Mohon tunggu...
Donald Haromunthe
Donald Haromunthe Mohon Tunggu... Guru - Guru Seni Budaya di SMA Budi Mulia Pematangsiantar

Saya juga menulis di donald.haromunthe.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Gas-nya BODT, Rem-nya Geopark

4 Maret 2016   21:05 Diperbarui: 4 Maret 2016   21:15 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: donald.haromunthe.com"][/caption]

Antusiasme

Pascakedatangan Jokowi dalam kunjungan kerjanya, saat ini ramai-ramai warga sekitar Danau Toba, para pengamat di dunia republik maya Facebook dan kekaisaran Twitter, berlomba-lomba menyampaikan persepsi mereka. Bersama-sama mereka mencoba menafsirkan dan menanam berbagai harapan pada seruan pak Presiden: "Bersatu(lah) untuk Danau Toba".

Mau Kemana?

  1. Ketujuh bupati yang mengepalai tujuh kabupaten sekitar Danau Toba sudah sepakat "Iya". Mereka sudah menandatangani ajakan untuk bekerjasama itu. Turut hadir dalam rapat tersebut adalah Menteri Koordinator Politik Hukum dan Ham Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Plt Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi, Bupati Dairi KRA Johnny Sitohang Adinegoro, Bupati Simalungun Binsar Situmorang, Bupati Samosir Rapidin Simbolon, Bupati Humbang Hasundutan Dosmar Bamjarnahor, Bupati Toba Samosir Darwin Siagian, Bupati Karo Terkelin Brahmana, dan Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan.
  2. Merujuk poin no 1, mereka juga sudah sepakat untuk bekerjasama dalam sinergi dengan Badan Otoritas Kawasan Danau Toba. “Artinya yang berkaitan dengan izin-izin dalam lingkup kawasan wisata yang sudah ditentukan sebesar 500 hektar akan jadi kewenangan badan otorita, lainnya menjadi kewenangan pemerintah daerah,” ucap Presiden di Hotel Niagara, 1 Maret lalu.
  3. Diskusi-diskusi juga mulai dimarakkan, baik di partukkoan, lapo maupun di rapat-rapat terbatas, entah melibatkan pemerintah atau tidak, entah dengan vested interest untuk mendapat kue dari 21 Trilliun itu atau tidak, sehingga kini pelan-pelan sudah ada bayangan kurang lebih bagaimana kelak "wajah baru" dari kawasan Danau Toba tersebut. Ada suara yang cukup dominan bahwa untuk layak menjadi destinasi turisme internasional, perusahaan-perusahaan yang kerap-kerap disebut sebagai perusak lingkungan kawasan Danau Toba mesti ditertibkan bahkan pemerintah menyatakan komitmennya bahwa para perusak itu akan ditindak tegas. Beberapa nama yang sejak dulu dan terus mencuat ke permukaan (sekaligus juga mengkritisi LSM peduli lingkungan yang selama ini mengisi "periuk" mereka dengan sogokan-sogokan untuk berhenti bersuara), yakni  PT Toba Pulp Lestari (TPL), PT Alegrindo Nusantara,  PT Merek Indah Lestari (PT MIL) Simalem Resort, PT Gorga Duma Sari, dan PT Aquafarm Nusantara.
  4. Bandara Silangit akan diperlebar mulai pada bulan April 2016 dan pengembangannya diharapkan selesai pada bulan September 2016. Pengembangan bandara meliputi perluasan landasan pacu dari 2400 x 30 meter menjadi 2650 x 45 meter dan perluasan pembangunan terminal penumpang. Sarana akomodasi juga tak luput menjadi perhatian Presiden, pemerintah akan membangun hotel di kawasan Danau Toba dengan fasilitas yang lebih baik.

BODT sebagai "Gas"-nya

Tampaknya pemerintah sudah memetakan geopolitik para pemangku kebijakan di daerah-daerah seputar Danau Toba yang selama ini kental dengan sikap resistensi mereka sebagai "penguasa lokal", sehingga dengan meminjam argumentasi keberhasilan Kawasan Pariwisata Bali yang menggunakan otoritas tunggal, maka sejak awal pemerintah tegaskan bahwa areal izin pengelolaan 500 hektar ini (entah dimana koordinatnya belum ada publikasi) akan ditangani oleh badan otoritas tunggal. Namanya disebut sebagai Badan Otorita Danau Toba (sebagian menyebut lebih tepat Otorita Danau Toba saja, tanpa embel-embel badan).

Rasionalisasinya jelas seperti dikemukakan Jokowi:

Karena ini menyangkut tujuh kabupaten, kalau nggak bersatu, nggak ada kata sepakat “iya”, memang pemerintah pusat akan kesulitan.

