Selepas ujicoba di Kroasia, kinerja Tim Nasional U19 mulai memperlihatkan hasil. Hasil yang dimaksud, bukan tentang kemenangan atau kekalahan yang diperoleh di sana. Mengutip pernyataan Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, menyebutkan bahwa tujuan Timnas U19 berujicoba di Kroasia bukan semata-mata mencari kemenangan. Disebutkan pula, PSSI Â lebih menginginkan melihat progres hasil latihan selama menjalani TC (Training Centre) ini.
Objektif yang ingin dicapai oleh Shin Tae Yong adalah fundamental bermain bagi anak-anak asuhannya di Tim Nasional, seperti peningkatan fisik dan stamina, adaptasi strategi, tehnik  dan mental bermain.Â
Melihat beberapa ajang yang sudah di depan mata seperti Piala AFC U19, Kualifikasi Piala Dunia 2022, dan target Utama PSSI yakni Piala Dunia U20, mau tidak mau, suka tidak suka, timnas U19 membutuhkan gemblengan yang intensif dan spartan. Dapat dipastikan, semua warga Indonesia pencinta sepakbola tidak ingin melihat Timnas U19 menjadi bulan-bulanan di ajang Piala Dunia U20 yang memang mendapuk Indonesia sebagai tuan rumah.
Pergantian Rezim Kepelatihan Timnas
Pergantian pelatih timnas U19  dari Fachri Husaini  ke Shin Tae Yong membuat segala sesuatunya harus dimulai dari awal lagi. Bagaimana tidak, pola permainan 4-4-2 merupakan hal yang baru bagi para pemain junior kita. Para pemain muda ini, sudah terbiasa dicekoki pola permainan 4-3-3 di klub dan juga merupakan pakem permainan timnas junior sampai senior di era kepelatihan sebelumnya.
Seperti diketahui, dimasa kepemimpinan Edy Rahmayadi sebagai Ketua PSSI, PSSI mulai menggagas pola permainan yang diharapkan menjadi standar permainan Tim Nasional. Konsep yang diberi nama "Indonesian Way"Â ini, mendapuk formasi 4-3-3 sebagai pola standar di timnas. Formasi ini digadang-gadang mampu memaksimalkan potensi para pemain lokal. Formasi ini juga disebut-sebut dapat meminimalisir kekurangan pemain lokal dalam hal postur dan stamina.Â
Konsep ini cukup menjanjikan, meskipun belum maksimal, setidaknya tim U23 yang diasuh oleh Luiz Milla mampu memperlihatkan progres yang menjanjikan di ajang Asian Games 2018. Begitu juga dengan Timnas U19. Tim yang dilatih oleh Fachri Husaini ini mampu lolos ke babak Final Piala AFC U19.Â
Tidak bisa dipungkiri, permainan timnas di era Luiz Milla sangat menarik untuk dilihat. Ditangan Luiz Milla Timnas mampu menyuguhkan taktik sepakbola modern yang mampu menyulitkan negara-negara kuat di benua Asia seperti Korea Utara, Korea Selatan dan Uzbekistan.
Sayangnya progres yang menjanjikan ini harus terhenti ketika penyakit lama PSSI yaitu tidak konsisten mulai kambuh lagi. Performa kepelatihan Luiz Milla yang mulai dicintai penggemar sepakbola lokal harus berakhir ketika PSSI memutus kontraknya. Fahri Husaini juga harus melepaskan jabatnnya sebagai pelatih U19.
Seperti kelaziman di sepakbola Indonesia, pergantian pelatih dan official tim membuat progres Tim Nasional Indonesia kembali ke nol. Gonta-ganti pelatih pengganti Luiz Milla cendrung dilatar belakangi visi yang tidak terkonsep dengan baik. Â Boleh dibilang, keberadaan Simon McEnemy dan Bima Sakti di timnas hanya sebagai pengganti sementara, tidak melalui perencanaan yang matang. Hal ini terbukti dengan rekor bertanding mereka yang buruk. Di tangan Simon Mcenemy, timnas senior terpuruk dan menjadi juru kunci di ajang kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.