Setelah melalui proses seleksi yang panjang, akhirnya Kementerian Pertahanan menjatuhkan pilihan pada pengadaan kapal perang jenis Iver Huitfeldt Class, sejenis dengan Fregat milik Angkatan Laut Denmark. Tidak lama setelah kontrak awal ditandatangani, di berbagai forum militer mulai berseliweran isu bakal spesifikasi calon fregat kita ini. Disini saya tidak mau membahas hal itu, saya hanya mencoba merangkum keuntungan yang  Indonesia dapatkan jika berhasil melaksanakan proyek ini.
Untuk lebih ringkasnya mari kita kupas 7 keuntungan memiliki dan membangun kapal ini :
1. Â Tranfers of Technology (TOT)
Para Insinyur di PT. PAL akan mendapatkan keahlian dalam pembuatan kapal besar dengan spesifikasi militer, meskipun PT. PAL sudah     berpengalaman memproduksi kapal tanker dengan ukuran 50.000 DWT,tetapi membangun kapal sipil sangat berbeda dengan membangun kapal dengan spesifikasi  militer.
2. Cetak Biru (Blue Print) Desain Kapal Frigate
Sesuai dengan berita yang beredar, pola pengadaan kapal ini sepertinya mirip dengan Proyek Arrow Head 140 AL Inggris, desain Fregat Iver  Huitfeldt  ini hanya sebagai desain awal, desain akhirnya akan menyesuaikan kebutuhan TNI AL.
3. Radar AESA
Sesuai dengan rencana, TNI AL akan menjadi matra yang pertama kalinya menggunakan Radar AESA, seperti dikutip dari rilis berita  Kementerian  Pertahanan, Fregat ini akan dilengkapi produk Hensoldt  yaitu  Fixed Array AESA radar TRS-4D.
4. Modularitas
Karena Rancang Bangun Kapal ini bersifat modular, untuk kedepannya pembangunan kapal ini tidak hanya terbatas  pada jenis fregat saja, platform kapal ini dapat diproduksi untuk kebutuhan OPV ,Kapal Markas dan Support Ship.
5. Dedicated Fregat
Platform Fregat ini sangat mendukung untuk dijadikan Multirole Fregat, AAW Fregat dan ASW Fregat. Sampai saat ini belum ada kapal perang di inventori TNI Al yang didedikasikan khusus untuk ancaman satu matra. Kapal seperti  Martadinata Class, Bung Tomo Class bersifat Multirole.
6. Ocean Going.
 Setelah era KRI IRIAN Untuk pertama kalinya TNI AL akan diperkuat kapal perang dengan tonase diatas 6000 Ton yang mampu beroperasi di zona Blue Water Navy. Sesuai dengan spesifikasinya,  kapal ini dapat  leluasa berlayar di ZEE Indonesia  tanpa terkendala cuaca dan musim. AL Denmark             sudah menguji kapal ini dalam kondisi Sea State 9, yaitu gelombang dengan ketinggian diatas 14 m.
7. Lompatan Teknologi.
 Dengan flexibilitas yang dimiliki oleh kapal ini, kedepannya TNI AL akan memiliki kemampuan untuk mengoperasikan dan merawat jenis alutsista  yang memiliki teknologi yang benar-benar baru seperti, radar AESA, towed Sonar, Rudal dengan peluncur vertikal, Meriam Uk. 127 mm dan lain-lain.Â
Nah, dengan mengakuisisi fregat ini, TNI AL mendapat teknologi  yang tidak didapatkan di kapal fregat kelas RE. Martadinata. Bukan tidak mendukung kelanjutan pengadaan PKR Sigma ini, tetapi Fregat Iver Huitfeldt Class dengan segala kemampuannya merupakan kandidat yang pantas menjadi flagship TNI AL. Dalam formasi  tempur TNI AL , Iver Huitfelt Class akan berfungsi sebagai payung udara.
Kedepan,  gugus tempur di Laut China Selatan akan disi 1 LPD jenis Makasar Class sebagai kapal markas dengan kawalan  1 unit fregat Iver huitfeldt lass  sebagai  payung udara, ditambah fregat kelas RE. Martadinata sebagai penangkal ancaman dibawah permukaan, KRI Bung Tomo untuk ancaman perang elektronik,  KRI Diponegoro  sebagai penghalau ancaman permukaan, dan KRI Nagapasa Class yang waspada mengintip di bawah laut berpatroli di Laut China Selatan.
Jalesveva Jayamahe
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H