Kasus penganiayaan atau lebih tepatnya kasus kekerasan terhadap David oleh Dandy bak drakor. Bukan ayah Dandy yang terkena imbasnya, pacar Dandy pun mendapat serangan via online. Apakah hukuman itu pantas diterimanya? Mari kita telaah bersama.
Bila kita baca pemberitaan kasus David dan Dandy, akarnya adalah rasa cemburu. Dandy merasa tidak nyaman mendengar kabar soal David yang diduga melakukan tindakan kurang nyaman terhadap pacarnya. Cemburu adalah hal normal dalam sebuah hubungan.
Meski cemburu berlebihan malah berakibat fatal. Masuklah kecemburuan dalam ranah hukum disebabkan adanya tindakan kriminal. Kasus ini memiliki beragam dimensi yang dapat kita ambil pelajaran di dalamnya. Dalam tulisan singkat ini saya ingin kita fokus pada pacar Dandy.
Bila pacar Dandy benar diganggu oleh David, maka dalam kasus dia adalah korban. Dan sialnya lagi dia harus menjadi korban lagi ketika kebanyakan kita menyalahkan dia. Dianggap sebagai penyebab utama pertikaian Dandy dan David.
Bila kita telusuri lebih jauh, apa yang dialami pacar Dandy kerap dialami korban perkosaan maupun pelecehan seksual dimana perempuan tetap disalahkan. Hal itu menyebabkan masih banyak perempuan yang enggan melaporkan kejahatan seksual terhadap dirinya.
Salah sendiri berpakaian seksi, keluar malam, dan tuduhan lainnya akan disematkan pada korban pelecehan seksual. Begitu sering kita dengar dan baca komentar negatif terhadap korban.
Nasib yang sama sudah mulai dirasakan pacar Dandy. Baca dan dengar komentar masyarakat sekitar. Tuduhan perempuan tidak benar, gatal, provokator, licik, pengadu domba, sudah mulai dialamatkan ke pacar Dandy.Â
Budaya patriarki memang problema besar di negara kita. Bukan hanya merugikan perempuan namun juga merugikan laki-laki. Patriarki telah menghasut Dandy untuk melakukan apa yang diinginkan patriarki. "Ah cemen, masa sih ceweknya diganggu oang lain diam saja".Â
Patriarki kemudian menghasut Dandy untuk melakukan tindakan superior, karena lelaki tanpa tindakan fisik tidak dianggap lelaki. Demikian paham patriarki yang tertanam sejak dahulu hingga yang akan datang, apabila tidak ada usaha mengikis patriarki.
Kembali soal pacar Dandy, kini hukuman dari para penganut patriarki akan terus menimpanya. Pria yang saling hantam, perempuan yang salah, anak nakal ibu yang salah. Pacar Dandy sudah terlanjur dilabeli sebagai provokator, penghasut dan label-label lain yang akan menekan psikologisnya.
Kita berharap, terutama lembaga pemerintah dapat mencegah dampak yang lebih buruk lagi. Jangan sampai pacar Dandy kehilangan masa depan karena ulah orang lain.Â
Saya pernah membaca pemberitaan korban perkosa oleh keluarganya sendiri. Bukannya mendapat empati malah cemooh. Korban disalahkan bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
Pacar Dandy pun akan mengalami hal yang sama. Dapat dipastikan teman-teman sekolah akan menjauh. Cemoohan entah langsung maupun medias sosial akan terus dirasakannya. Lalu apa yang bisa kita lakukan guna menyelamatkan anak muda kita.
Pertama LPSK, lembaga ini harus berperan aktif melindungi anak muda kita. Bukan hanya David, Dandy dan pacarnya berhak diselamatkan. Mereka masih memiliki masa depan. Dandy salah melakukan tindakan kriminal namun tidak sepenuhnya salah. Ia contoh salah urus atau bisa jadi tidak diurus dengan baik.
Begitu juga dengan pacarnya, boleh jadi aduannya sedikit memprovokasi namun pada dasarnya ia ingin dilindungi. Karenanya ia mengadu pada orang yang dicintai/dipercaya.Â
Selanjutnya, komnas anak harus melakukan langkah cepat mendamaikan anak-anak muda yang bertikai. Tradisi saling memaafkan memang semakin luntur dari budaya kita. Kita lebih memilih saling caci ketimbang saling puji, akibatnya menular pada generasi kita.
Kemudian yang terpenting menurut saya, media harus menahan diri. Jangan jadikan anak-anak kita korban setelah apa yang terjadi. Masih bamyak kasus korupsi yang belum terungkap di negeri ini, teman-teman media ada baiknya melakukan investigasi membantu aparat penegak hukum.
Sangat kita sayangkan ketika pemberitaan David, Damdy dan pacarnya juga menyentuh psikis anak yang bapak/ibunya bekerja di dinas pajak. Bayangkan cemoohan minimal sindiran akan mereka dapati setelah kasus ini menyeret ayah Dandy.
Semoga kita semua memiliki rasa empati pada anak-anak. Mereka adalah penerus bangsa, jangan rusak masa depan mereka dengan sindiran dan cemoohan kita di ruang publik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H