Alih-alih memoderasi ketujuh bupati untuk saling tenggang rasa dan bahu membahu membangun Danau Toba - langkah yang tentu akan bloody difficult atau malah impossible, BODT-lah yang nanti akan mengkoordinir pengembangan kawasan wisata hasil muntahan Gunung Supervolkanik Toba jutaan tahun lalu itu (beberapa fakta ilmiah bahkan menyebutnya sebagai gunung berapi aktif).

Jika rencana pengembangan KSPN Danau Toba ini ibarat rancang bangun mesin motor, jelaslah bahwa si akselerator, clutch, persnelling atau "gas"-nya adalah BODT.

Geopark sebagai Rem-nya.

Layaknya mesin yang dipersenjatai dengan rem dan gas (sehingga penunggangnya sampai ke tujuan dengan selamat, tapi tidak buru-buru ke akhirat), maka road map pengembangan KSPN Danau Toba ini pun punya rem-nya yang akhir-akhir kerap lenyap dalam diskursus (mungkin karena para pemrasaran banyak yang sudah terbayang dengan proyek menggiurkan di depan mata sehingga terbawa dalam materi yang disampaikan ataupun citra yang tampak ke masyarakat). Rem yang dimaksud adalah konsep geopark.

Senada dengan tulisan Mangadar Situmorang, prinsip paling penting yang paling mungkin mengurangi cedera pada setiap mesin pembangunan kawasan wisata ialah sustainable and holistic ecotourism.  Artinya, dengan analogi keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir sebagai visualisasi alam paling konret dan universal dari sebuah rahim yang agung, mengembangkan Danau Toba berarti tidak melulu "memperkosa" alam sebagai paket-paket jualan wisata, tetapi membesarkannya, merawatnya dan bahkan jika bisa memperindahnya setelah bertahun-tahun lamanya dirusak oleh para "pejantan" ganas yang meninggalkannya begitu saja tanpa tanggung jawab setelah memuaskan "syahwat" bagi corporate income-nya.

Apa itu konsep geopark? 

Wikipedia menulis seperti ini.

The Global Geoparks Network (GGN) is a UNESCO activity established in 1998. According to UNESCO, for a geopark to apply to be included in the GGN, it needs to:

  1. have a management plan designed to foster socio-economic development that is sustainable based on geotourism (memiliki rencana manajemen yang dirancang untuk mendorong pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan berdasarkan konsep geotourism);
  2. demonstrate methods for conserving and enhancing geological heritage and provide means for teaching geoscientific disciplines and broader environmental issues (memiliki menunjukkan metode untuk melestarikan dan meningkatkan warisan geologi dan menyediakan sarana untuk disiplin geosains dan isu-isu lingkungan yang lebih luas);
  3. have joint proposals submitted by public authorities, local communities and private interests acting together, which demonstrate the best practices with respect to Earth heritage conservation and its integration into sustainable development strategies (lengkap dengan proposal bersama yang disampaikan oleh otoritas publik, masyarakat lokal dan kepentingan pribadi bertindak bersama-sama, yang menunjukkan praktik terbaik sehubungan dengan pelestarian pusaka Bumi dan integrasinya ke dalam strategi pembangunan berkelanjutan).

Masyarakat yang cinta dengan keindahan Danau Toba, entah karena mereka benar-benar punya keterikatan emosional dengannya sebagai bona pasogit atau tidak, sempat kecewa karena menurut ekspektasi mereka mestinya Danau Toba bisa masuk sebagai Global Geoparks Network pada kontes beberapa waktu lalu. Sebagian malah saking emosionalnya menuduh bahwa ada yang tidak beres dengan para juri yang lebih memilih Danau Batur sebagai Geopark Nasional untuk Indonesia.

Menurut pemantauan saya, ternyata yang perduli dengan Danau Toba ini sangat banyak sekali, bukan hanya yang memilikinya sebagia bona pasogit, tetapi juga semua saja yang perduli dengan pengembangan kawasan wisata yang berkelanjutan  dan menyeluruh.

Pesannya jelas dan ringkas: berkelanjutan berarti ini mesti dipandang sebagai proyek puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun, selamanya (kalau "selamanya'" itu ada); holistik berarti yang bertanggung jawab dan menikmati manfaat dari berkembangnya kawasan Danau Toba ini ialah alamnya sendiri dan manusianya (bukan satu kabupaten atau satu kelompok tertentu saja, sekalipun itu mayoritas - entah dari segi statistik pendukung ataupun dari kekuatan politis). Saya berharap Jokowi, Rizal Ramli, Luhut Binsar Panjaitan, gubernur Sumatera Utara dan ketujuh bupati juga SEPAKAT dan konsisten dengan konsep ini.

Tugas berikutnya:

BODT sudah ada sebagai gas-nya. Konsep geopark sebagai rem-nya. Tapi mesin ini bukan mesin matic yang bergerak otomatis. Mesti ada yang memposisikan diri sebagai persnelling atau "gigi"nya.

Siapakah yang mau jadi clutch atau persnelling-nya?

(Seperti aslinya dalam blog saya.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun