11. Kepada kalian yang setia dijalan pedang pemberontakan
Kepada kalian yang menolak bungkam
Kepada kalian yang menegakkan kebenaran sejati
Kepada kita semua yang tidak setuju kematian atas ulah pembunuhan
12. Didepan kekuasaan negara
Didepan penjara negara
Didepan pengadilan negara
Siapakah yang akan menjadi adil
Siapakah yang akan diputuskan bersalah
Didepan aparat negara
Didepan kita, masih banyak tumpukan tulang-belulang, darah, air mata, tubuh, nyawa, kematian, pemenjaraan, dan luka rakyat Papua yang harus kita balas dengan merasa bersalah
13. Hormat kepada kalian kawan-kawan
Kami tundukan kepala dan mengutuk penangkapan tak beralasan
Pasal karet warisan kolonial Belanda yang dipakai memenjarakan kalian selama ini
Kepada kami, kalian berikan pelajaran berharga
14. Kepada Surya Anta dan 6 orang kawan di Mako Brimob
Kepada 7 orang kawan di Kalimantan Timur yang dipenjara
Kepada kawan yang dipenjara di Wamena, Jayapura, Sorong dan seluruh tanah Papua
Kepada kalian semua yang di hukum paksa
Mata luka ini harus berakhir
Mata luka rakyat Papua harus berakhir
Mata luka rakyat indonesia harus berakhir
15. Dan kita harus bebas dari semua tuduhan, fitnah, penangkapan-penangkapan yang tak ada absen
Kita harus bebas, karena kita punya hak yang sama
Terus berjuang tanpa mengabaikan solidaritas sepanjang jalan pedang perlawanan ini
Dan pada akhirnya kita yang menang menumbangkan kekuasaan tirani !!
(Ternate, 11 November 2019 06.01 -- Rudhy Pravda)
SAJAK NYANYIAN DARAH DAN NYAWA
Jargon NKRI harga mati
Mati...mati...mati...
Bagi mereka yang menolak patuh
NKRI harga mati
Mati...mati...mati...
Nyanyilah, nyanyilah, nyanyilah!
Jargon ini kabal hukum
Patuh dan tunduk pada senjata
Siap sembur timah panas kepada yang melawan
NKRI harga mati
Mati...mati...mati...
Darah, nyawa, bunuh, penjara, siksa, tangkap, adalah hal yang logis
Selama patriotis dan nasionalis