Mohon tunggu...
Donald Siwabessy
Donald Siwabessy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

7 Langkah Yang Dapat Dilakukan Pendeta Dalam Menumbuhkan Minat Baca Jemaat

9 Juni 2024   23:53 Diperbarui: 10 Juni 2024   11:27 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrsi "Membangun Minat Baca Jemaat" (Sumber: Dokpri)

"Salah satu upaya melakukan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) adalah dengan meningkatlan minat baca."

Meningkatkan minat baca merupakan upaya strategis untuk meningkatkan kualitas peradaban suatu keluarga, gereja bahkan suatu bangsa. Dengan kata lain, makin tinggi budaya baca pada suatu negara, semakin maju pula negara tersebut.

Dalam sebuah penelitian terungkap bahwa minat baca siswa sekolah dasar di Indonesia berada pada peringkat 26 (duapuluh enam) di antara 27  (duapuluh tujuh) negara yang diteliti (Anil Dawan, dalam buku "Pijar Renung Pancar Relung", 2022).

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan betapa rendahnya minat baca siswa sekolah dasar (SD), sekaligus menunjukkan rendahnya perhatian berbagai pihak (pemerintah, sekolah, orang tua, termasuk gereja).

Secara umum kita mahfum bahwa pada hakikatnya membaca dapat memberikan pengetahuan, memperluas wawasan bahkan menstimulasi kreatifitas serta mengasah kemampuan fokus dan berpikir kritis, di samping juga dapat merangsang lahirnya inovasi-inovasi baru untuk berkreasi dan berprestasi.

Di sisi lain, secara khusus bagi jemaat atau warga gereja, membaca bisa memberikan pengharapan dan menumbuhkan iman. Jemaat yang rajin membaca Alkitab dan buku-buku rohani akan menemukan kebenaran-kebenaran firman Allah yang bisa memberikan pengharapan bagi hidupnya serta iman yang semakin mantap kepada Tuhan.

Di tengah manfaat membaca yang begitu signifikan, sangat disayangkan kondisi jemaat (warga gereja) memiliki kemiripan dengan kondisi hasil penelitian sebelumnya, memiliki minat baca yang rendah.

Kondisi tersebut sejalan dengan kesadaran gereja yang kurang terhadap arti pentingnya membaca. Melalui bukunya, "Success through Reading and Writing", Peng Kheng Sun menyatakan, "sejauh ini belum banyak gereja yang menyadari manfaat membaca sehingga mereka sama sekali tidak ada niat untuk menyelenggarakan perpustakaan."

Mengatasi masalah rendahnya minat baca warga gereja ini banyak hal yang dapat dilakukan, salah satunya melalui peran para pendeta sebagai para pemimpin gereja. Berikut 7 (tujuh) langkah yang dapat dipuyakan oleh para pendeta guna meningkatkan minat membaca jemaat atau warga gereja, antara lain:

Pertama, menciptakan kesempatan-kesempatan untuk membaca buku.

Hal ini dilakukan misalnya dengan mengajak jemaat membaca buku melalui perpustakaan pribadi milik para pendeta. Kondisi ini tentu mensyaratkan seorang  pendeta harus memiliki minat membaca yang baik, setidaknya ia memiliki koleksi pribadi buku bacaan. Melalui koleksi buku bacaannya, pendeta dapat menunjukkan buku-buku yang telah menolongnya, dan bahkan dapat meminjamkannya.

Para pendeta dapat juga berasumsi bahwa sebagian besar jemaat di gerejanya jarang melihat orang tuanya membaca buku. Karena itu para pendeta dapat menjadi teladan sekaligus mentor bagi jemaatnya untuk menggerakkan minat baca jemaatnya.

Kedua, menggunakan ilustrasi khotbah dari literatur klasik.

Sering kali para pendeta bisa merasakan tekanan yang sangat besar untuk mengutip dan mengambil ilustrasi khotbah dari "realitas" acara-acara televisi, film-film popular atau video-video TikTok maupun YouTube terkini. 

Solusi terhadap kondisi ini bisa juga dilakukan dengan mengambil ilustrasi dari literatur klasik, semacam buku yang ditulis Dostoevsky, Tolstoy, atau penulis Indonesia seperti, Pramoedya Ananta Toer.

