Menjadi menarik bila kedua capres berani mengatakan bahwa rekrutmen TNI/Polri bebas suap. Selain itu, pengangkatan KASAD, KASAU, KASAL, dan Panglima TNI maupun kapolri berdasarkan kapasitas bukan berdasarkan like-dislike. Kita masih ingat kasus Budi Gunawan yang diajukan Jokowi ternyata rekeningnya gendut. Tampak bahwa Jokowi kurang teliti atau memang tak peduli sehingga mengajukan Budi Gunawan yang sekarang menjadi Kepala BIN.
Menurut saya, kedua capres juga harus memastikan kebebasan rakyat berjenggot. Selama ini kecurigaan atas manusia berjenggot berlebihan. Terkait hal ini, BIN harus direformasi. Mereka sudah saatnya menjadi alat negara yang cerdas, mereka mampu memberi masukan kepada Presiden terkait langkah ekonomi. Negara-negara maju menjadikan intelijen negara sebagai alat pengumpul data yang valid.
Selama ini BIN hanya sibuk mengintelin rakyatnya sendiri. Mulai dari ngintelin manusia berjenggot hingga mesjid-mesjid. Mereka lupa, kalau alat negara membuat rakyat takut berarti alat negara menjadi penebar teror atau teroris. Bagaimana kemudian Presiden kedepan menjadikan alat negara sebagai badan professional. Itulah yang ingin didengar pemilih dalam debat capres selanjutnya.
Bagaimana meningkatkan kualitas SDM BIN kita. Menurut saya, bila BIN bekerja sesuai dengan tupoksi dengan ilmu, maka kasus korupsi bisa dicegah. Kasus-kasus korupsi akan cepat terbongkar. Selain itu, bila BIN bekerja dengan benar, kasus teroris dapat mudah dicegah kecuali BIN ikut meramaikan.Â
Aneh bila kasus Novel Baswedan tak terselesaikan hingga hari ini. Kasus ini menjadi bukti kuat gagalnya Jokowi memperbaiki kualitas alat negara, apapun alasan Jokowi ia telah gagal memastikan keadilan dihadirkan negara.
Lalu bagaimana hasil debat keempat? Bila Prabowo berhasil meyakinkan pemilih kasus Novel bentuk kegagalan Jokowi, ia berpeluang menang. Namun bila Jokowi kembali menyalahkan polri, tentu debat akan berakhir draw. Jokowi bisa saja menang debat kalau ia mampu menjadikan kewajiban sebagai prestasinya. Selamat menonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H