Bacaan Rohani halaman 249; judul: Legioner dan Panggilan Kristiani
Alokusio:
      Ketika masih kecil, saya suka ikut kegiatan anak sekolah minggu. Karena ayah merupakan salah satu guru sekolah minggu. Setiap hari Minggu pagi, kami datang ke gereja untuk ikut ibadat bersama anak-anak yang lain. Pada ibadat tersebut, para pendampinglah yang menyampaikan renungan terkait kitab suci yang dibacakan hari itu. Salah satu tokoh yang sering dibicarakan adalah keteladanan bunda Maria. Ibu pendamping memberitahu kami bahwa bunda Maria adalah orang yang tenang dan penyabar. Ia tidak suka menggosipkan orang lain. Ia menyimpan perkataan yang didengar dalam hati. Semua pengalamannya diserahkan kepada Tuhan dalam doa.
      Ajaran tentang bunda Maria sangat berkesan pada saya. Saya membayangkan betapa baik kehidupan bunda Maria. Betapa beruntungnya Yesus punya ibu Maria. Tetapi, saya juga merasa senang sekali punya ibu seperti ibu saya. Bahkan saya tidak mau kalau bunda Maria menggantikannya. Saya merasa nyaman sekali bersama ibu. Bagi saya pada waktu itu, bunda Maria tidak lebih baik dari ibu saya. Mereka dua wanita yang hebat. Tetapi, saya lebih mencintai mama sendiri. Begitulah pemikiran saya ketika itu. Mama menjadi perwakilan bunda Maria bagi kami anak-anaknya.
      Ibu-ibu yang terkasih, bacaan yang kita dengarkan pada rapat kali ini mengajak kita menjadi perwakilan Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran kita membawa Kristus kepada orang lain, seperti yang saya rasakan dengan ibu. Layaknya seorang ibu yang menjadi representasi Maria bagi anak-anaknya. Kehadiran ibu memudahkan anak membayangkan seperti apa kasih dan kehidupan bunda Maria itu.
      Dalam kehidupan kita sebagai legioner, kita diajak untuk tidak hanya menjadi legioner saat rapat. Kita menjadi legioner yang mengimani Kristus, dimana pun kita berada. Kita membawa semangat pengorbanan Kristus, harapan dan kegembiraan kepada orang lain. Kesaksian hidup kita yang meneladan Kristus merupakan salah satu bentuk pewartaan konkrit. Kita diajak untuk membangun kebiasaan yang selaras dengan kehendak Kristus, seperti kesopanan, kejujuran, keramahan, kerelaan mengampuni, mengindahkan perasaan orang lain dan seterusnya.
      Harapannya adalah kita menjadi pribadi Kristus yang hadir dan bisa dilihat di dunia. Dengan cara ini, orang yang belum mengenal Kristus pun semakin mudah memahami kasih Kristus kepada manusia. Hal tersebut dimungkinkan karena cara hidup kita.
Ave Maria.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H