Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian telah melakukan Inovasi Teknologi Mekanisasi Pertanian Modern dalam Mendukung Revolusi Industri 4.0. Peran mekanisasi pertanian merupakan salah satu komponen penting untuk pertanian modern dalam mencapai target swasembada pangan berkelanjutan. Beberapa diantaranya yaitu:
- Smart Farming 4.0, merupakan pertanian dengan metode cerdas berbasis teknologi. Diberitakan oleh  Republika online Sabtu 19 September 2018 bahwa Smart Farming 4.0 menjadi masa depan pertanian Indonesia. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi modern ke dalam pertanian ini mengarah ke Revolusi Hijau ketiga setelah revolusi pemuliaan tanaman dan genetika.Â
- Teknologi yang digunakan dalam Smart Farming 4.0 di antaranya Agri Drone Sprayer (Drone penyemprot pestisida dan pupuk cair), Drone Surveillance (Drone untuk pemetaan lahan) serta Soil and Weather Sensor (Sensor tanah dan cuaca). Data yang dapat diperoleh dari sensor ini diantaranya kelembapan udara dan tanah, suhu, pH tanah, kadar air, hingga estimasi masa panen.Â
- Penerapan metode Smart Farming 4.0 bukan sekadar tentang penerapan teknologi, namun kunci utamanya adalah adanya data yang terukur. Terintegrasi dengan aplikasi berbasis android, peringatan dini akan diterima petani jika terjadi anomali terhadap kondisi lahan mereka, juga akan mendapatkan rekomendasi, demi mencegah terjadinya kerusakan terhadap lahan dan tanaman.
- Smart Farm (pertanian cerdas), termasuk dalam kategori ini adalah pertanian dalam ruangan. Sanan Sino-Science di Anxi, Provinsi Fujian, China adalah perusahaan yang mempopulerkan sistem Smart Farm dan yang pertama dijuluki sebagai pertanian vertikal terbesar di dunia dengan luas lahan seluas 1 hektar.Â
- Smart Farm memakai sistem yang bisa mengatur suhu, sumber air, kelembapan udara, nutrisi, dan LED tipe Grow light khusus yang menggantikan sinar matahari. Luas pertaniannya kini mencapai 5000 m2. Satu hari bisa menghasilkan 8 hingga 10 ton sayuran segar. Hasil panen itu setara dengan memberi makan hampir 36.000 orang. CEO Sanan Sino-Science menyampaikan bahwa metode ini sangat menguntungkan lingkungan yang menantang seperti padang pasir, pegunungan, atau di kota besar yang memerlukan biaya lebih untuk upah tenaga kerja.
- Smart Green House (rumah pertanaman pintar), Balitbangtan telah berhasil mengembangkan rumah pertanaman pintar (Smart Green House) ver.1 yang terintegrasi dengan sistem operasi android, hal ini memungkinkan untuk melakukan kontrol dan pengawasan rumah pertanaman dari jarak jauh (remote) di mana pun kita berada.Â
- Keunggulan metode ini antara lain (1) sebagai rumah tanaman, dimana iklim mikro yang dibutuhkan tanaman sebagai syarat tumbuhnya (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan lengas tanah) dapat dikendalikan sesuai dengan syarat tumbuh tanaman; (2) dapat diakses menggunakan Smartphone berbasis Android sehingga dapat diakses dimana saja dan kapan saja asal smartphone terkoneksi dengan internet.
- Autonomous Tractor (traktor otomatis), merupakan hasil inovasi terbaru Badan Litbang Pertanian melalui salah satu unit pelaksana teknis yaitu Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Traktor empat roda otonom ini mengunakan Sistem navigasi GPS berbasis Real Time Kinematika.Â
- Traktor tanpa awak ini mempunya fungsi dan keunggulan untuk Mengolah Tanah dengan menggunakan Traktor Roda 4 dengan system kemudi yang dapat dikendalikan secara otomatis. Inovasi Mekanisasi di sektor pertanian mendukung Revolusi Industri 4.0, dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet.Â
- Badan Litbang Pertanian menyampaikan dalam website resminya, Sektor pertanian perlu beradaptasi untuk menjawab tantangan ke depan di mana kegiatan pertanian mulai dari olah lahan, tanam, panen, hingga pengolahan dilakukan menggunakan remote control dari rumah.
- Smart Irrigation (Sistem irigasi pintar), sistem ini menyesuaikan jadwal penyiraman dan menjalankan waktu secara otomatis untuk memenuhi kebutuhan lansekap tertentu. Kontroler ini secara signifikan meningkatkan efisiensi penggunaan air di luar ruangan (www.hydropoint.com).Â
- Pengontrol irigasi cerdas memantau cuaca, kondisi tanah, penguapan, dan penggunaan air tanaman untuk secara otomatis menyesuaikan jadwal penyiraman dengan kondisi aktual lokasi. Pada dasarnya ada dua jenis pengontrol irigasi pintar, yaitu: berbasis cuaca dan sensor kelembaban tanah di tempat. Solusi yang tepat tergantung pada lokasi geografis dan lingkungan lansekap yang ada.
Untuk memperluas jaringan pasar, diperlukan adopsi teknologi berbasis internet dalam pemasaran produk-produk pertanian. Aplikasi sebagai vendor (e-commerce) yang banyak digunakan oleh masyarakat diantaranya Bukalapak, Tokopedia, Lazada, Shopee dan lapak-lapak online lainnya yang ditampilkan di banyak media sosial sekarang ini.Â
AFoCO Regional Project Component 3 "Facilitating the Participatory Planning of Community Based Forest Management Using Gegraphic Information System and Remote Sensing in Forest resources Management in the Philippines, Indonesia and Thailand" yang bekerjasama dengan Badan Litbang dan Inovasi-Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Sijunjung-Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Barat; KPHL Batutegi-Dinas Kehutanan Propinsi Lampung; dan KPHL Sikka- Dinas Kehutanan Propinsi Nusa Tenggara Timur telah melatih praktek pemasaran digital (digital marketing) bagi anggota kelompok tani hutan di Kemitraan Kehutanan Cempaka -KPHL Batutegi dan kelompok tani pengelola Hutan Nagari Paru di KPHL SIjunjung,Sumatera Barat.Â
Pada pelatihan ini petani terlihat antusias dan memiliki semangat yang tinggi untuk bisa bertransaksi online dengan menghasilkan akun toko yang siap bertransaksi. Kemampuan petani dalam bertransaksi online akan memperbesar peluang pemasaran untuk produk tani mereka.
Pengembangan pola kerja sama (kemitraan)Â
Dilansir dari website resmi sekretariat kabinet bahwa pentingnya pengembangan kemitraan ketahanan pangan  untuk menjawab tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan masa mendatang melalui pengembangan pola kerja sama (kemitraan) antara akademisi, pebisnis, pemerintah dan Lembaga Masyarakat yang akan memperkuat integrasi pencapaian ketahanan pangan nasional.Â
Dengan terintegrasinya pola pengelolaan dalam kemitraan ini diharapkan potensi (resources) yang terdapat pada masing-masing pelaku nantinya dapat dimaksimalkan, sehingga produksi kebutuhan pangan pokok dapat ditingkatkan dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat.
Melalui keempat upaya tersebut, diharapkan pertanian Indonesia yang maju untuk mencapai target swasembada dan ketahanan pangan berkelanjutan lekas terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H