Kenapa literatur klasik? Menurut Tony Reinke dalam bukunya, "LIT! Panduan Membaca Buku bagi Orang Kristen", karena literatur klasik berhubungan dengan orang dan merupakan gudang penyimpanan ilustrasi khotbah yang menyentuh jiwa yang kebanyakan belum dimanfaatkan.

Ilustrasi
Ilustrasi "Membangun Minat Baca Jemaat" (Sumber: Dokpri)

Ketiga, melengkapi khotbah dengan kutipan-kutipan langsung dari buku-buku kehidupan Kristen.

Banyak kutipan buku yang sangat mendalam dan menyentuh hati adalah kutipan-kutipan yang diseleksi dengan cermat dan dibicarakan dalam khotbah.

Para pendeta yang dapat membagikan kutipan-kutipan dari buku tidak hanya menunjukkan pentingnya membaca dan mendorong literasi, tetapi juga secara tidak langsung memberikan rekomendasi buku yang bagus untuk dibaca jemaatnya.

Keempat, memimpin kelompok diskusi buku.

Terdapat banyak buku yang baik tentang  hampir setiap topik bagi setiap kelompok usia jemaat, yang dapat dijadikan bahan diskusi oleh para pendeta dengan jemaatnya demi pertumbuhan rohani mereka.

Pendeta misalnya, dapat memimpin kelompok diskusi remaja, menggunakan cerita fiksi, seperti, "Perjalanan Seorang Musafir", oleh John Bunyan., atau memimpin jemaatnya untuk mendiskusikan novel yang menggugah refleksi rohani, seperti, "The Screwtape Letters", oleh C.S. Lewis.

Kelima, mengadakan perpustakaan gereja atau ruang buku.

Para pendeta sebagai pemimpin dalam gereja dapat mendorong gereja untuk memikirkan dan menyediakan dana yang cukup untuk membangun suatu pepustakaan yang berkualitas untuk melayani kebutuhan bacaan jemaatnya. Perlengkapan perpustakaan yang disediakan tidak perlu mewah, cukup yang sederhana tetapi berdaya guna maksimal.

Keenam, menjawab pertanyaan-pertanyaan teologis dengan bacaan dari buku-buku.

Sering kali jemaat di gereja memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat teologis. Jika hal itu terjadi, para pendeta dapat menemukan jawabannya dari buku-buku teologi. Hal lanjut yang dapat dilakukan: fotokopilah halaman-halaman itu, stabilo materi yang bersangkutan, dan berilah pada jemaat untuk dibaca.

Tindakan itu akan menunjukkan relevansi membaca , dan merupakan cara sederhana untuk mengatakan pada mereka bahwa pertanyaan-pertanyaan penting dalam kehidupan bisa terjawab melalui halaman-halaman buku. Ini menunjukkan betapa relevannya buku-buku dengan kehidupan nyata.

Ilustrsi
Ilustrsi "Membangun Minat Baca Jemaat" (Sumber: Dokpri)

Ketujuh, memberikan buku sebagai hadiah.

Para pendeta dapat membangun minat membaca buku pada jemaatnya dengan membangun budaya menghadiahkan mereka buku bacaan yang baik pada saat perayaan hari khusus yang penting dalam hidup jemaat, misalnya saat berulang tahun ataupun menjadi sebuah kado pernikahan.

Buku dapat menjadi sebuah hadiah yang sangat berarti, yang dapat berperan sangat strategis dalam kehidupan pembacanya, dan dapat mengundang orang lain di gereja untuk mengalami kesukaan membaca.

Demikian 7 (tujuh) langkah yang dapat diupayakan para pendeta dalam meningkatkan minat membaca jemaat gereja yang dipimpinnya.

Menutup artikel ini saya hendak menyatakan ini, bahwa ....

"Membuat buku menjadi hal yang menarik dalam budaya saat ini, dengan perkembangan teknologi dan media sosial yang begitu pesatnya, sangatlah sulit. Namun membangkitkan kesukaan membaca pada orang lain adalah panggilan mulia yang pantas mendapatkan waktu, perencanaan dan pandangan ke depan kita,"

Semogah berkenan![]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun