Mohon tunggu...
Dominikus Waruwu
Dominikus Waruwu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya suka menghabiskan waktu luang dengan membaca buku, menonton film, berolahraga, menulis dan belajar musik. Saya ingin membuat hari-hari saya terisi dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat dan menyenangkan supaya hidup menjadi maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Manusia Peziarah - Hari Ketiga

17 Juli 2024   14:52 Diperbarui: 8 Agustus 2024   19:48 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamar tempat kami bermalam lebih nyaman dari hari pertama. Kali ini tidak terasa dingin diterpa angin. Meskipun tidak mengenakan selimut, kami tidak menggigil kedinginan. Akan tetapi, ruangan yang nyaman tidak otomatis membuat saya tertidur nyenyak. Saya seperti tidur-tidur ayam untuk memastikan bahwa barang-barang kami masih ada dan jam belum menunjukkan pukul 03:00 WIB. Saya harus segera bangun saat pukul tiga untuk mengumpulkan nyawa, lalu berangkat.

            Setelah cukup sadar, saya mempersiapkan diri berangkat sambil menunggu Frater Vito siap juga. Dia mempersiapkan diri juga dengan mengoleskan hot in cream pada tubuhnya selama beberapa menit. Saya menunggu dengan harapan, teman saya bisa berjalan dengan baik dan lancar hari ini. Sambil menunggu, saya ke kamar mandi, menulis surat ucapan terima kasih atas tumpangan kepada pemilik ruangan, menyapu dan merapikan kamar yang kami gunakan untuk beristirahat malam.

Pada pukul 04:00 WIB kami memulai perjalanan dari Malangbong. Hari masih gelap ketika itu. Perjalanan kami diterangi lampu jalan, lampu kendaraan yang lewat serta senter yang saya bawa dari biara. Meskipun masih gelap, perjalanan kami terbilang lancar.

Saya ingin sekali berjalan cepat sejak mengawali perjalanan pagi ini. Selagi masih segar, kami dapat menempuh jarak yang cukup jauh supaya dapat beristirahat pada siang hari tanpa tertinggal jauh teman-teman dari kelompok lain yang tetap jalan di bawah terik. Tetapi lagi-lagi saya harus mengurung niat tersebut demi memastikan teman seperjalanan tidak ketinggalan. Saya tetap berjalan di belakangnya.

Kemarin dan hari ini saya cukup mengkhawatirkan keselamatan teman seperjalanan. Dia suka berjalan di aspal bagian pinggir jalan raya. Hal tersebut membantu dia untuk berjalan lebih mudah demi menghindari kerikil di trotoar yang sebagian besar rusak dan berantakan. Tetapi saya sering mengingatkan dia bahwa berjalan di aspal sangat berbahaya. Ada banyak bis dan mobil yang nyaris hampir menabrak dia. Hal itu terlihat jelas karena saya berjalan di belakangnya. Melihat dia selalu nyaris tertabrak, saya memilih berjalan di trotoar.

Sempat muncul kemarahan dalam diri saya. Saya marah karena teman seperjalanan seakan membiarkan dirinya tetap berada di jalur yang berbahaya. Setelah mengingatkan berkali-kali, saya hanya bisa berdoa supaya Tuhan sendiri yang mengetuk pintu hatinya.

Saya cukup berjuang mengontrol keinginan saya untuk berjalan cepat demi teman seperjalanan. Saya berhasil melakukannya dan membuahkan hasil positif. Saya merasa tidak terlalu lelah meskipun berjalan jauh. Di satu sisi, saya merasa salut dan mengapresiasi teman seperjalanan yang berjuang. Meskipun berjalan pincang seharian, dia tidak pernah meminta saya untuk naik angkot. Itu tentu haram bagi kami.

Seperti biasanya, saya berusaha menciptakan semangat positif selama perjalanan. Saya menyapa dan mengobrol dengan beberapa orang selama berjalan. Hal tersebut membuat saya merasa bersemangat. Di tengah kesibukan pada pekerjaan, mereka menyempatkan diri tersenyum dan berbicara pada saya.

Komunikasi dengan masyarakat tidak seratus persen sesuai harapan. Ada orang-orang yang tidak menanggapi sama sekali sapaan saya. Tentu, saya tidak dapat berbuat hal-hal lain berhadapan dengan situasi seperti itu. Karena tidak ditanggapi, saya terus melanjutkan perjalanan menyusul teman yang terus melangkah.

Pada hari ini, pemilik warung menolak saat saya meminta makanan. Di tengah perjalanan, saya meminta nasi dua kali di rumah makan padang. Mereka tidak memberi secara gratis kepada kami. Saya hanya menyikapinya dengan mengucapkan terima kasih, lalu pamit untuk melanjutkan perjalanan.

Saya belajar banyak hal tentang kehidupan selama perjalanan ini. Saya berusaha menguasai diri, berusaha memahami teman seperjalanan, menerima penolakan dan mensyukuri keramahan orang-orang yang kami jumpai.

Di akhir ceritera hari ketiga ini, saya masih sehat. Sepertinya banyak dari teman-teman kami yang mengalami kelelahan. Tetapi saya masih memiliki antusiasme dan fisik yang kuat untuk melanjutkan perjalanan besok di hari keempat. Sampai ketemu besok.

Kini saya mau beristirahat. Beberapa dari teman-teman yang kebetulan bertemu di SPBU ini sedang tidur lelap. Saya mau mencoba hal yang sama supaya besok bisa mendapat energi baru lagi.

Yaahowu.

9 Juli 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun