Prabowo sudah benar mengajukan ke MK bila tujuannya meredam massa. Ia juga benar secara konstitusi, dan strategi ulur waktu tersebut cukup efektif membuat massa melupakan hasil pilpres 2019.
Dan barangkali, setelah Idul fitri, semua gerakan akan beralih menjadi 'jilatan'. Semua yang merasa berjasa akan saling sikut meminta posisi pada Jokowi. Prabowo barangkali bisa merekomendasikan Sandiaga Uno atau Fadli Zon sebagai menteri.
Hal begituan bisa dalam politik yang belum balig. Meritokrasi hanya delusi, dagang 'sapi' masih menjadi tradisi. Penempatan posisi berdasarkan tekanan politik, sama halnya ketika Jokowi terpaksa memilih Ma'ruf Amin karena desakan politik. Sebagaimana pengakuan Mahfud MD di sebuah stasiun TV.
Marah kah para pendukung Prabowo padanya ? Janganlah. Dia hanya politisi yang ingin membalas jasa Sandiaga Uno. Soalnya Sandiaga Uno begitu banyak mengeluarkan uang pilpres 2019. Jabatan menteri selevel bahkan lebih tinggi dari wakil Gubernur DKI Jakarta.
Siapa tahu beruntung, Sandiaga bisa nyapres 2024. Ini menjadi alasan lainnya mengapa Prabowo sepakat mengajukan gugatan ke MK, padahal sebelumnya menolak. Itu menurut saya.
Karenanya, para pendukung Prabowo sudah bisa menatap masa depan. Jangan sampai fanatisme membuat kalian terus-terusan dalam delusi kemenangan. Demokrasi bukan soal siapa yang terbaik, namun soal siapa terbanyak dipilih. Menempatkan posisi menteri maupun jabatan lainnya bukan berdasarkan prestasi, akan tetapi kompromi politik.
Silakan tidak sepakat, namun fakta bicara demikian. Para pelanggar HAM saja bisa menjadi menteri, bahkan berlagak pahlawan di depan publik. Para koruptor bisa menjadi Ketua MK, bahkan para pengguna narkoba bisa menjadi staf ahli Presiden sekaligus elite parpol. Negeri kita tak butuh orang jujur dan pintar. Yang penting bisa membodohi, maka karier politik lancar.
Alasan Prabowo ke MK sudah jelas, bahkan ia tahu bakal kalah. Jelas angka 16 juta mustahil diubah, maka ke MK sekadar mengulur waktu bolehlah. Terima kasih kepada Prabowo dan Jokowi atas pertandingan politik serta 'sandiwara' politiknya. Rakyat harus kalian kembalikan dalam keadaan normal. Tidak saling hujat, tidak saling benci.
Kepada media cetak dan online serta televisi yang untung besar dengan konflik politik, sudahi propaganda kalian. Rating acara dan viewer memang meningkat tajam, namun rakyat sudah lelah, kawan.
Bangsa ini sudah terlalu lama berkonflik soal politik, sejak Jokowi nyapres menurut saya. Sebelumnya pilpres asyik-asyik saja. Mari dukung Prabowo menjadi negarawan, patriot bangsa. Para pendukung capres, yuk ngopi bareng lagi, berkarya lagi, dan merajut kebinekaan dalam rumah besar Indonesia. Selamat menuju hari kemenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H