Joni Yang Pernah Bingung!
"... sepertinya kita perlu lebih bermurah hati dalam menilai orang lain. "
Tugasnya sebagai panitia sebuah acara kebaktian kebangunan rohani (KKR) telah berakhir, namun acara itu meninggalkan sebuah pertanyaan membingungkan bagi Joni.
Menari dibenaknya sebuah moment dalam rangkaian persiapan acara itu, kala seorang teman sesama panitia sedang berlatih memimpin pujian ...
"Selamat pagi Bapa, selamat pagi Yesus, selamat pagi Roh Kudus  ..." merdu  suara sang pemimpin pujian diiring instrumen keyboard melantunkan lagu pembuka, terdengar mengisi penuh ruang acara.
Tiba-tiba ...
"Stop! Stop! Jangan nyanyikan lagu itu. Ganti lagunya!" suara keras seorang laki-laki menghentikan nyanyian itu.
Suara itu ternyata milik Pendeta yang akan berkhotbah dalam acara itu. Yang dituju suara itu adalah seorang perempuan, tepatnya seorang ibu, sang pemimpin pujian.
Ditegur keras di depan banyak orang, si pemimpin pujian meradang. Ia hentikan nyanyiannya, lalu bergegas meninggalkan mimbar tempatnya berdiri memimpin. Sembari berurai air mata ia menjauh meninggalkan ruang acara, pulang ke rumah dan tak kembali lagi sampai acara KKR itu berakhir.
Kejadian tak sedap itu terus mengganggu Joni. Walau terjadinya sehari sebelum acara, saat berlangsung gladi resik (GR), acara itu pun telah berakhir dua hari lewat, namun betah membuat Joni bertanya dalam bingung. Kenapa? Apa yang salah dengan lagu itu hingga diresponi demikian?
Perkara bingung itu kemudian hari menemukan jalan terangnya ketika Joni bertemu dengan seorang Pendeta yang mencerahkannya.
"Mungkin saja sikap pendeta itu karena didasari anggapan bahwa kebiasaan itu merendahkan Allah, seakan-akan Allah terikat oleh waktu," begitu respons awal Pendeta pencerah usai mendengar kisah Joni tentang kejadian itu.