Mohon tunggu...
Dominique Angelica Prawidjaja
Dominique Angelica Prawidjaja Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Film

Satu Malam, Sejuta Makna: Review Film "One Night Stand"

25 Maret 2024   16:54 Diperbarui: 25 Maret 2024   17:00 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.imdb.com/title/tt15788948/mediaviewer/rm4155583745/?ref_=tt_md_1 

Melalui One Night Stand, Adriyanto Dewo membuat suatu pendekatan realistis dengan menggambarkan kisah pertemuan singkat yang sering kita alami dalam keseharian kita. Di dalam konferensi pers virtual film "One Night Stand," Adriyanto mengatakan bahwa ia ingin menunjukkan sebuah film yang relatable dan menyentuh hati para penonton tentang bagaimana sebuah pertemuan singkat dapat memberi kesan yang mendalam dan mengubah hidup seseorang. Tidak hanya itu, dari film ini ia juga menunjukkan bahwa cinta tidak selalu seperti yang digambarkan dalam film dan sinetron. Ada sisi yang lebih realistis dari cinta, termasuk sisi yang rumit dan tidak terduga.

Perjumpaan dan Perpisahan

Film One Night Stand menggambarkan realitas kehidupan yang sering kita jumpai, seperti kedua acara yang dihadiri oleh Baskara yaitu pemakaman dan pernikahan, dimana hal ini menghadirkan makna perjumpaan dan perpisahan. Di kehidupan kita, tidak dapat dipungkiri bahwa kita akan berjumpa dengan orang baru dan suatu saat kita juga akan berpisah dengan mereka. Di fase kehidupan orang dewasa muda yang penuh pertanyaan dan keraguan dalam menemukan jati diri serta mencari kebahagiaan, Lea dan Baskara menemukan momen refleksi dan pencerahan melalui pertemuan singkat mereka. Hal ini dieksplorasi melalui percakapan mendalam dan momen-momen reflektif yang dialami oleh kedua karakter utama.

Film "One Night Stand" menghadirkan karakter-karakter yang kompleks dan relatable. Baskara digambarkan sebagai sosok yang pendiam, introvert, selalu menurut, dan ia sedang berusaha mencari jati dirinya, yang ingin keluar dari zona nyamannya dan berani untuk mengambil pilihannya sendiri. Sedangkan Lea digambarkan sebagai wanita mandiri, ambisius, dan penuh dengan energi. Baskara dan Lea, bagaikan dua sisi mata uang yang karakternya sangat bertolak belakang. 

Baskara menganggap cinta itu takdir, sedangkan Lea percaya bahwa cinta itu hanyalah sebuah kebetulan, seperti mereka yang kebetulan bertemu dan mengenal satu sama lain. Tapi mereka memiliki kesamaan nasib dalam percintaan yang sangat traumatic. Keduanya memiliki luka masa lalu yang membuat mereka ragu untuk membuka hati. Baskara disakiti oleh pacarnya, dan Lea yang ditinggal ayahnya ketika ayahnya mengambil keputusan bahwa marriage isn't for him. Pertemuan tak terduga antara Baskara dan Lea di tengah situasi rumit memicu interaksi penuh chemistry dan emosi, yang diwarnai dengan perdebatan, tawa, dan momen reflektif yang mengantarkan pada penemuan diri dan arti cinta.

Gaya penceritaan yang realis menjadi daya tarik film ini. Dialog-dialog natural tanpa drama dan kepura-puraan menghadirkan nuansa realistis yang lekat dengan dunia nyata, penuh dengan masalah dan kejadian yang relatable. Adriyanto membawa alur cerita dalam garis lurus dengan nuansa melankolis dan tempo lambat. Penonton diajak menyelami kisah Baskara dan Lea, melihat bagaimana mereka saling terbuka dan membeberkan masalah mereka. Film ini tak hanya menyajikan kisah cinta, tetapi juga pergulatan jiwa dalam interaksi singkat. "One Night Stand" menghadirkan refleksi tentang hubungan manusia, luka masa lalu, dan pencarian makna cinta dan kehidupan.

Di balik judulnya yang provokatif, film One Night Stand sejatinya menggali isu-isu yang dekat dengan generasi muda yang tengah memasuki fase dewasa awal, khususnya mereka yang menghadapi quarter life crisis. Secara konsep, film ini menggarap topik yang menarik yang menghadirkan masalah-masalah mental health dan percintaan yang kian marak diperbincangkan di masa sekarang ini. Walaupun topik nya terlihat sederhana, namun ide untuk menggambarkan makna film mengenai perjumpaan dan perpisahan melalui pemakaman dan pernikahan menjadi suatu kontras yang sangat menarik. Film ini memberikan perspektif baru tentang hubungan antar manusia dan bagaimana pertemuan singkat dapat meninggalkan jejak yang mendalam. 

"One Night Stand" menghadirkan kekuatannya melalui akting yang memukau dari para pemainnya. Masing masing pribadi mampu memerankan karakter dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam film dengan sangat baik. Chemistry antara Putri Marino dan Jourdy Pranata terasa begitu nyata, membuat penonton terhanyut dalam emosi dan percakapan para karakter. Padahal di dalam kehidupan nyata, kedua aktor Baskara dan Lea belum pernah bertemu dan berbincang-bincang satu sama lain sebelumnya. Akan tetapi, mereka mampu menunjukkan relasi yang sangat kuat layaknya mereka sudah berteman sejak lama.

Dialog-dialog dalam film ini penuh makna dan kedalaman, memancing penonton untuk berkontemplasi tentang kehidupan. Memang di awal suatu pertemuan dua manusia, biasanya ada rasa canggung karena belum mengenal satu sama lain. Namun seiring berjalannya waktu, jika kedua orang tersebut memang cocok, akan menjadi awal dari sebuah kisah pertemanan bahkan percintaan. Hal ini sejalan dengan salah satu teori ilmu komunikasi, yaitu teori penetrasi sosial yang menjabarkan soal proses komunikasi antar pribadi dimana individu-individu bergerak dari komunikasi yang dangkal menuju komunikasi yang lebih kompleks. (Altman & Taylor, 2008)

Sinematografi film "One Night Stand" patut diapresiasi karena mampu menunjukkan nuansa dengan apik. Pengambilan gambar yang dinamis, terutama saat adegan percakapan intens antara Baskara dan Lea, mampu menghadirkan ketegangan dan keintiman secara bersamaan. Pencahayaan yang tepat menciptakan suasana yang syahdu dan emosional. Pemilihan lokasi yang indah, yaitu Yogyakarta, yang dipadukan dengan sinematografi yang mumpuni, menghasilkan visual yang memanjakan mata. Namun demikian, terdapat beberapa potongan adegan film yang kurang dimaksimalkan, sebab pengambilan adegannya sangat bergetar, sehingga memusingkan kepala saat ditonton.

Film "One Night Stand" juga terjebak dalam dialog panjang yang berpotensi memicu kebosanan pada penonton. Meskipun dialog-dialog tersebut penting untuk membangun karakter dan hubungan antara Baskara dan Lea, film ini terkesan kurang mengeksplorasi visual yang menarik dan berkesan. Bagi penonton yang lebih menyukai adegan aksi atau humor, film ini mungkin akan terasa kurang menarik. Namun, bagi mereka yang menikmati film dialog-driven dan ingin menyelami kompleksitas hubungan manusia, "One Night Stand" menawarkan eksplorasi yang menarik tentang cinta, kehilangan, dan pencarian makna kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun