Mohon tunggu...
Donald Siwabessy
Donald Siwabessy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dicari Pemimpin Dengan Cara Pandang Empati

13 Desember 2023   10:18 Diperbarui: 13 Desember 2023   11:33 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dicari Pemimpin Dengan Cara Pandang Empati

 

Pernahkah Anda merasa diri tidak diperhitungkan seseorang hanya karena cara mereka memandang atau menatap Anda? Saya pernah mengalaminya, mungkin juga Anda. Rasanya? Jelas tak mengenakkan.

Maaf, ini dugaan saja, jangan-jangan bukan hanya korban, kita malah pernah jadi pelaku memposisikan seseorang pada perasaan demikian lewat cara kita memandang mereka.

Benar atau tidak dugaan saya itu, saya kira kita butuh mengenal orang dengan cara memandang demikian, juga bagaimana sebaiknya sehingga punya pembanding bagaimana baiknya bersikap dalam relasi dengan orang lain.

Kepribadian Autistik

Dalam dunia psikologi para pelakunya menandai orang dengan cara memandang orang lain yang kemudian menempatkan yang dipandang pada pengalaman tak mengenakan itu sebagai orang dengan kepribadian autistik.

Apa itu autistik? Autistik adalah kata sifat dari kata benda autisme, berarti miskin kontak sosial. Dengan pengertian itu maka orang dengan kepribadian autistik adalah orang yang hidup dalam kepribadiannya sendiri yang nyaris terpisah dari dunia masyarakat pada umumnya.

Dalam cara memandang orang lain, orang autistik mudah dikenali dari tatapan mata mereka yang miskin empati. Ciri mereka yang menonjol seperti, dingin atau tidak hangat, terasa asing dan jauh. Tatapan mata mereka tak bersahabat, tidak mencerminkan keinginan berkomunikasi yang hangat, dan tak berpengertian manusiawi.

Akibatnya dengan cara memandang orang sedemikian, orang seperti ini tampil seolah sebagai manusia yang meremehkan dan tak butuh orang lain. Tak jarang orang yang tak memahami hal ini menganggap orang autistik sebagai orang sombong, manusia angkuh, atau orang yang tak sopan.

Sampai di sini kita melihat sebuah pokok penting dalam hubungan manusia. Pokok ini berpusat pada cara manusia menatap atau memandang orang lain. Ternyata cara memandang orang lain bisa sangat menentukan kualitas relasi antarmanusia. Nampaknya tak sederhana, hal itu sangat menentukan kesan, sejauh mana seseorang memiliki apa yang disebut sebagai daya empati pada sesama.

Daya empati biasanya dikenal sebagai kemampuan memahami perasaan, pikiran, kemauan, sikap, dan tindakan orang lain. Orang yang memiliki daya empati dalam diri biasanya adalah pribadi yang memandang sesamanya dengan tatapan mata empati atau cara pandang empati

(Sumber: Dokpri)
(Sumber: Dokpri)

Cara Pandang Empati

 Cara pandang empati adalah cara memandang yang tidak egosentris. Tindakan ini hadir dari kesadaran penuh manusia akan keinginan memahami dan menerima orang lain dengan kehangatan yang wajar.

Orang dengan cara pandang berempati ini sering menuai banyak kebaikan dan "keuntungan" sejati dari orang atau pihak lain. Orang yang dipandang dengan tatapan empati ini karena diperlakukan demikian cenderung akan meluapkan seluruh potensi kreatif dalam dirinya. Luapan potensi kreatif ini tak terhindarkan akan menjadi keuntungan tersendiri bagi pemilik pandangan empati tadi.

Akibat seperti itu bisa dipahami karena natur setiap kita sangat mendambakan perlakuan baik sesamanya, salah satunya dipandang dengan tatapan empatik.

Menurut para ahli psikologi, setiap kita memiliki kebutuhan mendasar akan kebermaknaan diri dan kasih atau perasaan dihargai, yang jika tak terpenuhi menjadi sebab seseorang bermasalah secara kejiwaan. Dengan kata lain setiap orang membutuhkan perasaan diterima dan dihargai sesamanya. Ketika kedua kebutuhan ini terpenuhi ia merasa ditempatkan pada posisi kemanusiaan yang optimal.

Pada posisi kemanusiaan yang optimal orang akan mengembangkan potensi-potensi kreatif yang dimilikinya secara optimal pula. Disinilah sesungguhnya letak kekuatan cara pandang empati.

Maka apa arti penting cara pandang ini bagi seorang pemimpin?

Pemimpin Dengan Pandangan Empati

Pemimpin dengan cara pandang ini jelas menempatkan anak buahnya atau orang yang dipimpinnya pada posisi kemanusiaan optimal. Yang terjadi kemudian, anak buahnya mampu menumbuhkan dan mengaktualkan segenap potensi kreatifnya secara optimal pula. Mereka tidak akan sekadar bekerja karena perintah yang ditetapkan pemimpinnya. Tak semata sesuai dengan batasan dalam job-description. Lebih dari itu kerja mereka biasa bermuara pada hasil berlipat ganda, tidak sekadar pada batasan hasil yang ditargetkan.

Pemimpin dengan pandangan demikian tentu tak bermaksud munafik, memancarkan pandangan empatiknya karena motivasi atau daya kehendak memperalat orang lain apalagi memperdaya. Namun pandangan atau tatapan mereka memancar dari pikiran sehat disertai kesadaran tentang betapa pentingnya memperhatikan orang lain.

Jumaat, 08/12/2023, kemarin, saya memangkas rambut. Dipemangkas langganan Asgar (asli Garut), tak kebetulan saat ini saya domisili di Cimahi. Saat itu terjadi obrolan ringan diantara kami.

"Kang, lagi ramai pencalonan Capres dan Cawapres sekarang. Siapa jagoannya nih?" tanya saya.

"Saya mah, siapa ajah pak. Yang penting peduli sama nasib rakyat kecil macam saya ini." timpal si akang menjawab tanya saya.

Omongan sederhana di ruang pangkas rambut itu setidaknya memotret harapan banyak orang tentang pemimpin seperti apa yang mereka cari dan inginkan. Dan diantara semua citra dan kualifikasi tentang sorang pemimpin yang sedang dibagus-baguskan saat ini, tak kurang, harapan orang kecil semacam si akang tukang pangkas rambut tadi akan terwujud jika pemimpinnya memiliki cara pandang berempati terhadap orang yang dipimpinnya.

Ah, rasanya tak usah tinggi-tinggilah. Bagaimana dengan kita sendiri?

Sudahkah Anda berupaya memandang setiap orang yang berelasi dengan Anda dengan tatapan berempatik? Jangan-jangan Anda cenderung memandang orang lain layaknya instrument yang harus bekerja mendatangkan keuntungan berlimpah buat Anda sendiri. Cara memandang seperti itu justru tak akan mendatangkan kebaikan dan keuntungan untuk Anda! Sebaliknya, hanya cara memandang penuh empatilah yang akan memicu semangat kerja dan karya kreatif yang membuahkan hasil menggembirakan.

Bagaimana memulainya?

Mulailah tumbuhkan pandangan empati dengan kesudian memandang setiap orang yang berelasi dengan kita dengan penuh perhatian kemanusiaan yang hangat. Pandanglah mereka dengan pandangan bahwa mereka adalah insan yang bermakna dan layak dihargai sebagai sesama ciptaan Tuhan, apapun perbedaannya. Semogah bermanfaat.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun