Kata Ngarot berasal dari bahasa Sunda yaitu ngaleueut (minum). Kata ini tidak lepas dari asal-usul tradisi upacara Ngarot. Konon, ada seorang tokoh kharismatik yang tidak memiliki buah hati (anak). Setelah sekian lama menunggu, ia mencari cara supaya dapat bertemu dengan anak-anak untuk menyalurkan jiwa kebapaannya. Ia mengajak anak-akan menghabiskan waktu bermain-main di rumahnya. Anak-anak sekitar merasa senang dengan penerimaan pak Kapol terhadap mereka. Mereka pun sangat antusias menghabiskan hari-hari mereka di rumah pak Kapol. Pak Kapol sendiri memiliki lahan pertanian yang sangat luas (26.100 m 2 ). Dapat dipahami bahwa Pak Kapol tidak membiarkan waktu dan tenaga masa muda para Sinoman tersebut terbuang sia-sia. Oleh sebab itu, ia mengorbankan lahan pertanian miliknya tersebut diolah oleh para kawula muda yang masih sangat kuat bekerja. Mereka diajarkan cara-cara atau teknik-teknik mengolah sawah sejak awal hingga saat panen tiba. Tradisi Ngarot ini sangat bermanfaat. Sebab ada pesan simbolis yang sangat kuat dan penting bagi kelangsungan hidup masyarakat setempat. Berangkat dari sejarah dan pengertian Ngarot di atas, penulis mengelaborasi topik ini sedemikian rupa untuk menemukan insight-insight baru yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa secara harfiah Tradisi Ngarot adalah kegiatan minum-minum yang dilanjutkan dengan gotong royong para sinoman. Kita dapat memahami bahwa melalui penyelenggaraan kegiatan ini, anak-anak muda Kecamatan Lelea mendapat banyak teman, mengenal sesama pemuda Lelea, dan lain sebagainya . Melalui tradisi Ngarot, mereka membangun relasi persaudaraan yang baik dengan para tetangga. Tradisi ini menjembatani sekat-sekat (apabila ada) yang menghalangi persaudaraan kaum muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H