Mohon tunggu...
Dominik Nika
Dominik Nika Mohon Tunggu... -

"kemarin telah menjadi masa, hari ini adalah rasa, besok masih ada asa"

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Maaf: Bukan Sekedar Kata

20 Maret 2015   13:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:22 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

“Maaf” adalah salah satu kata yang tidak asing lagi ditelinga kita. Kata maaf selalu kita dengar ketika seseorang sedang melakukan kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki keadaan tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata maaf memiliki arti seperti berikut, maaf /ma•af/ n 1 pembebasan seseorang dr hukuman (tuntutan, denda, dsb) krn suatu kesalahan; ampun: minta --; 2 ungkapan permintaan ampun atau penyesalan: -- , saya datang terlambat; 3 ungkapan permintaan izin untuk melakukan sesuatu: -- , bolehkah saya bertanya;

Dari pengertian tersebut hendaknya kata maaf disertai dengan tindakan yang nyata, dengan menujunjukan sikap yang sepantasnya ketika meminta maaf, saat melakukan kesalahan. Namun seiring berjalannya waktu disertai campur tangan budaya luar, esensi dari kata maaf sendriri mulai luntur secara perlahan, terutama dikalangan kaum remaja. Banyak remaja lebih memilih menggunakan kata “sorry” untuk mengantikan kata “maaf”, mungkin penggunaan kata sorry akan terkesan lebih gaul, dan keren. Namun apa gunanya gaul dan keren, jika semata-mata hanya sekedar “kata” yang terucap dari mulut, tanpa menunjukan sikap yang sepantasnya. Beberapa kali saya pernah mengalami kejadian yang kurang menyenangkan. Salah satunya ketika saya sedang berjalan ditengah keramaian, saya berusaha mengamati keadaan sekitar. Secara tidak sengaja seorang wanita muda, dari arah berlawanan menabrak saya sehingga bahu saya sempat terhimpit didinding. Wanita itu dengan sigap membetulkan posisi tangannya, sepertinya ia kesakitan, karena saat berjalan ia tidak melihat jalan melainkan memainkan gadget-nya, jadi hentakan antara bahu saya dan wanita itu lumayan keras. Wanita itu bergegas pergi sambil berkata “ehh, sorry ya mba, saya nga liat”, namun wajahnya tidak mengarah kepada saya, seperti tidak terjadi apa-apa. Saat itu saja hanya terdiam sembari mengeleng-gelengkan kepala, dalam benak saya berkata “hmm, anak jaman sekarang, banyak yang kurang beres”.

Dari kejadian ini dan beberapa kejadian sebelumnya, saya menarik kesimpulan bahwa kata maaf pada saat ini dapat dikatakan hanya sekedar formalitas semata. Seseorang dengan mudahnya mengucapkan kata maaf, namun tidak disertai nilai-nilai yang terkandung dalam kata maaf tersebut. Lalu mau jadi apa generasi penerus kita jika keadaan telah seperti ini?, mari kita mulai dari diri sendiri untuk bersikap dan berkata yang sepantasnya, kita juga harus menanamkan serta memberikan contoh nyata mengenai sikap dan nilai yang baik bagi generasi muda di Indonesia. Agar kelak mereka dapat memahami secara baik makna sebuah kata maaf secara bersungguh-sungguh, dan bukan hanya sekedar bisa mengucapkannya saja. @dominiknika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun