Mohon tunggu...
Donald Haromunthe
Donald Haromunthe Mohon Tunggu... Guru - Guru Seni Budaya di SMA Budi Mulia Pematangsiantar

Saya juga menulis di donald.haromunthe.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menindas #LGBT dengan Dalih Tidak Normal, Bukti Lain Inferioritas Kaum Mayoritas?

17 Februari 2016   18:06 Diperbarui: 17 Februari 2016   19:08 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita yang mayoritas heteroseksual merasakan bahwa mereka yang LGBT bukan penderita gangguan jiwa, tetapi tetap saja tidak boleh mempertontonkan ekpresi jiwa mereka di depan umum.

Kita yang mayoritas heteroseksual dan mulai moderat menyebut mereka yang LGBT adalah saudara kita juga, mempunyai HAM yang sama, tetapi tetap dengan kategori TIDAK NORMAL.

Litani ini bisa kita perpanjang lagi.

Buat saya ini jelas merupakan indikasi bahwa kita sebagai mayoritas heteroseksual merasa inferior karena begitu kuatnya kita menggenggam media dan arus informasi serta tempat dan waktu di bumi ini, mereka yang LGBT kok tetap ngeyel ya? Mereka kok tetap ada ya?

Ketika Magnis Suseno menyebut bahwa orientasi seksual tidak ditentukan seseorang tapi alami, kita seperti diingatkan untuk berdamai dengan kenyataan bahwa homoseksualitas adalah variasi dari alam semesta, dengan persentasi 5-10 persen dari jumlah penduduk yang pernah ada. Tidak mudah memang berdamai untuk situasi yang berbeda dengan yang selama ini kita alami dan ketahui. Terutama kita yang mengambil posisi di 90-95 % lainnya ini.

Mungkin sampai saat ini kita juga akan mengambil posisi yang sama dengan para pengkritik Surat terbuka Reza Aslan dan Hasan Minhaj dari situs Religion Dispatches ini. 

Reza Aslan, seorang ahli agama dan komedian bersama Hasan Minhaj, wartawan Daily Show (keduanya Muslim Amerika) pada 7 Juli 2015, bersama-sama menulis sebuah surat terbuka kepada sesama Muslim Amerika mengenai perkawinan sesama jenis yang baru dilegalisasi oleh MA Amerika dan berlaku di seluruh 50 negara bagian. Surat mereka cukup panjang, dimuat pada web Religion Dispatches, 7 Juli 2015.

Berikut ini bagian-bagian yang menurut saya penting diperhatikan.

“Kini perkawinan sesama jenis sudah legal di Amerika. Keadaan ini mengguncang iman kalian. Kalian jadi khawatir tentang masa depan, dan bertanya apa artinya masa depan untuk anak-anak kalian. Kalian tahu, hak-hak kaum gay makin luas diterima, tapi secara pribadi kalian sesungguhnya tidak dapat merangkul perubahan ini. Kalian dapat merasa tidak ada masalah jika berteman dengan gay atau mereka menjadi rekan-rekan sekerja kalian. Bahkan kalian dapat sepakat bahwa menjadi gay tidak membuat kalian terdiskualifikasi sebagai seorang Muslim. Tetapi secara pribadi, diam-diam kalian merasa bahwa adanya komunitas-komunitas LGBT adalah suatu kontradiksi yang real terhadap kepercayaan-kepercayaan yang telah diwariskan kepada kalian.

Sebagai Muslim, kita adalah orang yang telah termarjinalisasi dengan dalam di dalam kebudayaan arus utama Amerika. Lebih dari separuh orang Amerika memandang kita dengan negatif. Sepertiga orang Amerika (yakni, lebih dari seratus juta orang) ingin kita membawa KTP khusus sehingga mereka dengan mudah dapat mengenali kita sebagai Muslim. Kita harus tidak selamanya mempertahankan keadaan kita yang termarjinalisasi dengan memarjinalisasi orang-orang lain. Jika kalian menolak hak untuk perkawinan sesama jenis, tetapi lalu mengharapkan empati terhadap perjuangan komunitas kita, itu sama dengan kemunafikan.

Ingatlah bagaimana orang memandang saudara-saudara perempuan kalian yang memakai hijab atau saudara-saudara pria kalian yang berjenggot lebat saat mereka berjalan di dalam mall-mall. Ingat juga bagaimana di pelabuhan-pelabuhan udara orang melihat ke kalian atau mengomel kepada kalian. Ingat juga bagaimana para pemimpin politik terpilih kalian sendiri dengan tajam mengkritik kalian. Itulah juga semua yang dirasakan saudara-saudaramu, lelaki dan perempuan, dari kaum LGBT, setiap hari dalam kehidupan mereka. Apakah kalian bersikap biasa-biasa saja dengan semua itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun