Diakui atau tidak, Ramadan tahun ini sangat berbeda dengan Ramadan sebelumnya. Dan tahun ini, bagi saya yang merupakan penikmat kopi, buka puasa bersama teman-teman di warkop (warung kopi) menjadi hal yang dirindukan. Biasanya nyaris setiap hari kami lakukan itu. Kalaupun tidak buka puasa bersama, biasanya selepas tarawih kami ngopi bareng.
Tahun ini dengan adanya protokol kesehatan, dengan semangat nasionalisme, kami memutuskan untuk tidak ngopi bareng. Semua demi kami, keluarga, negeri ini pastinya. Sulit memang beradaptasi dengan itu, sulit memang tak lagi ngopi bareng. Sungguh rindu suasana warung kopi, suasana canda tawa serta diskusi ilmiah hingga diskusi tanpa solusi.
Pastinya melalui ngopi banyak ide tertuang, banyak kegiatan sosial kami lakukan dimulai dari ngopi. Beragam profesi duduk semeja, dari daerah (kabupaten/kota) yang berbeda pula. Bahkan saat pilpres dan pileg berbeda pilihan politik, namun perkara ngopi kami semua itu ditiadakan. Kami paham, pilpres dan pileg ritual politik, tak perlu debat hingga keluar urat leher.
Dengan realitas politik hari ini, kami semakin percaya apa yang kami lakukan adalah benar. Tidak boleh ngopi diganggu oleh pilihan politik, oleh suku dan agama yang berbeda. Saat ngopi kami merasa menjadi demokrat sejati, kami merasakan aroma kemajemukan, bukan sebatas retorika namun praktik langsung.
Melalui ngopi bareng semua problema kehidupan rasanya terselesaikan. Melalui ngopi bareng kami tahu kondisi masing-masing. Di malam Ramadan biasanya diskusi seputar puasa dan tarawih, mulai dari bilangan tarawih yang berbeda hingga keunikan setiap masjid yang kami kunjungi. Kami biasanya berganti masjid setiap tarawih, kami ingin mencicipi semua mazhab dalam pelaksanaan tarawih.
Ah sungguh indah, selepas tarawih ngopi bareng. Namun semua itu kini hanya kenangan, harapannya hanya tahun ini kegiatan itu terhenti. Semoga saja di Ramadan yang akan datang kerinduan ini terobati. Kita bebas melaksanakan tarawih berjamaah di masjid  dan ngopi di manapun kita suka. Barangkali inilah jalan menuju takwa, sabar dengan realitas hari ini, tetap bersyukur dalam segala keadaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H