Model pola asuh ini menurut saya penting bagi si rekan tersebut dalam kaitan dengan keinginannya mengubah pola asuh juga mengatasi trauma yang dialami anak putrinya sebab keberadaannnya yang keras sebagai orang tua.
Sebagaimana banyak dikemukakan para pakar bahwa salah satu upaya untuk mengatasi trauma anak yang disebabkan pola asuh orang tua yang keras terhadap anak adalah ketika orang tua menyadari tanggung jawabnya dalam mengasuh anak.
Hal demikian bukanlah tanggung jawab yang mudah. Ditambah lagi dengan situasi masa kini yang semakin memprihatinkan, maka orang tua dituntut untuk menjaga sikap, tutur kata, bahkan penampilan untuk menjadi model yang baik bagi anak.
Memperhatikan hal sebelumnya maka menurut saya model pola asuh mindful parenting akan bermanfaat positif bagi sang rekan sesuai dengan apa yang menjadi harapannya.
Sekarang, bagaimana sesungguhnya sebuah model pola asuh mindful parenting atau mengasuh dengan berkesadaran ini bisa diupayakan? Untuk mengupayakannya maka beberpa hal berikut perlu diwujudkan, antara lain:
Pertama, ciptakan pemahaman yang baik. Orang tua perlu memahami dan menerima anak tanpa menghakiminya. Artinya menerima anak tanpa syarat.
Membantu memperkuat pemahaman ini orang tua dapat berefleksi tentang dirinya sendiri sebagai orang yang juga rentan terhadap salah dan kekurangan, namun sering diterimah dalam pengampunan oleh Tuhan penciptanya.
Kedua, berupaya sabar. Orang tua mengupayakan sabar sebagai sebuah tindak mengelola emosi. Dalam hal ini, kesabaran itu sebagai upaya mengendalikan emosi diri dan sabar dalam mengahadapi emosi anak-anak.
Ketiga, upayakan waktu berkualitas. Orang tua berusaha mengupayakan waktu berkualitas bersama anak, seperti mendengar dengan penuh perhatian ketika anak menyampaikan sesuatu atau pun berbicara dengan penuh empati. Walaupun sedikit waktu yang bisa dimiliki saat bersama anak, tetapi berkualitas akan lebih berarti dari pada banyak waktu tetapi terasa hampa.
Keempat, tak fluktuatif berespons. Hal ini maksudnya orang tua tidak menunjukkan fluktuasi yang berlebihan terhadap perilaku yang ditunjukkan anak.
Misalnya, orang tua tidak terlalu menyanjung, terlalu membanggakan, atau mengelu-elukan anak yang berprestasi. Akan tetapi sebaliknya, orang tua juga tidak terlalu memandang remeh atau menyepelekan ketika anak melakukan sesuatu yang menurut pandangan orang tua adalah hal sederhana. Sebab semua ini akan berdampak negatif bagi anak.