Mohon tunggu...
Donald Siwabessy
Donald Siwabessy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Setelah Natal, Mengupayakan Titik Sentuh!

27 Desember 2023   21:45 Diperbarui: 29 Desember 2023   00:40 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perayaan Natal. (tourmyindia.com via kompas.com)

"Setelah Natal, Apa? Mengupayakan Titik Sentuh!"

"Selamat merayakan Natal bagi yang merayakannya!" demikian ramai ucapan selamat dari rekan dan teman yang berbeda keyakinan, memenuhi Whats App Group, Facebook dan Instagram saat perayaan Natal, 25/12/2023 kemarin.

Dua hari berlalu setelah Natal 25/12/2023, hari ini, muncul sebuah imajinasi di benak. Bagaimana jika rekan dan teman tadi tak hanya berucap salam namun melontar pertanyaan, "Apa yang kalian lakukan setelah perayaan Natal?"

Mungkin ada yang langsung berespons, "Berliburlah, sambil menunggu perayaan tutup tahun!" Bukan itu maksud saya! Pertanyaan dalam imajinasi tadi mencoba menyasar soal kelanjutan dari makna Natal yang didapat tahun ini. Apa yang akan dilakukan selanjutnya berkaitan makna Natal itu?

Makna Natal?

Menjawab pertanyaan itu maka mereka yang merayakan Natal, perlu memahami kembali makna Natal. Dapat dikatakan maknanya, Tuhan membangun relasi dengan ciptaan-Nya, diantaranya manusia melalui utusan-Nya yang lahir ke dalam dunia yaitu Yesus Kristus.

Berelasi, sebuah aktifitas didalamnya terjadi sentuhan berupa rasa, pikir, maupun fisik. Maka demikianlah Natal bisa dimaknai Tuhan bersentuhan dengan ciptaan-Nya, terutama manusia.

Hal inilah yang kemudian hari didemontrasikan Yesus setelah lahir dan bertumbuh dewasa. Ia bersentuhan dengan banyak orang dari semua kalangan. Menolong mereka yang susah, memberi makan yang miskin, menyembuhkan yang sakit dan memperjuangkan keadilan dan hak hidup kaum termarginalkan.

Menyadari hal itu maka jawaban pertanyaan imajinasi sebelumnya, apa yang dilakukan setelah Natal, mungkin tepat dijawab menjejaki apa yang dijalani Tuhan dan didemonstrasikan Yesus. Mengupayakan titik sentuh dalam berelasi dengan sesama dan membawa dampak positif bagi hidup banyak orang.

Apakah ini sesuatu yang dimungkinkan terjadi? Adakah teladan yang bisa digugu dan ditiru lakunya dalam hal tersebut? Ya, ada!

Teladan Mengupayakan Titik Sentuh!

(Sumber: Freepik.com)
(Sumber: Freepik.com)

Bangsa ini tentu mengenal seorang negarawan dan pahlawan nasional asal Maluku, yang oleh DR. Roeslan Abdulgani (1914-2005) dijuluki "tokoh pejuang, yang beriman, berilmu dan beramal", atau oleh Presiden Soekarno diakui kejujurannya seperti 'Yesus dari Nazaret'. Dialah Dr. Johannes Leimena.

Suatu saat sabda Yesus dalam Alkitab, "Barangsiapa diantara kamu tanpa dosa, lemparkanlah batu yang pertama" (Yohanes 8:7), terlontar fasih dari mulut DR. Roeslan Abdulgani. Beliau yang beragama Islam, bisa hafal dan akrab dengan ayat kitab suci umat Kristen karena sering mendengar Leimena mengucapkannya. Menurut DR. Roeslan Abdulgani, itu terjadi manakala Leimena "mengetahui adanya kekurangan dan kekhilafan orang lain" namun "tidak pernah melemparkan batu kepada mereka." (Dikutip dari buku, "Berpikir di Tingkat Bangsa", karya Samuel Tumanggor)

Gambaran tadi memperlihatkan bagaimana persentuhan Dr. Leimena dengan rekan sebangsanya yang berbeda agama. Ini teladan yang baik bagaimana seseorang Kristen memaknai Natal dalam hidup berelasi dengan sesama, memberi makna posif bagi orang lain.

