Pada saat itu, orang tua harus mengajarkan bagaimana membuat keputusan yang baik dan benar. Di antara banyaknya opsi keputusan, seorang anak terkadang bingung memutuskan dengan baik dan benar. Ajak anak melihat resiko-resiko sebuah keputusan. Beri gambaran bila anak memutuskan sesuatu yang salah.
Dengan tingkar berpikir yang belum mapan, anak butuh pendamping. Apalagi sekolah-sekolah kita tidak mengajarkan tekhnik berpikir yang baik dan benar. Sekolah-sekolah kita dalam praktiknya masih berfokus pada sisi kognitif belaka.
Sisi kognitif yang diajarkan hanya hafalan yang wajib dikuasai guna menghadapi tes dan ujian di atas kertas atau komputer. Sehingga wajar anak tidak mampu melewati tes dan ujian kehidupan.
Sisi afektif dan psikomotorik anak sering terlupakan. Kedua sisi ini tidak tumbuh-kembang sebagaimana kognitif. Kecerdasan emosional dan spritual tidak dibangun dengan baik. Sehingga anak jarang sekali berpikir resiko ketika mengeksekusi apa yang dipikirkan.
Guna menumbuh-kembangkan afektif seorang anak, orang tua punya peran penting. Mendidik nilai kemanusiaan dalam bentuk pemikiran (afektif) dan implementasi dalam bentuk amal baik (psikomotorik) penting dilakukan. Mereka (anak) akan terbiasa melakukan hal yang positif, menumbuhkan empati, sehingga menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat bagi masa depan.
Pendidikan di rumah pada dasarnya awal mula seorang anak mengenal dunia. Jika di rumah anak merasakan dan melihat kedamaian, cinta, kasih sayang, dan hal-hal positif lainnya maka ia akan beranggapan begitulah dunia. Karenanya teladan anak (orang tua) harus mampu menciptakan lingkungan positif bagi tumbuh-kembang anak.
Kita sepakat bahwa anak adalah pemilik masa depan bangsa. Menyiapkan masa depan bangsa harus dimulai dengan menyiapkan anak dengan baik. Kerjasama antara ibu-ayah adalah kunci, karena anak milik bersama.
Jangan tunjukkan konflik di depan anak. Jangan murah mengeluarkan kata-kata kasar di depan anak. Dan jangan ragu meminta saran dari orang lain yang sukses mendidik anak. Semoga apa yang terjadi pada Dandy tidak terulang lagi.Â
Negeri ini lahir hasil dialog. Sehingga ke depankan dialog pada anak-anak ketimbang marah-marah yang tidak produktif. Orang tua kencing berdiri, jangan salahkan anak kencing berlari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H