Mohon tunggu...
Dominikus Waruwu
Dominikus Waruwu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya suka menghabiskan waktu luang dengan membaca buku, menonton film, berolahraga, menulis dan belajar musik. Saya ingin membuat hari-hari saya terisi dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat dan menyenangkan supaya hidup menjadi maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Misteri Ekaristi - Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus (Renungan)

3 Juni 2024   22:40 Diperbarui: 3 Juni 2024   23:07 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Inspirasi Kitab Suci :Kel 24:3-8; Ibr 9:11-15; Mrk 14:12-16.22-26

Para saudara terkasih, berbicara tentang misteri Ekaristi sebagai sumber dan puncak iman kita sebagai orang Katolik, terdapat suatu ceritera inspiratif tentang pengorbanan demi sesama. Alkisah, ada seekor burung pelikan yang hidup bersama kedua ekor anaknya di sebuah hutan. Belum lama kedua anak burung itu menetas dari cangkang telur setelah dieram sang induk. Karena keduanya masih belum bisa terbang mencari nafkah, sang induklah yang mencari makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhan mereka bertiga. Selang beberapa hari, dikisahkan bahwa musim kemarau panjang tiba. Induk pelikan kesulitan mendapat bahan makanan di area sekitar. Selama beberapa hari, sang induk kembali ke sarang tanpa membawa apa-apa.

Sang induk pun terbang menyusuri hutan belantara sepanjang hari, namun tidak menemukan sesuatu yang bisa dibawa pulang untuk melegakan dahaga kedua buah hati. Selama perjalanan, dia justru menyaksikan berbagai jenis hewan dan binantang hutan berdiam diri melemas kelaparan. Beberapa tanaman mulai kering dan selebihnya dedaunan pohong rindang mulai menguning pertanda kekurangan siraman air hujan.

Setelah beberapa hari menanti, anak-anaknya semakin tidak berdaya menahan lapar. Menyaksikan hal itu, induk pelikan akhirnya mengorbankan dirinya sendiri dengan memagut dadanya agar meneteskan darah. Darah itu yang kemudian diminum anak-anaknya demi mempertahakan kelangsungan hidup mereka. Sang induk rela melakukan hal itu demi menghidupi kedua anaknya meskipun karenanya dia berkorban nyawa.

Para saudara terkasih, kita dapat mendengar dengan jelas dimensi pengorbanan dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini. Tadi dalam bacaan pertama kita mendengar bahwa nabi Musa menyuruh orang-orang muda dari bangsa Israel mempersembahkan kurban dan menyembelih lembu-lembu jantan sebagai kurban keselamatan bagi Allah. Jadi, darah lembu jantan menjadi pengikat perjanjian antara mereka dengan Tuhan.

Dalam bacaan Injil kita mendengar bahwa Tuhan Yesus mempersembahkan roti dengan berkata 'terimalah, inilah Tubuh-Ku' dan memberikan anggur dengan berkatan 'inilah darah-Ku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi semua orang'. Dan kata-kata yang terucap pada perjamuan bersama tersebut diwujudkan melalui penyaliban dimana Tubuh Yesus digantung di salib dan darah mengucur dari lambung dan luka-luka-Nya.

Kalau kita perhatikan, bacaan-bacaan hari ini memiliki pesan utama yang kurang lebih sama. Keduanya menampilkan pengorbanan sebagai persembahan untuk memeteraikan relasi manusia dengan Allah. Darah lembu jantang dipersembahkan demi mengingat perjanjian antara bangsa Israel dengan Allah. Yesus mempersembahkan Diri-Nya sendiri untuk menyucikan kita secara rohani dan memperoleh keselamatan. Perbedaan bacaan ini terletak pada materi yang dikorbankan. Musa mengorbankan lembu jantan (hewan), sedangkan Yesus mengurbankan diri-Nya sendiri sebagai persembahan.

Dengan mengorbankan diri-Nya sendiri, Yesus mengajar kita mempersembahkan diri bagi kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama. Bagaikan induk pelikan yang rela mati demi mempertahankan kehidupan anak-anaknya, melalui pengurbanan-Nya, Kristus rela wafat di salib demi menebus dosa supaya kita selamat. Bahkan ditegaskan dalam bacaan kedua bahwa darah Kristus akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia dan kita menerima hidup kekal yang dijanjikan-Nya.

Para saudara terkasih, semoga dengan terlibat dalam Perayaan Ekaristi dan menyambut komuni, kita mengenang Tuhan yang mempersembahkan diri-Nya. Sehingga kita pun tergerak untuk senantiasa mempersembahkan diri untuk Tuhan dan sesama. Hidup yang singkat ini menjadi bermakna dan indah bila membawa kebaikan dan berkat bagi sesama. Bentuklah dirimu sedemikian rupa menjadi sosok pembawa sukacita, kegembiraan, kebaikan dan berkat bagi sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun