Mohon tunggu...
Donald Siwabessy
Donald Siwabessy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengenal dan Mengembangkan Emosi Anak Prasekolah

20 Mei 2024   11:02 Diperbarui: 24 Mei 2024   15:41 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

7) Gembira. Perasaan yang diekspresikan anak sebagai ungkapan dari sesuatu/situasi yang sesuai dengan harapannya dan membuatnya senang. Wujudnya dapat berupa wajah yang berseri-seri, bertepuk tangan, atau berteriak kegirangan.

Kondisi yang melahirkan perasan gembira pada anak diantaranya berupa kondisi jasmani yang sehat, dapat bermain secara leluasa, atau memiliki mainan yang disenangi.

8) Sayang. Perasaan yang ditunjukkan dengan memperlakukan sesuatu atau seseorang yang disayangi dengan baik. Contoh: menyimpan mainan kesayangannya dengan baik, memeluk orang-orang yang disayangi. Semakin bertambah usianya, anak pun dapat menyatakan rasa sayangnya dengan cara lain, misalnya mengungkapkannya secara verbal.

Pada prinsipnya, kasih sayang anak pada orang tua dan saudaranya sangat dipengaruhi oleh kondisi emosional di dalam keluarganya. Apabila orang tua dan saudaranya memberikan kasih sayang kepada anak, maka ia pun akan mampu memberikan kasih sayang pada mereka.

Mengembangkan Emosi Anak Prasekolah

Secara umum keluarga, sekolah dan lingkungan dapat berperan mengembangkan emosi anak. Salah satu upaya untuk mengembangkan emosi anak adalah melalui kegiatan bermain. Melalui bermain anak dapat mengekspresikan seluruh perasaannya seperti yang dikemukakan tadi. Dengan kata lain bermain dapat menjadi sarana yang baik untuk pelampiasan sekaligus relaksasi emosi anak.

Secara khusus orang tua dapat membantu mengembangkan emosi anak melalui cara:

Pertama, orang tua belajar mengendalikan emosi diri sebab anak adalah peniru ulung. Anak sering mengamati, lalu bereaksi dan berekspresi seperti yang dilakukan orang tua. Maka bisa dipastikan, orang tua ekspresif membeo anak ekspresif.

Kedua, melihat masalah dari sudut pandang anak. Diperlukan orang tua yang mau mendengarkan dan berempati  terhadap anak, hal ini berakibat mereka dapat memahami mengapa anak bertingkah laku demikian. Orang tua yang berupaya memahami perasaan anak akan mungkin sekali tidak akan ikut terpancing emosi ketika anak sedang tak bagus emosinya.

Ketiga, meluangkan waktu dalam durasi yang cukup untuk bermain bersama anak. Bila intens dilakukan, anak mempunyai kesempatan untuk menentukan apa yang ingin dilakukannya bersama orang tua. Di sisi lain orang tua dapat semakin mengenal anak, khususnya kondisi emosi anak, karena ketika bermain anak sering mengekspresikan emosinya.

Keempat, meluangkan waktu untuk memecahkan masalah bersama anak. Misalnya ketika anak sedih karena tak diajak bermain di sekolah oleh temanya, orang tua bisa membantu anak mencari penyebabnya lalu mencari bersama pemecahannya. Hal ini sekaligus membantu anak belajar berpikir logis dalam mengasi emosinya.

Semogah bermanfaat![]  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun