Mohon tunggu...
Donny Orlando
Donny Orlando Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Uang Kampanye dari Rakyat

14 Februari 2017   13:55 Diperbarui: 14 Februari 2017   14:01 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada beberapa fakta menarik bila mencermati laporan penerimaan sumbangan setiap pasangan calon diatas. Pertama, hampir semua pasangan calon melaporkan sumbangan perorangan yang cukup besar, kecuali pasangan nomor urut 3. Sumbangan perorangan pada pasangan nomor urut 1 mendominasi hampir setengah dari total sumbangan. Begitu pula dengan nomor 2, bila sumbangan yang berkas formulirnya belum lengkap dikesampingkan dulu, maka sumbangan perseorangan juga mendominasi sekitar 39 persen dari total sumbangan.

Kedua,  sumbangan pribadi pasangan calon juga sangat kecil bila dibandingkan dengan total sumbangan dana kampanye yang telah diterima dan dilaporkan. Kembali, pengecualian harus diberikan kepada pasangan nomor urut 3. Terakhir, jumlah sumbangan pasangan nomor urut 1 yang dilaporkan paling sedikit dibandingkan para pesaingnya bahkan dibawah 20 persen dari pasangan nomor urut 2 yang terbesar.

Lewat gambaran laporan penerimaan sumbangan dana kampanye ini kita patut berbesar hati. Bagaimana tidak, nyatanya uang pribadi yang dikeluarkan untuk mencalonkan diri tidaklah besar-besar amat. Terlebih pula, ada suntkan semangat gotong royong dari gabungan parpol dan sumbangan rakyat yang cukup besar dalam penggalangan dana (crowdfunding). Khusus sumbangan perorangan ini, ada pihak pasangan calon yang mengklaim mendapat sumbangan masyarakat dari ujung Aceh hingga Papua.

Semangat gotong royong crowdfunding dalam konteks Pilkada 2017 di DKI Jakarta ini bolehlah dinilai sebagai bentuk kepedulian masyarakat dalam berpartisipasi aktif dalam mencari pemimpin yang terbaik. Bahkan crowdfundingini bisa jadi sebuah alternatif untuk memunculkan seorang calon pemimpin terbaik di setiap daerah di Indonesia. Terinspirasi oleh model kampanye Obama pada 2008, crowdfundingberupa Gala Dinner yang telah dilaksanakan beberapa kali oleh pasangan calon urut 2 juga merupakan salah satu contoh terbaik dalam kisah ini. Mereka mengklaim bisa memperoleh tambahan dana kampanye paling tidak 500 juta rupiah sekali acara. Fantastis ! 

Penutup

Kisah crowdfunding di Pilkada 2017 DKI Jakarta tentulah tidak serta merta terjadi. Setiap pasangan calon yang dimunculkan memang adalah tokoh yang sudah populer atau sudah dikenal masyarakat. Selain populer, setiap pasangan calon juga dikenal mumpuni di bidangnya, bersih, dan mau mengabdi. Sifat-sifat baik inilah yang rasa-rasanya menjadi prasyarat besarnya elektabilitas dan partisipasi rakyat.

Berangkat dari Pilkada 2017 di DKI Jakarta sebagai contoh, besar harapan kita bahwa di Pilkada-Pilkada berikutnya akan muncul semangat serupa atau bahkan lebih baik. Bukankah partisipasi aktif dan kepedulian masyarakat adalah esensi utama dari nilai demokrasi itu sendiri. Tentu bukan sebuah kebanggaan jika pemenang Pilkada lahir dari besarnya apatisme masyarakat dan kecilnya partisipasi masyarakat. Oops !

Penulis adalah pemerhati masalah sosial. Email : jansparcow@gmail.com

Tulisan ini telah terbit di Harian Analisa di Medan pada tanggal 24 Januari 2017  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun