Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gaji Lulusan UI dan Kimi Hime

7 Agustus 2019   11:13 Diperbarui: 7 Agustus 2019   12:23 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saya tidak tertarik mengulas postingan yang tak jelas penulisnya. Namun karena selalu ada passion untuk melihat postingan dari berbagai sudut pandang berbeda, saya akhirnya memutuskan untuk menanggapinya. Pelamar kerja itu mengaku sebagai lulusan Universitas Indonesia. Tentu saja ulasan ini subjektif dan boleh dikritisi.

Dalam postingan yang sudah dikomentari banyak orang itu disebutkan bahwa lulusan UI standar gajinya 8 juta lebih. Sehingga tawaran 8 juta menurutnya tidak sesuai dengan almamaternya yang merupakan universitas terbaik. Barangkali begitulah subtansi postingan tersebut.

Intinya, angka yang ditawarkan itu belum memenuhi standar bagi lulusan UI yang merupakan universitas terbaik di Indonesia. Saya sepakat dengan pembuat postingan tersebut. Harusnya gaji lulusan UI minimal 10 juta per bulan. Akan tetapi bagusnya mereka yang menjadi pewawancara bukan yang diwawancarai.

Sebenarnya bukan hanya lulusan UI, jika memang ingin gaji di atas 8 juta, ada baiknya sarjana menjadi pencipta lapangan kerja. Artinya selain memiliki ilmu ia harus kreatif dan inovatif. Para pemenang di era kompetitif biasanya orang-orang yang kreatif dan inovatif, mampu membaca peluang.

Bukan berarti pula pelamar kerja tidak kreatif. Bisa jadi ia menyukai pekerjaan tersebut, ia bekerja sambil belajar. Nah, gaji biasanya menjadi sesuatu yang penting. Namun jangan pula menjadi penghalang dalam berkarya sekaligus membuktikan kelayakan diri. Identitas tidak membuktikan apapun, itu hanya perspektif yang manipulatif. 

Mindset identitas sebagai standar gaji masih boleh didebatkan. Kasus postingan yang mengaku sebagai alumni UI tersebut merupakan contoh nyata. Bandingkan dengan Kimi Hime yang merupakan lulusan universitas Bunda Mulia.

Setiap bulannya puluhan juta diraih Kimi dari akun youtube-nya. Saya kira Kimi cerdas dalam melihat peluang. Ia kreatif dan inovatif sehingga pendapatannya mengalahkan karyawan BUMN. Perguruan tinggi harusnya menciptakan orang-orang kreatif seperti Kimi, bukan hanya para penghamba gaji.

Kimi Hime harusnya dijadikan inspirasi bagi alumni UI yang ingin gaji besar. Menjadi wirausaha dengan ilmu yang didapat dibangku kuliah. Tak harus persis sama, setidaknya usaha mandiri dilakukan oleh mereka yang mengaku alumni maupun alumni universitas lain.

Orientasi para penghamba gaji dari universitas apapun di belahan bumi ini akan selalu menjadi karyawan. Dari satu instansi ke instansi lainnya, ia bakal begitu saja meski gajinya naik. 

Tanpa kreativitas sejatinya sarjana manapun tak akan lebih baik dari robot. Bahkan lebih efisien mempekerjakan robot. Konflik psikologis lebih kecil dibandingkan mempekerjakan manusia penghamba gaji. Bukan berarti gaji tak penting akan tetapi cobalah memposisikan diri sebagai orang yang menggaji.

Memposisikan diri itu penting sehingga muncul empati. Kita dapat memahami psikologis orang-orang yang akan mempekerjakan kita. Bagi kita barangkali angka itu kecil, anehnya kita tidak mampu menjadi seperti dia. Mempekerjakan orang lain meski dengan gaji kecil.

Saya kira ide itu mahal. Tidak semua sarjana memiliki ide yang kemudian dijalankan sehingga menciptakan lapangan kerja. Buktinya, sarjana yang melamar pekerjaan lebih banyak dibandingkan dengan yang menciptakan lapangan pekerjaan. Saya tidak tahu, apakah lulusan UI lebih banyak yang mempekerjakan orang atau yang bekerja untuk orang lain.

Setiap universitas harusnya memiliki data itu. Nantinya dapat dijadikan evaluasi arah kebijakan universitas. Apakah akan diarahkan menciptakan penghamba gaji, profesional, atau para pengusaha. Tingkat kepuasan manusia memang beda-beda. Saya kira produk apapun di masa perkenalan tidak mungkin di atas harga produk lama.

Biasanya malah ada potongan harga. Bukan berarti produk itu murahan akan tetapi produk itu butuh pembuktian kualitas. Demikian halnya dengan fresh-graduated dari universitas manapun. Meski universitasnya hebat, belum tentu dirinya berkualitas. Butuh pembuktian.

Ketika kualitas telah diketahui, anda tak perlu melamar namun bakal dilamar. Ronaldo dan Messi merupakan contoh orang-orang yang telah membuktikan kualitas dirinya. Coba perhatikan gaji mereka di awal karir dan setelah ketahuan kualitas dirinya. Pastilah jauh beda, dan lamaran dari berbagai klub pun datang.

Cristiano Ronaldo menempa diri di akademi sepakbola di kampung halamannya. Fakta kemudian berbicara, meski Ronaldo bukan berasal dari akademi sepakbola bergengsi seperti di Barcelona, namun gajinya lebih besar dari rata-rata pemain Barcelona. Demikian pula ketika membela Madrid, gajinya mengalahkan gaji pemain-pemain jebolan akademi sepakbola di Madrid.

Bekerja di dunia hiburan memang menjanjikan. Lulusan UI kalau ingin gaji besar di awal memasuki dunia kerja menurut saya harus kreatif seperti Kimi. Bekerja sesuai hobi sangatlah mengasyikan. Kimi yang memiliki hobi ngegames berhasil menjadikan hobinya sebagai penghasilan. Lulusan UI, contoh Kimi donk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun