Judulnya barangkali sedikit mengganggu kebatinan kita orang timur. Orang Indonesia yang sejak kecil sudah berinteraksi dengan. Seolah tulisan ini anti agama atau kurang percaya dengan agama. Tidak bermaksud demikian. Namun malah sebaliknya, ilmu pengetahuan wajib dikuasai oleh siapapun termasuk penganut agama.
Ilmu pengetahuan bahkan menghindari kita dari sikap mau menang sendiri. Sikap merasa paling benar, fanatisme, bahkan anarkisme. Meski sejatinya larangan itu sebenarnya sudah termaktub dalam ajaran agama. Namun hal-hal begitu jarang disampaikan, kalau pun ada disampaikan tidak memasuki ruang nalar pendengar. Itulah mengapa penting ilmu pengetahuan.
Di era kompetitif sekarang dan yang akan datang, peran ilmu pengetahuan semakin penting. Tanpa ilmu pengetahuan manusia yang beragama sekalipun dapat lebih menakutkan daripada manusia tak beragama. Pemahaman beragama yang ikut-ikutan tanpa didasari ilmu malah berbahaya. Demikian pula dengan bidang lain.
Ketika kecerdasan telah dapat direkayasa sejatinya manusia dalam ancaman dari ciptaannya sendiri. Kemampuan mesin sudah mulai menggeser peran manusia. Beberapa pekerjaan hilang digantikan dengan mesin. Meski di saat yang sama muncul pekerjaan baru. Manusia harus waspada atas perkembangan itu.Â
SDM Indonesia harus mampu fenomena itu. Tidak bisa lagi menganggap mesin hanya alat karena semakin lama mesin malah memperalat manusia. Bangsa lain terus meningkatkan SDM mereka setelah melihat fenomena tersebut. Bangsa Indonesia jangan terus-terusan terlena dengan SDA sehingga lupa meningkatkan kualitas dirinya.
Coba kita perhatikan fenomena SDM kita hari ini. Teramat sering berdebat di media sosial sesuatu yang sudah lama diperdebatkan di masa lalu. Lalu kebencian dan kemarahan serta  dendam yang ditanam dalam jiwa dan pikiran. Akibatnya SDM Indonesia masih jalan di tempat. Meski itu tidak semua, namun lebih banyak yang gemar begitu.
SDM kita selanjutnya lebih condong menjadi konsumen ketimbang produsen. Gim-gim populer misalnya. SDM Indonesia hanya menjadi pemain bukan produsen gim tersebut. Padahal peluang bisnis itu terbuka lebar. Indonesia salah satu negara pemain gim terbesar di dunia. SDM kita juga cenderung memilih menjadi penerima gaji ketimbang pemberi gaji.
Itulah mengapa masa depan bangsa SDM kita tergantung dari ilmu pengetahuan yang dimiliki. Karenanya harus ada upaya peningkatan kualitas SDM kita secara bertahap, terorganisir, sistematis. Sejak dalam kandungan SDM Indonesia harus dijaga. Contoh kecil, ketika anda merokok di dekat ibu hamil, sebaiknya matikan rokok tersebut. Harus dipastikan janin bebas dari asap rokok.Â
Ketika sudah menjadi balita, anak-anak selain dijaga gizinya juga jauhkan dari asap rokok yang dapat mempengaruhi kualitas balita. Itu target jangka panjang. Sementara untuk jangak pendek, generasi kita hendaknya gemar membaca. Jauhkan mereka dari narkoba.Â
Pendidikan kita juga harus mengajarkan kritikal thinking. Jangan monoton. Sikap kritis merupakan cara mereka mendapatkan pengetahuan lebih mendalam. Tanpa dialektika ilmu pengetahuan tidak pernah berkembang. Melalui pemikiran kritis mereka menemukan kebenaran.Â
Ilmu pengetahuan menjadi syarat utama bagi SDM Indonesia untuk bersaing. Tanpa itu mustahil SDM kita bersaing secara global. Kita harus ubah mental konsumen menjadi produsen. Langkah jangka pendek ini harus dilakukan semua pihak. Mulai dari pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Kampus harus benar-benar berperan sebagai pusat ilmu pengetahuan. Jangan sebatas mengejar kuantitas mahasiswa. Tanpa usaha serius menjadikan mahasiswa sebagai bagian penting dalam kehidupan bernegara. Lihatlah bagaimana teknologi membantu membesarkan nama-nama tokoh melalui media sosial.
Bayangkan bila tanpa ilmu pengetahuan, apakah media sosial maupun gadget yang kita gunakan hari ada? Tidak. Saatnya SDM Indonesia menguasai ilmu pengetahuan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H