Makna positif yang sama pernah dirasakan juga oleh Presiden Soekarno lewat persentuhannya dengan Leimena. 

Ada tertulis tentang Leimena dan Bung Karno: "Walau hubungan [Leimena] dengan Presiden Soekarno cukup dekat, ia tidak segan-segan mengkritik dan mengemukakan pendapatnya dengan terus terang." Kejujurunan Leimena itu yang dilihat Soekarno tak ubahnya 'Yesus dari Nazaret'. (Dikutip dari "Tokoh-tokoh kristen" dalam Indonesian Christian Webwatch/ICW edisi 1058).

Berbanding terbalik dengan teladan dan semangat Dr. Johannes Leimena, banyak orang Kristen saat ini cenderung merayakan Natal terjebak pada euphoria pesta perayaan Natal, nyaris tak memaknainya dalam memberi dampak positif bagi orang lain.

Apa indikasinya? Lihat saja orang Kristen atau Gereja saat ini yang terjebak dengan gemerlap perayaan Natal hanya untuk kepuasan diri dan rohani sendiri serta kelompoknya. 

Atau, membesarkan nama dan organisasi gerejanya melalui perayaan Natal yang meriah tetapi abai melakukan tugas-tugasnya secara sosial dalam hubungan dengan dunia sekitarnya. Hal yang tentu bertolak belakang dengan semangat Natal pertama, semangat Yesus lahir ke dunia untuk membawa damai dan berkat bagi dunia yang menderita.

Menemukan Kembali Titik Sentuh

Teladan orang seperti Dr. Johannes Leimena mendorong orang Kristen juga Gereja di Indonesia masa kini untuk menekankan dan mengupayakan titik-titik sentuh dengan orang lain, secara khusus dengan umat lain. 

Hal ini penting, karena hilangnya titik sentuh orang Kristen juga Gereja dengan saudara-saudara sebangsa yang beragama lain atau dunia sekitarnya berbanding lurus dengan hilangnya dampak positifnya di tengah bangsa.

Bagaimana caranya menemukan kembali titik-titik sentuh itu? Caranya jelas bukan dengan menyibukkan diri dan warga Gereja dalam kegiatan agamawi setiap waktu sehingga tak punya waktu untuk hal lain. 

Bukan pula dengan menggalakkan seminar, pelatihan, atau pembinaan soal membesarkan anak, hidup pemuda yang benar, keluarga bahagia, tetapi tidak pernah tentang soal soal bersentuhan dengan penganut agama lain dalam menciptakan hidup bersama yang baik.

Semua hal sebelumnya tidak akan membuat titik-titik sentuh ditemukan kembali, justru bisa menghilangkan setiap titik sentuh yang masih ada.

Hiruk pikuk keramaian perayaan Natal mulai terasa menyepi berganti ramai pergantian tahun baru, namun makna Natal yang telah direnggut semogah terus mewarna tak ikut berlalu. 

Untuk itu orang Kristen dan Gereja patut bersyukur terus memiliki kesempatan untuk mengekspresikan kehidupan berimannya di tengaha bangsa ini dalam batas tata tertib dan norma yang diatur bersama.

Dalam kondisi yang kondusif itu semogah akan nampak semangat dan makna perayaan Natal tahun ini dalam bentuk yang real, disusul wujud nyata kehadiran orang Kristen dan Gereja yang bisa memperkaya dan berbuat kebaikan kepada bangsa. Dan itu tidak mungkin terjadi jika orang Kristen tidak mengupayakan titik-titik sentuh.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun