Mohon tunggu...
Donald Siwabessy
Donald Siwabessy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memproses Rasa Dukacita dan Kehilangan Melalui Menulis

16 September 2024   22:53 Diperbarui: 17 September 2024   16:41 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Memproses Rasa Dukacita dan Kehilangan Melalui Menulis (Sumber: Freepik.com)

Proses ini dapat memberi Anda makna yang lebih mendalam terhadap kehilangan yang dialami

Ilustrasi: Memproses Rasa Dukacita dan Kehilangan Melalui Menulis (Sumber: Freepik.com)
Ilustrasi: Memproses Rasa Dukacita dan Kehilangan Melalui Menulis (Sumber: Freepik.com)

4. Jurnal Kemarahan

Dalam proses berduka perasaan marah adalah hal yang normal. Namun kita kadang tidak mengerti apa sebetulnya akar di balik kemarahan kita.

Seringkali kemarahan itu berhubungan dengan rasa takut. Jika kita bisa memahami akar dari kemarahan kita, maka kita akan bisa lebih mengatasinya ketika perasaan itu muncul lagi.

Karena itu Anda bisa mengingat dan menuliskan:

  • Apa yang sedang Anda lakukan ketika Anda menjadi  marah? Apa yang menjadi pemicunya?
  • Apakah ada sesuatu dari tindakan orang lain yang menyebabkan Anda marah?
  • Apa kira-kiranya akar dari perilaku atau pemikiran yang menyebabkan Anda marah? Apakah hal itu merupakan  suatu kebenaran?

Setelah menuliskannya, serahkanlah kemarahan Anda itu kepada Tuhan dan berdoa meminta damai sejahtera-Nya.

Sebagai kesimpulan sebelum mengakhiri tulisan ini, bisa dikemukakan bahwa melalui usaha menulis seperti penjelasan sebelumnya Anda dapat membangun kesempatan untuk:

  • Mengenali berbagai pikiran dan pola berpikir yang menyebabkan Anda lebih mudah bersedih atau berduka, tidak berdaya, dan tertekan sehingga bisa menyerahkannya pada Tuhan.
  • Melepaskan berbagai emosi yang selama ini tertahan dengan cara mengekspresikannya melalui tulisan. Ekspresi ini ditujukan pada diri sendiri dan juga kepada Tuhan.
  • Menemukan makna tersembunyi di balik berbagai peristiwa, serta pengaruh masa lalu sehingga dapat menolong untuk membingkai ulang (reframing) apa yang telah terjadi. Membingkai ulang adalah melihat kembali peristiwa yang telah terjadi dalam perspektif yang berbeda, misalnya perspektif iman.

Akhirnya, semua yang hidup termasuk kita, suatu ketika akan mengalami perasaan dukacita dan kehilangan karena sesuatu sebab. Maka penting upaya memproses perasaan demikian melalui cara menulis, ketimbang hanya larut di dalamnya.

Semogah bermanfaat![]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun