Tentu kita sangat miris menyaksikan 'drama' jual beli jabatan di Kementerian agama. Padahal Kementerian ini dikelola manusia-manusia yang setiap harinya berinteraksi dengan Tuhan dan hambaNya. Baik Jokowi maupun Prabowo gagal kreatif dalam memaparkan solusi terkait akutnya korupsi dalam pemerintahan.
Pada sesi pertahanan dan keamanan keduanya kembali gagal. Tidak ada hal baru atau bisa dijadikan kebaikan bagi masa depan bangsa. Misalnya Jokowi membanggakan TNI kita yang paling hebat di ASEAN. Atau keraguan Prabowo atas kinerja TNI, Polri, BIN. Debat soal ini menurut saya tak lebih baik dari debat anak-anak SMU Taruna Nusantara. Mereka tidak memiliki cita-cita, misalnya, negara-negara Asia bakal membeli Tank, Helikopter, maupun pesawat tempur dari kita.
Selain itu mereka juga gagal memberikan gambaran profesionalitas TNI, Polri maupun BIN. Tentu saja ini akan berimbas pada pandangan dunia internasional terhadap Indonesia. Bila TNI dan Polri serta BIN kita hebat, tentu aksi penyadapan handphone seorang Presiden tidak pernah terjadi. Kalau kita memiliki kedaulatan dihadapan dunia internasional, pastinya TKI diluar negeri tidak dipandang rendah.
Harusnya Jokowi dan Prabowo sudah mulai berpikir bagaimana meminimalisir angka gugurnya TNI/Polri dalam tugas. Misalnya mulai menciptakan robot cerdas. Tentu masih perlu perdebatan panjang terkait hal itu.
Mereka juga gagal menjanjikan transparansi anggaran yang digunakan institusi pertahanan dan keamanan. Padahal bukan mustahil institusi pertahanan dan keamanan kita menjadi 'sarang' korupsi. Mereka juga gagal berjanji menghadirkan keamanan bagi penegak hukum. Kasus Novel adalah bukti Jokowi gagal dalam hal itu. Dan lambannya penanganan kasus ini memberi 'pukulan' aparat penegak hukum.
Jokowi harusnya melakukan tindakan, bukan hanya menyerahkan pada kepolisian yang sampai hari gagal mengungkapnya. Harusnya Jokowi memecat kapolri atau kapolri mundur atas kegagalannya. Namun yang kita saksikan malah retorika-retorika belaka dan keadilan buat Novel jauh panggang dari api.
Jadi, dalam debat keempat capres kita dapat satu kesimpulan. Kedua capres gagal kreatif dan inovatif. Pilpres yang berbiaya mahal tampaknya kembali gagal memenuhi harapan rakyat Indonesia. Karena ini analisis warung kopi maka sangatlah jauh dari harapan tim sukses maupun pendukung kedua capres. Kalau capresnya gak kreatif, harapannya timnya bisa kreatif agar uang rakyat tidak mubazir.
Pertama kali tayang di qureta.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H