Mohon tunggu...
Dominikus Waruwu
Dominikus Waruwu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya suka menghabiskan waktu luang dengan membaca buku, menonton film, berolahraga, menulis dan belajar musik. Saya ingin membuat hari-hari saya terisi dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat dan menyenangkan supaya hidup menjadi maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Manusia Peziarah - Hari Keempat

18 Juli 2024   23:09 Diperbarui: 8 Agustus 2024   20:01 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Destinasi peziarahan masih jauh, kami harus bangun pukul b03:00 WIB di SPBU Sindangkasih. Tanpa berlama-lama, kami menyiapkan diri dan segera memulai perjalanan hari keempat. Sekeliling terlihat sepi, tetapi masih ada beberapa orang yang beraktivitas di komplek tersebut karena beroperasi sepanjang hari.

Perjalanan kami dibuka dengan energi positif oleh teman seperjalanan. Energi positifnya tercipta ketika dia membuang sampah ke tong sampah. Saya melihat hal itu dan berharap tindakan yang sama menjadi kebiasaan. Tentu saja kita membutuhkan orang-orang yang selalu membuang sampah pada tempatnya sebagai wujud sederhana kecintaan pada lingkungan dan bukti konkrit bahwa kita orang-orang terdidik.

            Perjalanan hari ini terbilang melelahkan. Sebelum singgah di warung untuk sarapan, kaki terasa pegal dan sakit karena telah tiga hari berturut-turut berjalan cukup jauh. Namun kami tidak mau menyerah. Kami tetap berjuang memperdekat posisi dengan lokasi tujuan.

            Seperti pada hari sebelumnya, tempo ditentukan oleh Frater Vito. Saya mengekor dari belakang supaya jarak kami tetap dekat. Dia berjalan dengan tempo sedang dan saya bisa mengikutinya. Kalau hari-hari sebelumnya ingin berjalan cepat, kali ini saya suka tempo sedang. Saya tidak mampu lagi berjalan cepat.

            Saya merasa terbantu dengan tempo perjalanan ini. Karenanya saya dimungkinkan mengobrol singkat dengan warga yang penasaran siapa kami dan mengapa kami berjalan kaki. Saya menjelaskan secara singkat kepada mereka, lalu segera pamit menyusul teman Frater Vito. Saya juga masih sempat membaca nama-nama tempat yang terpampang di sekitar jalan dan mengamati lingkungan yang kami lewati tanpa tertinggal jauh di belakang. Saya senang dan bersyukur bisa melakukannya.

            Di tengah perjuangan bertahan menghadapi kelelahan fisik, saya mengamati teman seperjalanan yang mulai peka dengan kendaraan dari belakang yang cukup berbahaya baginya selama berjalan di aspal. Dia beberapa kali segera minggir ke trotoar saat mendengar bunyi bis atau mobil mendekat. Semoga hal baik itu lebih sering terjadi pada perjalanan kami berikutnya.

            Sebelum sarapan, teman seperjalanan menyarankan supaya kami tidak bergantung pada keberanian meminta-minta makanan. Dia menyarankan supaya kami langsung membeli. Demi kelancaran perjalanan, saya menyetujuinya dan membeli makan tanpa meminta terlebih dahulu.

Selama perjalanan, saya menyempatkan diri merenungkan manfaat dari peregrinasi ini. Benarkah peregrinasi ini memberikan manfaat bagi para frater? Apa manfaat konkritnya? Melatih daya juang? Melatih kedisiplinan? Melatih pengenalan diri? Kita tidak bisa memastikan bahwa semua itu atau salah satu darinya diperoleh para frater setelah menyelesaikan perjalanan ini.

Para pimpinan berbicara tentang manusia sebagai makhluk peziarah di dunia. Melalui peregrinasi, kita mengingat perjalan Bangsa Israel di padang gurun menuju tanah terjanji; merenungkan kisah anak hilang yang kembali kepada bapanya; mengingat bacaan Injil tentang dua murid yang berjalan ke Emaus dan sebagainya. Dapat saja kita memaknainya secara rohani, tetapi bagaimana dengan mereka yang menjalaninya tanpa niat, merasa tertekan, dipenuhi kemarahan atau sakit? Harus diakui bahwa perjalanan ini tidak mudah, terutama bagi mereka yang tidak siap secara fisik dan mental. Mungkina karena peregrinasi pertama dalam hidup saya, perjalanan ini terasa begitu melelahkan.

Di balik permenungan, saya menjalani dengan tenang dan optimis. Saya membangun energi positif, menjalin relasi dengan Pencipta melalui doa dan discernment. Saya berusaha menemukan pesan Allah di balik setiap pengalaman berkesan.

Saya berdoa supaya kami semua selamat sampai tujuan. Mudah-mudahan perjalanan yang cukup melelahkan ini tidak berlalu tanpa buah-buah positif. Semoga harapan-harapan baik dari program ini sungguh tumbuh, mengakar dan berbuah pada diri kami masing-masing. Sehingga kami menjadi calon imam yang berkenan kepada Tuhan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun