Mohon tunggu...
Indonesia Happy People
Indonesia Happy People Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang Indonesi yang bahagia dan bergembira dalam proses menjadi bagian dari upaya membangun kembali Indonesia Raya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Media dan Nafsu Penguasa, Pemilih Masih Percaya?

19 Oktober 2018   17:38 Diperbarui: 19 Oktober 2018   18:22 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG


orangindonesiabahagia.blogspot.com

Media adalah bisnis yang punya andil dalam perkembangan peradaban manusia. Media menjadi oksigen jenis lain bagi manusia modern melakukan dan menjalankan aktivitas sehari-hari.

From wake up to sleep to wake up lagi, media jadi konsumsi mata dan telinga kita. Lari kencangnya media sosial, tidak membuat media massa tenggelam begitu saja. Perannya masih sangat masif. Agenda cuci otak dan propaganda masih bisa dibilang berhasil dilakukan lewat media massa walau gaya lain di media sosial juga punya peran tersendiri.

Tumbuh suburnya bisnis media pasca reformasi di negara kita ini, membuat kita punya banyak pilihan untuk mengakses informasi sesuai kebutuhan, sesuai keinginan, sesuai selera. Kebutuhan informasi di era serba cepat terbantu dengan mudah dan banyaknya media yang dapat kita jadikan pilihan. Talk about pilihan, diwaktu-waktu menjelang kita menentukan pilihan, apakah kita punya banyak pilihan untuk mendapatkan informasi siapa yang akan kita jadikan pilihan? Jawabannya, Tidak!

The next question is, mengapa? And the answer is, karena saat ini kita tidak mendapatkan banyak pilihan informasi yang dapat membantu kita dalam menentukan pilihan. Terutama untuk dua pilihan yang paling menentukan arah negara kita mulai tahun depan.

Banyak pemilih yang sedang dalam proses menetapkan pilihan dibuat kesulitan karena media masa sudah semakin tidak berimbang dalam hal ini. Tidak sekedar konten yang jomplang, posisi para bos media dalam kontestasi untuk memilih dua pasangan calon tadi juga membuat banyak orang ragu dan menyangsikan kualitas serta kelas media masa kini. Bisa Menjadi bagian dari penerangan kepada masyarakat atau tidak lebih dari sekadar lahan cari makan.

Dari dua pasangan capres- cawapres, pasangan nomor urut 2 sedang dalam posisi dikepung bila kita bicara posisi media massa dalam pemilihan. Prabowo-Sandi mendapat porsi paling ceking di konten media untuk dapat diketahui masyarakat. Cuma bakal masuk tivi dan jadi headline dikoran-koran saat media massa akan dijadikan senjata untuk aksi menjagal tingginya elektabilitas yang memang tidak terbendung.

Percaya ga? Yuk kita percaya dengan membuat list siapa saja bos besar media yang bergabung dikubu sono, langsung jadi timses,

  • Surya Paloh, bapak brewokan yang sering dikaitkan dengan capres petahana sejak Media Indonesia dan Metro tv sangat betah dan nyaman menjadi media humas paling resmi dari gerombolan Jokowi dari 2014.
  • Hari Tanoe, bos MNC Group, yang banyak sekali medianya
  • Aburizal Bakrie, yang kita tahu ada tv one, ANtv dan Viva.co.id
  • Erik tohir, ketua timses Jokowi  yang juga bos Republika dan Jak tv

Dari list diatas, apakah kita sudah bisa melihat sebuah kewaspadaan yang harus dimiliki peniknat Infornasi?

Daftar itu cuma secuil dari kenyataan para bos media tanah air masih akan terus berjuang mati-matian demi perangkap citra kubu petahana. Belum lagi gerombolan lain yang bukan dari kalangan partai dan tim pemenangan yang ikut membuat sorak sorai dalam masa pesta demokrasi kita kali ini.

Kita bisa lihat langsung bagaimana media-media mampu menggiring opini dan mengaburkan nyata. Setelah tahu ownernya dan mereka punya status apa dalam upaya petahana mempertahankan cara-caranya. kemudian kita akan berfikir apa untungnya buat mereka, tidak takutkah mereka ditinggal pemirsanya saat semakin banyak orang sadar produk mereka tidak fair dan mengkhinati hak pemirsa atau pembacanya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun