Setelah Ramadan berakhir, umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri. Momen saling memaafkan yang diharapkan menghapus dosa sesama manusia. Perkara ini penting karena dosa sesama manusia harus diselesaikan sesama manusia tidak bisa melalui Allah Azza Wa Jalla. Beragam persiapan dilakukan, mulai membersihkan rumah hingga menu makanan bagi tamu yang hadir pada 1 Syawal.
Bukan hanya masyarakat pada umumnya, para pejabat negara termasuk Presiden biasanya memberi kesempatan kepada rakyat untuk bersilahturahmi. Pada tahun ini, Jokowi sebagai Presiden RI juga melaksanakan open house. Melalui kegiatan ini rakyat bisa bersalaman langsung dengan Jokowi. Keakraban antara kepala negara dan rakyatnya dapat terjalin meski kesempatan tersebut hanya sesaat.
Tahun ini ada yang menarik dengan adanya sujud yang dilakukan seorang pengunjung asal Bontang, Kalimantan Timur. Tentu saja ini menarik media dan media sosial membicarakan hal ini. Sikap berlebihan tersebut sangat tidak elok, sikap fanatisme yang tidak baik. Saya bayangkan sikap berlebihan begini yang membuat para pendukung habis-habisan membela para tokoh dengan cara apapun.
Makna lebaran bukan itu, Idul Fitri merupakan momen bagaimana kita saling menghalalkan (memaafkan). Sebagai manusia tentu kita tak luput dari kesalahan. Apalagi dalam pilpres kemarin, dimana ajang saling caci dan maki terjadi seperti kewajaran. Harusnya Open House yang dilakukan Jokowi dihadiri para pendukung Prabowo. Dan yang hadir ke rumah Prabowo para pendukung Jokowi. Dengan demikian dendam selama pilpres dapat lenyap.
Kita memang cenderung mendatangi mereka yang kita senangi padahal harusnya sebaliknya. Mereka yang tidak menyukai kita atau yang tidak kita sukai yang harusnya saling mengunjungi. 'Penyembah' Jokowi dalam Open House jelas merupakan orang yang sangat menyukai Jokowi bahkan fanatik. Wajar bila tindakannya tidak bisa diterima akal sehat maupun syariat. Nabi bersabda:
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.”Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1159), Ibnu Hibban (no. 1291 – al-Mawaarid) dan al-Baihaqi (VII/291), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Hadits ini diriwayatkan juga dari beberapa Shahabat. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1998).
Semoga kita terhindar dari sikap berlebihan, betapapun kita sangat menyukai orang atau tokoh tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H