orang Tigarihit

Military Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibuku, Manusia Setengah Dewa Bagiku

17 November 2020   16:39 Diperbarui: 17 November 2020   21:07 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasih Sayang (sumber : Kompas.com)

Realitas ini juga terjadi di keluarga penulis sendiri. Saya dilahirkan dalam keluarga besar, kami terdiri dari 9 bersaudara, 7 perempuan dan dua laki-laki. Penulis sendiri adalah anak ke-8. 

Dengan kondisi ini, boleh dibayangkan seberapa repot Bapak dan ibu mengurus 9 orang anaknya dengan isi kepala dan sifat yang berbeda-beda. Selain itu, pekerjaan Bapak yang hanya seorang guru rendahan, membuat ibu juga harus turut mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ibu bekerja sebagai seorang guru di sebuah Sekolah Dasar (SD).

Sedari kanak-kanak, penulis sudah melihat sendiri bagaimana repotnya ibu dalam menjalankan rutinitas keluarga kami sehari-hari. Ibuku, kami sering memanggilnya dengan sebutan Omak, rutin bangun tidur setiap pukul 5 pagi setiap hari. 

Dikala kami masih terbuai mimpi, beliau sudah sibuk memasak sarapan dan mempersiapkan kebutuhan kami untuk sekolah. Setelah urusan rumah tangga sudah beres, beliau harus berangkat lagi ke sekolah untuk mengajar. Selepas Omak selesai menjalankan kewajibannya sebagai guru, kesibukan beliau belum berhenti. Setibanya di rumah, omak kembali berkutat mengurusi pekerjaan rumah tangga. 

Ketika kami beranjak dewasa, kesibukan Omak semakin menjadi-jadi. Untuk memenuhi kebutuhan biaya bagi kakak-kakakku yang sudah duduk di bangku kuliah, Bapak dan Omak berinisiatif membuka les privat di rumah. Aktivitas mengajar les ini dilakukan sore hari, selepas pulang mengajar di sekolah masing-masing.

ilustrasi (sumber : popbela.com)
ilustrasi (sumber : popbela.com)

Faktanya, kebutuhan rumah tangga dan biaya pendidikan bagi kami semua, membuat penghasilan bapak dan omak tidak mencukupi. Apalagi pada saat  4 orang saudara perempuanku berbarengan duduk di bangku kuliah. Untuk memenuhinya, omak harus sering berutang kepada tetangga dan saudara. 

Penulis sendiri pernah diajak oleh Omak ke sebuah bank untuk memohon pinjaman dengan jaminan SK Pengangkatannya sebagai PNS. Semua ini dilakukan Omak agar kami anak-anaknya punya bekal pendidikan di masa depan. Sungguh suatu pengorbanan yang sangat berat.

Peran Ibu Bagi Penulis.

Bagi penulis sendiri peran seorang ibu sangat besar. Beliau berperan besar dalam membentuk karakter dan keperibadianku saat ini. Dengan segala kerepotan dan beban mengurus 9 anak, omak masih menyempatkan diri untuk mendengar keluh kesahku. Penulis mengakui sendiri dari kedua orangtuaku, penulis lebih dekat sama omak. 

Bukan apa-apa, pembawaan Bapak yang keras dan tegas membuat saya agak keder untuk bercerita hal-hal pribadi. Disamping itu,Bapak memang berperan pasif dalam mengambil keputusan di internal keluarga. Bapak baru berperan kalau ada urusan eksternal seperti mencari nafkah, menghadiri acara adat dan urusan yang menyangkut gereja. 

Di usia saat ini, saya mengakui peran ibu lebih besar dari Bapak. Banyak sikap-sikap dan karakter positif yang saya dapatkan selama diasuh oleh Ibu. Beberapa diantaranya adalah : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun