Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Temui Pahlawan Sejati Kita

10 November 2017   07:40 Diperbarui: 10 November 2017   17:08 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

10 November setiap tahun diperingati sebagai hari pahlawan. Berbagai kegiatan hingga penganugerahan gelar pahlawan menjadi rutinitas peringatan hari pahlawan. Secara umum, peringatan 10 November sebagai hari pahlawan didasari perang pasca deklarasi kemerdekaan. Setelah 17 Agustus 1945, perang sengit pertama antara tentara Indonesia dan Asing terjadi 10 November di Surabaya.


Kisah heroik dalam realitas masa lalu tersebut kemudian disematkan sebagai hari pahlawan nasional. Tahun ini ada 4 tokoh yang dinobatkan sebagai pahlawan nasioanl yakni almarhum Tuan Guru Kiai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddin Madjid asal Lombok Nusa Tenggara Barat, almarhumah Laksamana Malahayati asal Aceh, almarhum Sultan Mahmud Riayat Syah asal Kepulauan Riau, dan almarhum Prof. Drs. Lafran Pane asal Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 115/TK/Tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, mereka kini menjadi pahlawan nasional. Bagi saya gelar pahlawan nasional boleh dinobatkan kepada siapapun yang berhak. Tentu masih ada sisi subjektif yang selalu boleh didiskusikan oleh kita semua. Namun untuk sosok yang satu ini, kiranya kita semua sepakat bahwa beliau adalah pahlawan sejati, pahlawan internasional bahkan, sekaligus pahlawan dunia dan akhirat.

Sebutan untuk beliaupun berbeda-beda, bila merujuk kamus bahasa daerah nusantara misalnya. Dalam bahasa Indonesia disebut Ibu, namun dalam bahasa Aceh bisa Mak, Nyak, Umi, sementara dalam bahasa Sunda disebut Indung atau Ema. Bahasa Betawi memanggilnya Enyak, bahasa Bali (Meme, Biang). Ternyata Meme berarti Ibu dalam bahasa Bali, jadi ingat kasus politisi yang laporin meme tentang dirinya.

Kembali soal pahlawan sejati, dibelahan dunia panggilan untuk Ibu juga beragam. Misalnya orang Itali dan Spanyol menyebutnya madre, sementara orang Rumania memanggil ibu dengan panggilan mama. Masih banyak panggilan lain untuk pahlawan sejati kita, pahlawan yang bukan hanya mempertaruhkan hidup dan mati akan tetapi membentuk karakter kita. Pahlawan yang mengisi hari-hari kita dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Momen hari pahlawan ini hendaknya kita jadikan momen mengingat jasa-jasa pahlawan sejati kita. Ibu yang telah melahirkan kita, merawat, menahan lapar demi anaknya, kehujanan, tak nyenyak tidur, menjaga dari nyamuk, dan masih banyak lagi jasanya sehingga tak akan mampu kita balas dengan uang dan jabatan sebanyak apapun. Bila masih hidup, alangkah baiknya segera menjumpainya ditengah kesibukan yang tak akan pernah habis.

Bila beliau telah tiada, selain ziarah dan berdo'a, kita dapat pula menjaga pahlawan anak-anak kita yaitu istri. Menjaga istri atau perempuan lain yang akan menjadi pahlawan sejati nantinya. Mari kita kenang kembali jasa-jasa ibu kita, bila tak bisa bertemu hari ini, mari telphone beliau. Ucapkan rasa rindu, dan rasa-rasa lainnya. Penulis pernah mewawancarai langsung beberapa penghuni panti jompo, bersama salah satu LSM berencana membantu panti tersebut.

Alangkah terkejutnya penulis ketika mengetahui diantara mereka masih memiliki anak, bahkan hidup mewah alias orang berharta. Alasan tinggal dipanti karena menantu dan anaknya sering cekcok karena beliau, sehingga beliau memilih tinggal dipanti agar tidak merepotkan, begitu salah seorang penghuni panti berujar. Dan masih banyak kisah sedih lainnya, mereka seolah merepotkan bagi anak-anaknya, padahal mereka tak ubahnya kita saat kanak-kanak dahulu.

Nah, sudahkah anda menghubungi pahlawan sejati anda? Mari sejenak kita baca lirik lagu Iwan Fals yang berjudul: Ibu

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh

Lewati rintang untuk aku anakmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun