Catatan ini sebenarnya sebuah cerita lama dan pernah saya posting di blog pribadi bernama TAMKES-HOT. Kemudian bebarapa hal membuat saya memutuskan untuk menghapus postingan dari blog tersebut lalu memperbaiki tulisannya, lalu memostingnya kembali di sini.
Kalau mau dibandingkan dengan sekian banyak pagi yang saya miliki, pagi ini merupakan salah satu pagi yang berkesan dalam sekian catatan tentang pagi. Halnya demikian.Â
Sejak saya dilanda insomnia akut, waktu seakan maju dengan terbalik. Rutinitas yang saya jalani bertukar antara siang dan malam. Terlalu panjang kalau mau dijelaskan. Tetapi singkatnya begini.
Sepanjang sekian tahun terakhir yang sempat saya hitung, saya mengalami kalau malam selalu menjadi dunia yang aktif. Beberapa kelas tentang usaha mikro dan kawan-kawannya mendukung saya menjadi makhluk nokturnal. Malam merupakan waktu sibuk.Â
Ketika orang lain tidur, saya terjaga dengan banyak hal. Duduk, berdiri, berjalan, berlari, merancang sesuatu, mengangkut, mendapat keuntungan, menghitung pemasukan dan pengeluran, semua terjadi pada malam hari. Kadang kesibukan itu berputar-putar tak kelihatan, hanya di dalam kepala.Â
Sebaliknya, ketika orang kebanyakan bangun pada pagi hari lalu melaksanakan rutinitas mereka sepanjang siang hari, saya menyembunyikan diri. Mengunci diri dalam kamar dan tidur; menikmati beberapa mimpi indah, beberapa mimpi basah, beberapa mimpi indah yang basah.
Kejadian tertidur pada pukul empat dinihari lalu terbangun pukul enam adalah abnormal. Sangat abnormal. Sebenarnya masih bisa dimengerti apabila pada saat terjaga pukul enam itu saya bangun, ke toilet, menuntaskan hasrat ingin vivis alias kencing, lalu pulang melanjutkan tidur. Kencing memang kecil, tetapi penting.
Saya tak ingin kencing ini mengendap menjadi batu. Makanya ketika ia hendak keluar, dengan hati ringan penuh girang gembira saya akan melepasnya pergi.Â
Lagi pula menahan kencing itu tidak enak. Asal kalian tahu, menahan kencing artinya dengan sengaja kau menyiksa penismu sendiri. Penismu akan ereksi sekeras yang dia mampu hanya untuk menahan kencing sialan itu. Bah.
Oke. Bangun pada pukul enam, teng!!! Tanpa ereksi, tanpa hasrat ingin vivis. Penuh semangat dan bugar. Saya buka pintu dan jendela, membiarkan hawa pagi kota ini berhamburan masuk memenuhi kamar. Yups. Selamat pagi kamar kos yang biru. Selamat pagi sarang laba-laba di sudut langit-langit. Selamat pagi pintu kamar yang coklat.
Berdiri di depan pintu, saya lihat empat-lima ibu tetangga berjalan di jalan depan kos. Rutinitas orang kota setiap pagi. Berolahraga dengan berjalan-jalan santai, sambil ngobrol tak tentu arah dengan tema acak.Â
Tentang kejadian kemarin. Tentang menu makan semalam. Tentang sinetron yang bikin emosi. Tentang tukang sayur langganan yang gantengnya di atas rata-rata. Tentang usaha menambah momongan lagi lantaran anaknya pingin punya adik. Tentang percintaan semalam. Iya. Serius, ini juga sering menjadi bahan obrolan.
Banyak kali percintaan menjadi topik yang menambah hangatnya pagi ibu-ibu ini. Beberapa kali saya menangkap topik ini dibahas. Nah, ini yang kadang mengherankan.Â
Percintaan semalam bisa heboh dibicarakan di jalanan, tetapi pertanyaan anak gadisnya tentang kenapa kelaminnya beda dengan anak tetangganya yang cowok enggan dijawab. Lucu juga.
Ini intinya. Membicarakan tema seks dan seksualitas dengan anak? Tema ini masih sering dihindari oleh kebanyakan orang tua. bukan hanya orang tua, ternyata pembahasan mengenai seks juga dihindari oleh guru-guru di tingkat pendidikan dasar.
Banyak yang beranggapan bahwa bahasan seks adalah hal belum boleh diberikan untuk anak-anak. Gambaran tentang kenyataan ini mungkin yang menjadi inspirasi salah satu bagian dari cerita dalam film I Not Stupid Too.
Ada anggapan umum seakan membicarakan seks berpadanan dengan mengajari dan mengajak anak untuk melakukan hubungan seks. Padahal secara konseptual banyak orang dewasa yang paham bahwa seks berpengertian sangat luas.
Lalu bagaimana memulai pendidikan seksual bagi anak? Sebenarnya orang tua bisa memberikan pendidikan seks sesuai dengan tahapan perkembangan anak.Â
Misalnya (ini bukan patokan baku) pada anak usia balita, orang tua bisa mengajarkannya tentang bagian-bagian tubuh termasuk organ kelamin anak dengan menyebutnya sesuai namanya. Katakanlah "penis" atau "vagina" untuk bagian itu.Â
Mengganti nama alat kelamin dengan nama lain, secara sosial mungkin baik pada saat itu. Tetapi penggantian nama untuk bagian tubuh anak misalnya "burung" atau "bunga" malah membingungkan anak.
Pada anak usia sekolah awal (TK dan SD) anak dapat diberikan pengertian dasar tentang seks. Orang tua bisa memulainya dengan menjelaskan perihal manusia laki-laki dan perempuan diciptakan sebagai pasangan seperti halnya permainan puzzle (akan lebih menarik kalau sambil bermain puzzle).Â
Anak-anak selalu penuh rasa ingin tahu. Bisa saja mereka bertanya dari mana bayi berasal. Hal ini bisa dijelaskan secara sederhana agar mudah ditangkap pikiran anak-anak, termasuk hal anak adalah buah dari cinta bapak dan ibu.Â
Dulu saya sempat sepakat perihal menjelaskan asal-muasal bayi sebagai hasil pertemuan cacing bapak dan telur ibu. Tetapi kemudian saya temukan bahwa penjelasan ini tidak memadai.Â
Anak-anak secara sederhana memahami cacing sebagai sesuatu yang menggelikan dan telur adalah makanan sebagaimana halnya telur ayam yang dimakan hampir setiap hari.Â
Menjelaskan bahwa ada salah satu bagian yang bernama sperma dan ovum lebih baik daripada cacing dan telur. Anak-anak anak akan memiliki sperma dan ovum ketika mereka besar nanti.Â
Maraknya kasus kekerasan seksual yang menempatkan anak-anak sebagai korban disinyalir pendidikan seks yang minim menjadi salah satu sebab.Â
Dalam pendidikan seks bagi anak-anak, orang tua perlu sampai pada hal bahwa tubuh anak adalah privasi dirinya sendiri. Tubuhnya penting dan berharga, sehingga tidak boleh seorangpun masuk ke wilayah privat itu.Â
Tunjukkan secara jelas bagian-bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain, misalnya organ kelamin, pantat, dada, termasuk mulut. Tentu ada pengecualian kalau orang tuanya sendiri, dengan tujuan yang baik, seperti ketika memandikan atau cebok.Â
Pendidikan seks pada anak juga berkaitan dengan identitas seksual yang melekat pada diri anak. Anak-anak perlu diajarkan tentang perbedaan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki. Memberikan contoh bahwa laki-laki nantinya akan seperti ayah dan perempuan seperti ibu.Â
Pada aplikasi sederhana, penjelasan tentang konsep perbedaan jenis kelamin ini berfungsi untuk mengajarkan anak menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang kian massif sudah sepantasnya orang tua meninggalkan rasa enggan dan risih sebelum anak-anak mencari tahu sendiri secara keliru.Â
Akses penuh dari anak terhadap televisi atau gadget yang diberikan kepada anak membuka peluang anak mencaritahu sendiri. Sudah saatnya pendidikan seks perlu diberikan kepada anak-anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H