Umat islam tengah menjalani ibadah puasa bulan Ramadhan. Sebagaimana dipahami ibadah puasa tak hanya sekadar soalan menahan lapar dan haus seharian. Puasa Ramadhan juga dijalani umat islam sebagai momen penuh dengan pelajaran positif dan bermakna mulia.
Dalam arah itu ibadah puasa, tak terkecuali, dapat dijadikan momentum bagi orang tua untuk mewujudkan perannya menjadi orang tua yang efektif bagi anak-anaknya, membentuk generasi yang unggul, tangguh, dan berkualitas.
Peran orang tua yang efektif tentu melibatkan peran keduanya, ayah dan ibu. Secara prinsip keduanya memiliki peran berbeda dalam tugas membesarkan anak, namun menjadi satu kesatuan yang efektif bila dipadukan.
Ibu misalnya, menurut Gunarsa dan Gunarsa (2000) dalam bukunya Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga, berperan dalam keluarga memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikis, merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra, dan konsisten. Ibu dapat menjadi pendidik yang mampu mengatur dan mengendalikan anak sebagai contoh dan teladan, manejer yang bijaksana, serta memberi rangsangan dan pelajaran.
Pada sisi berbeda, ayah, masih menurut Gunarsa dan Gunarsa dalam buku yang sama, memiliki beberapa tugas pokok dalam keluarga, diantaranya sebagai pencari nafkah, yang penuh pengertian akan memberi rasa aman, berpartisipasi dalam pendidikan anak, sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, serta mengasihi keluarga.
Bagaimana jika kedua peran ini dipadukan menjadi satu? Tentu menjadi sebuah kekuatan besar yang dapat memungkinkan mereka berfungsi secara efektif menjadi orang tua pembentuk generasi unggul, tangguh dan berkualitas.
Maka dalam momentum menjalani bulan Ramadhan ini, sembari menghayati ibadah puasa, orang tua dapat mengaktualisasikan khusyuk ibadah puasanya, salah satunya dalam bentuk menjadi orang tua yang efektif.
Beberapa hal dapat dilakukan orang tua demi mewujud perannya menjadi orang tua yang efektif, misalnya:
- Berupaya meluangkan waktu untuk keluarga
Setiap anak membutuhkan perhatian orang tuanya, walau disadari bahwa seiring bertambahnya usia anak, bentuk perhatian yang dibutuhkan mereka mengalami perubahan.
Anak yang masih berusia SD ke bawah, misalnya, membutuhkan kehadiran orang tua secara fisik. Sedang bagi anak yang berusia remaja, kebutuhan akan kehadiran orang tua secara fisik tidak sebesar usia sebelumnya. Maka pada usia remaja ini penting dilakukan orang tua, yaitu memantau siapa teman bermain anak dan mampu menjadi teman untuk anak, sehingga anak tidak gampang terjerumus ke dalam kondisi yang tidak menyehatkan.