[caption id="attachment_3972" align="alignleft" width="350" caption="Endriartono Sutarto"][/caption] Kira-kira begitulah yang disampaikan oleh Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto menanggapi aksi unjuk rasa mahasiswa di depan Istana Merdeka Jakarta, Rabu 20 Oktober 2010 hari ini. Mengapa? Rupanya politik pencitraan yang menjadi sorotan banyak pihak selama ini juga menjadi fokus perhatian sang mantan panglima ini, presiden SBY dinilai terlalu banyak menonjolkan pencitraan ketimbang turun dan turut langsung merasakan problema di tengah masyarakat saat ini. Bila melihat tuntutan elemen mahasiswa dalam aksi mereka kepada pemerintahan SBY-Boediono - masa satu tahun pemerintahannya - adalah melakukan evaluasi kinerja secara cepat dan konkret terhadap enam hal pokok, yakni pendidikan, ekonomi, kesehatan, energi, pangan, dan korupsi. Apakah benar hal tersebut yang dirasakan oleh masyarakat saat ini? Tampaknya begitu... Persoalannya apakah politik pencitraan presiden dianggap sebagai masalah, sehingga masyarakat banyak kurang merasakan dampak dari kebijakan dan implementasi dari pemerintahan SBY saat ini? Seperti dikutip dari situs portal kompas.com hari ini, terkait aksi unjuk rasa mantan panglima ini berujar, "Harus mau introspeksi diri. Artinya, seorang presiden dan wakil presiden, menteri, seharusnya ketika duduk saat ini menganggap sebagai amanah.." Bagi Endriartono, demonstrasi hari ini adalah realita dari kehidupan masyarakat yang sebenarnya... Begitu ya pak, persoalannya kadang-kadang janji saat kampanye pemilihan presiden memang selalu indah, realisasinya lebih sulit lagi diwujudkan... Disanalah tempat pencitraan mengisi kesenjangan antara janji dan realitas, rakyat seperti biasa diminta sabar menunggu... Apakah pencitraan itu salah? Mengingat hampir semua negara, kepala negaranya juga melakukan hal tersebut, misalnya saat Presiden Obama menghadapi kemelut British Petroleum yang mengakibatkan pencemaran minyak oleh perusahaan tersebut di Teluk California bulan-bulan lalu. Obama sampai-sampai menyediakan waktu berenang berserta keluarganya di teluk tersebut. Apa yang ingin disampaikan oleh presiden AS ini, pantai di area teluk ini merupakan salah satu ikon pariwisata negara mereka, sehingga perlu dilakukan hal tersebut bahwa pantai ini layak dan tetap aman. Dan bagaimana kita dan dunia melihat hebatnya presiden Chili, Sebastian Pinera saat turun langsung dan dengan sabar bersama-sama dengan tim penyelamat menyemangati terjebaknya 33 petambang Chili yang terkurung di perut bumi di kedalaman 700 meter selama sekitar dua bulan, hingga kemudian terselamatkan. Apakah tim pencitraan di belakang presiden kita ini kurang cerdik, sehingga setiap langkah beliau selalu mengundang kritik? Persoalannya bila pencitraan tidak lagi efektif seperti yang dikeluhkan oleh banyak kalangan, berarti inilah saatnya bagi presiden kita untuk benar-benar meninggalkan legacy - warisan di masa pemerintahannya yang kedua ini. Mulailah dari pemberantasan korupsi yang tidak tebang pilih, misalnya. Kemudian ada juga hal yang bila dikemas secara baik dalam komunikasi politik beliau yang selalu dikelilingi oleh penasihatnya yang piawai itu, misalnya ide pemindahan ibu kota RI - mengingat Jakarta secara perlahan tapi pasti telah menjadi kota terkutuk dan salah urus, karena tidak ada lagi gubernur setara Ali Sadikin (kecuali yang mendekati hanya Sutiyoso, barangkali...) dengan kualitas kepemimpinan nomor satu. Hal ini akan menjadi peristiwa spektakuler bagi bangsa ini, bila dipersiapkan dengan baik dan rakyat Indonesia akan terus mengenang bahwa saat di masa pemerintahan SBY lah problematika ibu kota RI diputuskan untuk dipindahkan. Mungkinkah? Terlepas dari beragam persoalan bangsa ini, Endriartono Sutarto tampaknya optimis saja, bila presiden menafikan politik pencitraan dan sungguh-sungguh untuk bekerja keras demi rakyat di masa periode terakhirnya ini... Kita sungguh ingin melihat kualitas kepemimpinan presiden kita ini, kepemimpinan yang sepenuh hati yang diperlukan rakyat dan tak lagi tergoda dalam politik citra dan mulai bekerja cermat... Iya deh kalau begitu pak, Stop Pencitraan ! Jakarta, 20 Oktober 2010 -------------------------------------------- (Diolah dari kompas.com, Foto TribunNews.com/Bian Harnansa) All related articles, u can find on this bLog site, click..... Stories From The Road...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H