Tidak bisa dipungkiri, Indonesia merdeka sebagian besar karena pengorbanan kaum radikal. Mereka yang dibunuh, dibuih, dan dibuang.
Era reformasi sekarang pun banyak masyarakat bahkan mahasiswa dan Dosen-Dosen sebagian pun keliruh memaknai kata radikal, sehingga ada gerakan-gerakan rakyat memprotes kebijakan Pemerintah dan aksi-aksi dan pergerakan mahasiswa yang membelah hak-hak masyarakat Proletariat di anggap melawan negara dan memecahkan kesatuan negara. Bahkan ada Dosen yang mengajarkan Marxisme dianggap pemberontak, bahkan dituding komunis era baru.
Ini yang perlu di luruskan sebab memaknai sebuah kata tanpa melandasi sejarah dan arti yang jelas maka akan terjadi kontradiksi dalam pemaknaan kata yang sesungguhnya.
Pun banyak membaca sejarah sehingga tidak terkesan asal-asalan.
Ini tangung jawab akademisi untuk membenarkan kata yang keliruh di konsumsi publik, sehingga generasi bangsa pun tidak termakan doktrin yang di tinggalkan oleh konsumsi publik yang salah.
Jadi jangan takut berpikir dan bertindak radikal!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H