Mohon tunggu...
H.D. Silalahi
H.D. Silalahi Mohon Tunggu... Insinyur - orang Tigarihit

Military Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pentingnya Kesepakatan CISMOA bagi Interoperabilitas Antar Matra TNI

28 November 2020   15:56 Diperbarui: 29 November 2020   18:13 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tactical Data Link (sumber : Baesystems)

Sejarah mencatat, kendatipun filosofi peperangan tidak berubah. Namun taktik peperangan selalu berubah mengikuti zaman dan perkembangan tekhnologi di bidang persenjataan. Demikian juga dengan saat ini, era yang sering disebut-sebut era 4.0, Era yang ditandai dengan otomasi dan digitalisasi di semua sektor, tidak terkecuali sektor tekhnologi persenjataan.

Contoh teranyar adalah perang singkat Armenia versus Azerbaijan yang terjadi baru-baru ini. Dalam perang ini, dunia dapat menyaksikan dengan jelas bahwa dengan mengaplikasikan taktik perang terkini, Azerbaijan mampu mengalahkan Armenia dan menggusurnya dari sebagian besar wilayah Nagorno - Karabakh. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Azerbaijan menggunakan Unmanned Aircraft Vehicle (UAV) dalam perang secara massif

Bukan hanya untuk misi pengintaian, dalam perang ini, UAV juga digunakan untuk melakukan misi serang dan misi bunuh diri. Seperti yang sudah kita lihat bersama, taktik penggunaan UAV ini berhasil memperdaya Armenia.

Perang Armenia versus Azerbaijan ini memberikan sudut pandang baru dalam taktik perang, bahwa komunikasi dan jaringan data adalah kunci untuk memenangkan perang di masa depan. Sebagai platform alutsista tanpa awak, keberhasilan penggunaan UAV, haruslah didukung jaringan data yang aman dan bebas dari intersep lawan.

sumber : sumeks.co
sumber : sumeks.co

TNI sebagai alat penjaga pertahanan bangsa sadar akan hal ini. Ditengah dukungan anggaran yang terbatas, TNI terus berusaha untuk memuktahirkan alutsista yang ada untuk menyeimbangkan dengan ancaman terkini, minimal setara dengan negara tetangga. Kendatipun anggaran yang ada tidak mencukupi kebutuhan anggaran yang dibutuhkan, Pemerintah dan TNI selalu berusaha mencari terobosan untuk menyiasati keterbatasan yang ada.

Pada tahun 2015, pemerintah Indonesia berhasil melakukan terobosan yang cukup inovatif yakni Indonesia resmi menandatangani kesepakatan Communications and Information Security Memorandum of Agreement (CISMOA) dengan Amerika Serikat.

CISMOA sendiri adalah salah satu kesepakatan pertukaran data platform yang meliputi pertukaran data, avionik dan navigasi yang lazim dijalin AS dengan negara-negara yang dianggap bersahabat. Dengan kesepakatan ini, AS membuka jalur komunikasi dan data Indonesia. Lazimnya jaringan data ini bisa diakomodasi sesama alutsista yang diproduksi oleh negara blok barat, dalam hal ini, mengikuti standar NATO (North Atlantic Treaty Organization).

Kesepakatan CISMOA ini boleh dibilang merupakan terobosan signifikan yang sangat bermanfaat bagi TNI. Terobosan yang akan mengubah perkembangan taktik perang di lingkup TNI. Bagaimana tidak, dengan kesepakatan ini, TNI diperkenankan untuk mengakses Data Link 16 yang merupakan jaringan pertukaran data standar NATO.

Dengan memanfaatkan fasilitas jaringan data ini, interoperabilitas antar matra dan antar alutsista di inventori TNI pasti meningkat pesat. Walaupun tidak menyelesaikan semua masalah, minimal masalah komunikasi dan pertukaran data antar alutsista yang berstandar NATO sudah selesai tanpa perlu mengeluarkan anggaran besar untuk membangun infrastruktur data link sendiri dan membeli satelit militer. 

Rudal AIM 120 AMRAAM (sumber : layarberita.com)
Rudal AIM 120 AMRAAM (sumber : layarberita.com)

Kesepakatan CISMOA juga menambah nilai plus bagi alutsista buatan barat yang ada di arsenal TNI. Tidak mengherankan, baru-baru ini, dalam proyek upgrade F16 A/B milik TNI AU, Amerika Serikat memperbolehkan pemasangan LANTRIN (Low Altitude Navigation and Targeting Infrared for Night), yaitu penanda target untuk rudal serang darat agar lebih presisi. Tambahan pula, kesangaran F16 TNI AU bertambah dengan kedatangan rudal udara ke udara jarak menengah yakni AIM 120 AMRAAM. Rudal yang selama ini hanya impian bagi pilot F-16 TNI AU.

Bila dikaitkan dengan ancaman terkini dari China di Laut China Selatan, keberadaan data link 16 akan memudahkan operasi bersama, TNI dengan angkatan bersenjata yang memang memakai jaringan data ini sebagai platform standar, seperti Australia, Singapura, Jepang, Korea Selatan dan kemungkinan kedepan, India. Melihat seriusnya ancaman dari China, Negeri Bollywood ini kemungkinan besar akan memiliki alutsista yang dipasangi datalink 16, setelah baru-baru ini sudah menyepakati COMCASA (Communications Compatibility and Security Agreement), sejenis kesepakatan yang mirip dengan CISMOA.

BOeing 737-200 SLAMMER (sumber : Indomiliter.com)
BOeing 737-200 SLAMMER (sumber : Indomiliter.com)

Mencermati pagelaran kekuatan TNI dalam pertikaian terbaru dengan kapal Coast Guard China di Laut Natuna di awal tahun 2020, sepertinya TNI sudah memanfaatkan datalink 16. Bagaimana tidak, semua kekuatan yang diturunkan seperti pesawat surveilance B-737 SLAMMER, KRI Bung Tomo dan F16 sudah bisa mengakomodasi datalink16. Dugaan ini juga diperkuat oleh kekhawatiran ancaman jamming oleh China, sehingga rasa-rasanya tidak mungkin TNI menggunakan alat komunikasi sembarangan, yang rawan diintersep oleh China.

Melihat fakta dan ancaman terkini, harus diakui TNI diuntungkan dengan keberadaan CISMOA. Kelancaran dan keamanan pertukaran data, pastinya akan menambah daya deteren kekuatan TNI. 

Namun begitu, secanggih-canggihnya alat persenjataan, kalau masih tergantung dengan negara lain pasti akan membuat kesulitan di masa depan. Yang perlu dipikirkan dan dikembangkan saat ini, bagaimana putra/putri bangsa mampu menciptakan jaringan datalink nasional secara mandiri, serta satelit militer yang khusus melayani saluran militer, bukan menumpang dengan satelit sipil.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun