"Maaf Pa @jokowi, kok solusinya cetek dan merugikan kepentingan nasional? Pasar domestik di negara2 besar khusus untuk airline domestik," ujar Rizal dalam cuitannya di Twitter @RamliRizal, Sabtu, 31 Mei 2019.
Rizal Ramli menyatakan industri persaingan bisnis maskapai yang ada saat ini berada dalam kondisi duopoli. Situasi tersebut memungkinkan bisnis maskapai dikuasai oleh dua perusahaan besar, yakni Garuda Indonesia dan Lion Air. Dengan demikian, iklim usaha penerbangan yang ada tak lagi kompetitif.
Menurut Rizal situasi yang sama pernah terjadi pada tahun 2000. Ia pada saat itu tak mengambil jalan pintas mengizinkan maskapai asing datang ke Indonesia. Ia memilih memanfaatkan maskapai domestik untuk beroperasi. Pada saat itu Garuda yang menguasai pasar sehingga menurutnya perlu melibatkan maskapai domestik lain agar harga bersaing.
Saat ini, dunia penerbangan di Indonesia hanya dikuasai dua maskapai besar yaitu Lion Group dan Garuda Group. Lion Group membawahi Lion Air, Batik Air, dan Wings Air. Sedangkan Garuda Indonesia Group sebagai induk perusahaan dari Garuda Indonesia, Citilink, Sriwijaya, dan Nam Air.  Tentu saja ini menarik didiskusikan lebih lanjut, haruskah mengundang maskapai asing atau memaksimalkan maskapai domestik. Solusi Rizal Ramli pada tahun 2000 ialah dengan  mengambil kebijakan untuk memberi peluang izin enam bisnis penerbangan domestik baru. Dua di antaranya adalah Sriwijaya Air dan Lion Air.
Menurut saya Jokowi sebaiknya mengambil langkah yang pernah dilakukan Rizal Ramli. Tak baik bila sedikit-sedikit mengandalkan asing. Bila memang maskapai lokal masih ada mengapa tidak menambah izin bagi maskapai domestik. Bila melibatkan maskapai asing bisa jadi harga turun akan turun sebentar namun perlahan akan naik kembali. Pasar kompetitif yang Jokowi maksudkan sebaiknya lebih memaksimalkan maskapai domestik.
Belajar dari hasil yang dicapai Rizal Ramli pada saat itu. Setelah ia terapkan, biaya operasional maskapai turun 60 persen. Jumlah penumpang pun naik tujuh kali lipat dan maskapai nasional Indonesia menjadi maskapai terbesar di ASEAN. Dengan demikian, solusi panik tak perlu terburu-buru dilakukan. Jangan sampai nantinya maskapai asing akan mempermainkan harga sekaligus menguasai penerbangan domestik. Kan sangat disayangkan bila nantinya satu demi satu maskapai domestik harus tutup.
Jokowi tak perlu malu mencontoh langkah cerdas yang pernah dilakukan Rizal Ramli. Bukan anti asing, namun bila masih ada maskapai lokal kenapa harus mendatangkan 'pemain' asing. Semoga solusi terkait harga tiket pesawat terbang segera didapat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI