Toh nantinya bioskop di Banda Aceh dapat diatur agar tidak melanggar norma agama dan adat. Jangan sampai pemikiran negatif menghambat investasi maupun keinginan warga Banda Aceh memiliki bioskop.
Kehadiran bioskop harus dilihat dengan kacamata positif. Jangan buru-buru menganggap bioskop tempat baru melakukan maksiat lahir. Toh maksiat dapat dilakukan di manapun dan kapanpun tanpa memilih tempat dan waktu. Entah itu di kantor pemerintahan, swasta, warkop, bahkan di rumah ibadah sekalipun manusia bisa berbuat maksiat.
Rakyat Aceh harus membuka diri dengan investasi. Kemiskinan dan pengangguran harus perlahan dikurangi. Pemerintah tidak akan mampu melakukan itu tanpa bantuan swasta. Investor menjadi penting dalam rangka mengurangi angka kemiskinan maupun pengangguran. Percayalah, bioskop lebih banyak untungnya ketimbang rugi.
Bayangkan kita dapat menyaksikan film-film kelas dunia di tanah lahir sendiri. Bukan hanya itu, film karya anak Aceh hadir di bioskop sendiri kan lebih asyik. Ketimbang harus menghabiskan dana transportasi dan penginapan jika menonton di luar daerah. Sungguh menarik nantinya nonton film-film Aceh di bioskop. Setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H