Mohon tunggu...
Dominick Strang
Dominick Strang Mohon Tunggu... -

Smart N Cute

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ini Rahasia Besar Pendidikan Indonesia yang Menyedihkan

2 Agustus 2012   02:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:20 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini Rahasia Besar Pendidikan Indonesia Yang Menyedihkan

Pernah merasakan pahit getirnya bully sejak SD sampai SMA. Paham apabila bully menjadi bahan shock therapy yang mengerikan, memilukan dan menyedihkan. Dan masih tersisa dendam di masa lalu dan sebagai pelampiasan adalah mendekat diri pada sang ilahi.

Awal mulai SD, Kurikulum Indonesia sangatlah jauh menyedihkan  dibandingkan Finlandia, akan lebih baik menteri pendidikan mau mengadopsi kurikulum Pendidikan di Finlandia yang sesuai dengan karakter nusantara. Peranan guru perlu ada di dalam atau diluar kelas . guru seharusnya dipilih yang memenuhi standarisasi yang tinggi ,dilihat mempunyai prestasi luar biasa . “Apa mau di didik sama mantan preman?” jawabannya tidak.

Dari awal guru harus diberi wejangan yang pernah dikatakan  Ki Hajar Dewantoro. “ Tut Wuri Handayani…… dst” Menyingkap Bully terjadi juga dipengaruhi oleh  guru,  banyak kasus guru mencederai murid mulai menghukum push up hingga tamparan bertubi-tubi. Sampai kata-kata yang kurang berkenan.Apa ini disebut seorang guru yang arif, bijaksana dan cerdas.ini namanya PREMAN SEKOLAH. Karakter guru seperti PREMAN SEKOLAH harusnya dibabat habis alias dipecat.

Awal SMP , Mulai sekolah menengah pertama , tidak cukup baik malahan fungsi sekolah dan guru untuk mendidik tidaklah berjalan dengan baik hanya sekedar tempat  cari nilai inilah kesalahan besar tercipta disekolah yang ada di Indonesia. Kesalahan besar adalah Kurikulum Sistem Pendidikan Indonesia.

Andaikata saya sebagai Mendikbud , saya bakalan mengadopsi pendidikan Finlandia dan Menerapkan Pendidikan Budaya di setiap lini sekolah mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi. Saya belum melihat mata kuliah Bahasa  Jawa dan bahasa daerah lainnya dalam setiap fakultas perguruan tinggi seluruh pulau jawa, bahasa & Budaya Jawa memberi manfaat membentuk karakter yang mumpuni. Coba lihat banyak orang jepang tergila-gila sama wayang karena filosofi yang terkandung.

Kurikulum Sistem Pendidikan haruslah berubah untuk meminimalkan bully yang tercipta di  sekolah.saya heran melihat Guru/Dosen yang hanya lulusan S1. Hallo lulusan S2 & S3 pada kemana semuanya. apa gaji Guru/Dosen itu sedikit yang akhirnya hanya lulusan S1 yang dipakai??? Inilah yang harus dirubah.

Pemerintah mempunyai andil besar dalam memajukan generasi penerusnya , apa mau isinya di gedung DPR itu PELAKU BULLYING jadinya hancurlah Indonesia.

Awal SMA  , Sekolah Menengah Atas ialah  Puncak Pendidikan Indonesia .  Sistem Kurikulum Indonesia yang tidak karu-karuan inilah yang menentukan terjadi kasus bullying yan menimpa Kasus Sekolah Don Bosco. Apa mau kasus serupa ini terjadi malah memakan korban nyawa seperti beberapa  kasus penembakan di sekolah yang dilakukan oleh korban bullying terjadi sekolah  amerika. Bullying terjadi antara ada kesempatan dan tidak menghargai satu sama lain.  Bullying  bisa dicegah dengan menerapkan apa kata Ki Hajar Dewantara. Bullying bisa diatasi dan minimalkan dengan adanya hubungan yang baik antara guru,siswa,kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat.

Akibat Bully tercipta di sekolah  karena ada hal yang mengatakan dirinya sok dumeh, biasanya fungsi Bimbingan Konseling hanya sebagai pajangan saja. Bimbingan Konseling harusnya memberi materi dan ceramah secara langsung pada siswa.

Peranan guru melanjutkan fungsi bimbingan konseling, guru memperingatkan siswanya tentang bahaya rasisme, dan fasisme .  melihat kondisi bully layaknya gunung es. Ada baiknya Presiden SBY mau turun tangan, menangani masalah bullying ini. Apa mau kejadian Bullying berdampak menjadi kejahatan yang tidak manusiawi , ingat Kasus Batman yang menewaskan kurang lebih 12 orang. Pelakunya Drop Out dari Universitas Colorado dan kasus Dylan Klebold dan Eric Harris.

Apa hukuman untuk Pelaku bullying adalah tergantung berapa tingkat bulying pada korban.  Membabat habis pelaku bulying dengan cara damai yakni melanjutkan sekolah melalui program paket atau homeschooling selain itu dilarang. Bagi Korba Bullying menerima kompensasi dari pihak sekolah dan Pelaku Bullying atas kelalaian.

Menyikapi Kasus Bullying SMA Don Bosco

Melihat beberapa komentar pembaca di yahoo bisa membuat heran,ketawa dan miris.

Inilah pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Jakarta Taufik menganjurkan Damai

[caption id="attachment_204180" align="alignnone" width="690" caption="Pernyataan Kepala Dikti Jakarta"][/caption]

Inilah komentar kompas yang cerdas dan kritis atas pernyataan Kepala Dikti Jakarta Taufik Yudi

[caption id="attachment_204181" align="alignnone" width="650" caption="Komentar Kompas Yang Cerdas & Kritis"]

13438738861415426294
13438738861415426294
[/caption]

Apa hukuman untuk pelaku Bullying untuk kasus  bullying  SMA DON BOSCO yakni memasukkan ke dalam black list selama 10 tahun dan daripada dipenjara lebih baik dijadikan relawan sebuah panti sosial atau pengeruk sampah di sungai ciliwung selama 10 tahun &  berkenan melanjutkan sekolah menggunakan sistem paket atau homeschooling selain itu dilarang. Bagi pelaku bullying  harus mau minta maaf pada korban bulying atas perbuatannya dan memberikan kompensasi atas tindakan yang dilakukan pada korban bulying ditanggung oleh pihak sekolah yang lalai pada kewajiban bertanggung jawab pada siswa dan pelaku bullying tersebut.

Sumber –sumber terkait:

http://edukasi.kompas.com/read/2012/07/30/16012525/Disdik.DKI.Selesaikan.Bullying.Don.Bosco.secara.Internal

http://dunia.news.viva.co.id/news/read/215747-20-4-99--penembakan-brutal-di-sekolah-amerika?&view=beasiswa&TB_iframe=true&width=700&height=450

http://www.beritaunik.net/top-10/10-kisah-pembunuh-remaja-tersadis.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun