Proses perekrutan Shin Tae Yong sendiri sebagai pelatih timnas tidak berlangsung mulus dan cukup menuai polemik. Para penggemar timnas masih merindukan polesan Luiz Milla. Hal ini terlihat dari masifnya ajakan dan dukungan terhadap pelatih asal Spanyol ini untuk kembali lagi melatih timnas. Mochamad Irawan sebagai ketua PSSI terpilih tidak menampik fenomena ini. Pria yang akrab dipanggil Iwan Bule ini pernah menyatakan bahwa PSSI akan berusaha merekrut kembali Luiz Milla untuk melatih di Timnas.
Tapi seperti prinsip yang berlaku di sepakbola profesional, ono rego ono rupa -harga menentukan kualitas-. Sepertinya nilai kontrak Luiz Milla cukup mahal untuk isi kantong PSSI, dan seperti yang sudah diungkapkan, alasan PSSI membatalkan perekrutan mantan pemain Valencia ini karena Milla tidak menyanggupi  memenuhi target yang dibebankan PSSI untuk ajang Piala Dunia U20.
Gagal merekrut Luiz Milla, PSSI akhirnya mengalihkan buruannya ke Shin Tae Yong, pelatih yang pernah menangani Timnas Korea Selatan dan sudah malang melintang menangani berbagai klub. Selain pengalaman yang mumpuni, keinginan PSSI merekrut Shin Tae Yong juga dipermudah keberadaan Shin yang  masih berstatus mengganggur dan faktor harga yang bersahabat. Kabar burung yang beredar harga kontrak Shin Tae Yong hanya sepertiga nilai kontrak Luiz Milla.
Peresmian Shin Tae Yong menjadi Pelatih Timnas Senior dan U19 sendiri banyak menuai pro dan kontra. Sebagian besar mendukung dan disisi lain tidak sedikit yang merasa skeptis. Hal ini bisa dimaklumi mengingat masih kuatnya keinginan para penggemar untuk melihat lagi Luiz Milla melatih timnas dan ditambah perbedaan gaya permainan Korea Selatan yang sangat berbeda dengan pola permainan timnas.Â
Sebagaimana diketahui, ciri permainan Korea Selatan yang mengandalkan Speed and Power sulit diterapkan pada pemain Indonesia yang memiliki postur kecil dan fisik yang kurang menunjang.Â
Fundamental Sepakbola
Tidaklah mengherankan, setelah Shin Tae Yong memulai program kepelatihannya, Shin langsung menyoroti stamina dan attitude pemain lokal yang kurang profesional. Shin mengeluhkan pola makan para pemain timnas yang tidak mencerminkan diet seorang atlet profesional.
Sorotan Shin ini bukan masalah baru lagi di jagad sepakbola Indonesia. Masih sering dijumpai seorang pemain profesional lokal tidak menjalankan diet yang baik dan memiliki jadwal latihan pribadi. Jamak ditemukan pelatih klub mengeluh dengan keberadaan pemain yang kelebihan berat badan dan stamina yang buruk setelah libur kompetisi.
Fakta ini membuat Shin harus mereformulasi program kepelatihannya. Kondisi fisik dan stamina pemain timnas yang pas-pasan, membuat Shin meninggalkan kebiasaan para pelatih profesional yang langsung melatih taktik dan strategi pada tim yang dilatihnya. Shin harus memulai dari awal, dengan mengajarkan fundamental dasar seorang atlet profesional yaitu pola hidup dan pola makan yang lazim dilakoni seorang atlet profesional.
Meskipun para pemain U19 mengeluhkan intensitas latihan fisik yang diterapkan oleh Shin Tae Yong seyogyanya  para pemain U19 malah harus berterima kasih kepada Shin. Tidak dapat dipungkiri, pengurus PSSI, dan penggemar sepakbola mulai melihat progres perkembangan fisik dan permainan para pemain timnas U19 ketika melakukan ujicoba di Kroasia. Para pemain U19 mampu bermain dengan ritme dan kondisi fisik yang stabil selama 90 menit.
Hasil ujicoba Timnas U19 ini melahirkan secercah harapan. Dengan kemampuan dan pengalamannya yang mumpuni, Shin dapat memperbaiki fundamental sepakbola Indonesia secara keseluruhan.
Semoga PSSI dapat melihat kinerja Shin Tae Yong untuk kepentingan jangka panjang sepakbola Indonesia. Meskipun nantinya gagal memenuhi target, kemampuan pelatih asal Korea ini dalam memperbaiki fundamental sepakbola para pemain timnas bisa dipergunakan membawa timnas ke level yang lebih tinggi, yang tentunya membutuhkan proses dan waktu yang tidak sebentar. Lagipula, tidak saatnya lagi PSSI berpikir target instant. Cara berpikir seperti ini terbukti  sudah puluhan tahun menyebabkan prestasi timnas Indonesia jalan di tempat.