Satu hal lagi yang paling dituntut dari seorang pembudaya ikan adalah budaya untuk mencatat dan mendokumentasikan setiap aktivitas pemeliharaan. Seorang pembudidaya ikan dari awal mulai berbudidaya ikan harus menanamkan kebiasaan  mencatat/merekam/mendokumentasikan segala aktivitas dan hal terjadi selama satu siklus pemeliharaan. Misalnya, pembudaya ikan harus mencatat peningkatan berat badan ikan sesuai perkembangan umur ikan, bagaimana prilaku makan ikan apabila terjadi perubahan cuaca, kapan waktu terbaik memberi  pakan dan lain sebagainya.Â
Pencatatan ini akan dirasakan manfaatnya oleh pembudidaya ketika mengalami kendala dalam siklus pemeliharaan selanjutnya. Jika menghadapi masalah, misalnya perubahan pola makan ikan, pembudidaya tinggal membuka catatan atau hasil dokumentasi pemeliharaan sebelumnya.Artinya, seiring bertambahnya pengalaman, pengetahuan berbudidaya ikan secara otomatis akan semakin meningkat.
Lazimnya, jika pembudidaya pemula sudah berhasil di siklus pertama pemeliharaan, hampir dapat dipastikan peluang keberhasilan di siklus berikunya semakin besar. Bila sudah sampai di level ini, usaha budaya ikan nila ini sudah bisa diproyeksikan sebagai usaha jangka panjang, terkecuali terjadi sesuatu hal yang bersifat force majeur, seperti munculnya penyakit baru pada ikan atau perubahan cuaca yang ekstrim yang memancing perubahan kualitas air di lingkungan tempat kita berbudidaya.
Nah, mikir apalagi, sekarang saatnya kamu mencoba berusaha  berbudidaya ikan air tawar. Mumpung suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) lagi rendah, fasilitas ini bisa kamu manfaatkan sebagai modal awal  berbudidaya ikan air tawar.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H