"Kenapa warna biru?", "Ada apa dengan warna biru?"
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul, sibuk minta perhatian di benak beberapa waktu ini. Ia menggelitik sedikit memaksa untuk disapa hangat.
Tentu munculnya bukan sebab riuhnya keramaian pendukung berbaju warna biru muda, yang senada dengan jagoannya berseragam warna sama kala sampaikan pidato kemenangan Pilpres 2024 hasil Qiuck Count di Istora Senayan Jakarta, malam hari tanggal 14/02/2024.
Bukan! Hal itu muncul setelah mengikuti perkembangan Kompasiana dan beberapa kali membaca tulisan sesama rekan penulis Kompasiana yang menulis artikelnya pakai nyebut-nyebut atau bawah-bawah warna biru, hehe.
"Ah, maksudnya apa sih ini?" mungkin ada yang penasaran. Okelah saya pakai contoh sajah biar mudah mengutarakan maksudnya.
Contoh pertama, seorang teman, pak Demianus Nahaklay, biasa disapa pak Nus, beberapa hari lalu menayangkan sebuah artikel berjudul: "Menjawab Panggilan Ilahi: Kuliah S2 Mempersiapkan Generasi Pelayan Masa Depan".
Dalam artikel itu dikisahkannya seorang rekan Kompasianer bernama David Tamba yang giat menulis di Kompasiana walau artikelnya tak diberi label biru oleh admin Kompasiana.
"Label biru", tulis pak Nus. Kenapa bukan label merah atau sekalian orange?
Contoh kedua, hari Kamis (15/02/2024) saya membaca artikel seorang teman, mbak Siska Fajarrany, berjudul; "Tiba-Tiba Centang Biru." Sebuah artikel berisi perayaan sukacitanya atas keberhasilan menjadi penulis papan atas Kompasiana dengan pangkat centang biru, hehe. Selamat ya, mbak Siska!
"Centang biru", lagi-lagi biru. Kenapa sih tidak centang kuning atau pink ajah?
Contoh ketiga, beberapa hari lalu saya menemukan logo dan slogan baru Kompasiana sebagaimana gambar ilustrasi di awal artikel ini.