Pernyataan bernada rasis dikeluarkan AM. Hendropriyono terhadap keturunan Arab di Indonesia. Sebagai mertua KASAD, Hendropriyono ingin menunjukkan powernya. Ia merasa gerah dengan pernyataan HRS yang menurutnya membahayakan stabilitas nasional.
Lepas dari konflik pilpres yang sedang berlangsung, pernyataan Hendropriyono ternyata berdampak luas. Salah seorang yang terkena imbas dari pernyataan Hendropriyono adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Sebagai keturunan Arab, pernyataan Hendropriyono mempengaruhi pandangan orang terhadap Anies. Saya menganggapnya sebagai upaya menjegal Anies pada pilpres 2024.
Barangkali Hendropriyono ingin menyindir Habib Rizieq Shihab, akan tetapi ia lupa atau pura-pura lupa bahwa Anies dan sederet tokoh lainnya yang keturunan Arab terkena sindirannya. Lagi-lagi ini pernyataan yang memecah belah, anehnya pernyataan senada sebelumnya dikeluarkan Mahfud MD. Meski kemudian Mahfud MD mengklarifikasinya akan tetapi publik terlanjur gaduh gara-gara pernyataannya.
Sekarang AM Hendropriyono yang memecah belah, giliran keturunan Arab yang disindirnya. Sepertinya narasi kesukuan dan agama datang dari para pendukung Jokowi-Ma'ruf. Ini sangat disayangkan terlebih umat Islam di Indonesia sedang fokus ibadah. Pernyataan Hendropriyono jelas merusak kebhinnekaan, merusak pluralisme yang selama ini kita jaga.
Hendropriyono lupa bahwa Anies atau siapapun tidak bisa meminta dilahirkan dari suku apapun. Pernyataan Hendropriyono jelas delegitimasi keturunan Arab untuk bisa menjadi tokoh publik. Usaha menjegal Anies memang perlu dilakukan, mengingat Anies calon terkuat dalam pilpres 2024. Anies akan sulit dikalahkan bila isu SARA tidak dihembuskan.
Tentu saja polanya sama, Anies akan dituduh sebagai Arab koneksi. Anies dianggap tokoh pro kearab-araban. Sebuah stigma negatif akan terus dimunculkan demi menjegal Anies. Barangkali saat ini yang diserang para Habaib termasuk HRS salah satunya. Namun nantinya berkembang hingga bakal menerpa Anies Baswedan.
Sakit memang kekalahan di pilkada DKI Jakarta (2017). Sebuah kekalahan yang belum bisa diterima sehingga soal banjir yang tak sebesar masa Ahok dipersoalkan. Bahkan Anies terbilang lebih mampu mengatasi banjir, buktinya yang mengungsi lebih sedikit. Kini, isu keturunan Arab dihembuskan agar Anies batal nyapres.
Serangan Hendropriyono seolah mendeskripsikan keturunan Arab selama ini biang kekisruhan. Ia kemudian mendesak agar keturunan Arab untuk mengendalikan diri. Tuduhan yang kurang sehat ini menurut saya tidak produktif, menambah panas suhu politik. Seolah-olah keturunan Arab sebagai 'provokator' padahal keturunan Arab punya andil besar atas republik ini.
Pendekatan rasis tersebut malah memunculkan polemik dan instabilitas nasional. Akan muncul sentimen etnis dan kesukuan, mirip sekali dengan Gaya Donald Trump. Sebaiknya Hendropriyono meminta maaf kepada WNI keturunan Arab. Jelas sekali ini upaya yang menghalalkan segala cara demi kekuasaan.Â
Kalau tujuannya HRS harusnya tidak perlu ditambah dengan keturunan Arab. Jelas sekali Hendropriyono tidak belajar sejarah, kalaupun ada belajar barangkali sering tidur di kelas. Heran Jokowi masih memberdayakan Hendropriyono. Padahal masih banyak tokoh bangsa yang punya keilmuan serta cakap berkomunikasi.
Ini kegagalan elit dalam menjaga kerukunan. Harusnya nilai-nilai kebhinnekaan yang dinarasikan bukan perpecahan. Politik hanya bagian kecil dari republik ini. Rakyat harusnya mendapatkan ilmu dari pernyataan elitnya bukan rasisme. Kita paham Hendropriyono trauma dengan pilkada DKI Jakarta akan tetapi jangan pula mengorbankan kebhinnekaan kita.
Banyak cara agar Anies Baswedan tak menang dalam pilpres 2024, tak perlu menyalahkan Arab dan keturunan Arab. Hendropriyono sepertinya sudah lelah dengan massa militan yang dimiliki HRS. Sekali pukul dua-tiga nyamuk mati, Hendropriyono ingin melakukan itu.Â
Bangsa ini semakin terjebak dalam politik sentimen. Mulai dari sentimen agama, kini setimen etnis dan suku. Barangkali nasib bangsa ini tidak akan lama lagi bila hal-hal begitu masih dijadikan jualan politik. Tampak kekerdilan berpikir elit mempengaruhi rakyat. Jangan salahkan rakyat yang terpecah akibat lisan elit yang tak bisa dijaga.
Sungguh elit tak paham sejarah atau malah sangat paham sehingga isu-isu identitas dipopulerkan kembali. Tampak elit kehilangan dialektika ide dan gagasan sehingga yang dibicarakan identitas orang. Sangat disayangkan seorang mantan alat negara berpikir kerdil. Dan semoga Andika sebagai menantu sekaligus KASAD tidak berpikir yang sama dengan mertuanya.
Pekerjaan rumah bangsa Indonesia terlalu banyak pasca pilpres. Kini pekerjaan itu ditambah dengan pernyataan kontraproduktif Hendropriyono. Konflik horizontal terbuka dan sekarang konflik vertikal dibuka pula. Bukan solusi yang diberikan malah masalah baru dimunculkan.
Sekali lagi, jika pernyataan Hendropriyono didasari sentimen pilkada DKI Jakarta (2017) dan HRS maka cukup serang Anies dan HRS. Jangan WNI keturunan Arab yang ikut diserang. Jangan seperti anak-anak yang kalah bermain, menghalalkan segala cara demi mainannya. Hendropriyono ingin jegal Anies nyapres bukan begitu caranya. Saya siap ajarkan Hendropriyono untuk kalahkan Anies maupun membuat HRS tidak lagi bersuara.
Sejauh ini keturunan Arab di Indonesia sudah banyak berjasa. Kalaupun ada yang salah tentu bukan etnisnya yang salah. Bukankah suku lain juga ada korupsi, memprovokasi, termasuk anda Hendropriyono. Bukankah pernyataan anda bernada sentimen dan provokasi?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H